Review ‘Somebody Somewhere’: Perjalanan Perempuan Bisa Saja Dimulai di Usia 40-an
Dikemas dengan hangat dan ringan, ‘Somebody Somewhere’ menceritakan ‘kesempatan kedua’ perempuan di usia 40-an.
“Bahagia” adalah kata yang terdengar sederhana tapi sebenarnya enggak. Kata tersebut dipenuhi dengan begitu banyak beban, sebab tak semua orang bisa menggapainya dengan mudah. Sam (Bridget Everett) enggak sadar dia sedang mencari ini. Kini hidupnya stuck. Pekerjaan yang ia lakukan cuma untuk bertahan hidup. Kehidupan romansanya absen. Hubungannya dengan anggota keluarga tidak berjalan mulus. Sam tidak sadar sedang berlari menuju tembok sampai akhirnya bertemu dengan Joel (Jeff Hiller).
Hari itu Sam sedang bekerja ketika tiba-tiba ia keluar dari ruangan dan menangis. Entah kenapa dia teringat oleh mendiang saudaranya. Joel, co-worker datang menghampiri dan memberikan kenyamanan. Sam tidak mengenal Joel meskipun sepertinya mereka ada di ruangan yang sama selama beberapa momen.
Joel kemudian mengenalkan ulang dirinya. Mereka ada di paduan suara yang sama saat masih di bangku SMA. Sam digadang-gadang menjadi sesuatu, sedangkan Joel tidak. Fakta bahwa Joel mengingatnya, meluangkan waktu untuk ngobrol, seperti kesempatan kedua untuk Sam.
Baca juga: Tidak Apa-apa Menjadi Biasa Saja di Dunia Luar Biasa
Ide cerita yang biasa saja sebenarnya. Sehingga, aku butuh effort besar untuk merekomendasikan Somebody Somewhere ke orang-orang. Serial ini enggak punya bumbu seperti kebanyakan drama komedi yang lain. Ia bukan Succession yang menawarkan drama hingar bingar. Ia bukan Emily In Paris yang mempunyai bling-bling yang jelas. Ia juga bukan The Bear yang misinya jelas. Somebody Somewhere sangat biasa. Dan ternyata ke-biasa-annya itulah yang menjadi senjata serial ini untuk menjadi salah satu tontonan paling emosional yang pernah saya lihat.
Dibuat oleh Hannah Bos dan Paul Thureen, Somebody Somewhere dari awal sudah tahu ia jenis tontonan macam apa. Sutradaranya (ada tiga sutradara yang mengerjakan dua musim yang totalnya ada 14 episode: Robert Cohen, Jay Duplass, dan Lennon Parham) tidak pernah tergesa dalam menjelaskan sesuatu.
Visualnya apa adanya tapi jelas: Ini adalah kehidupan orang-orang biasa. Orang-orang ini tidak berjuang untuk menjadi nomor satu. Tidak ada warisan keluarga turun temurun yang akan mereka dapatkan. Drama paling menghebohkan yang hadir dalam hidup mereka mungkin adalah kelakuan orang tua yang masih konservatif. Hal ini justru membuat Somebody Somewhere menjadi salah satu tontonan paling relatable yang pernah ada.
Di musim pertamanya, Somebody Somewhere membahas soal betapa besarnya peran support system dalam hidup. Semakin dewasa, semakin aku sadar tidak semua teman akan menjadi support system. Semakin dewasa, semakin aku sadar betapa susahnya mencari seseorang yang in the end akan menerima kita apa adanya.
Somebody Somewhere dari awal sudah menohok hati ketika Sam mengatakan keras-keras ke Joel bahwa dia tidak yakin menjadi orang yang tepat untuk dijadikan teman. Somebody Somewhere dipenuhi dengan dialog-dialog yang cerdas dan relatable. Pengakuan Sam tadi merupakan salah satu contoh bagaimana serial ini punya kemampuan untuk membuat saya melek.
Baca juga: Review ‘Women Talking’: Ketika Suara Korban Kekerasan Seksual Didengarkan
Eksplorasi Hubungan Keluarga
Selain persahabatan, Somebody Somewhere juga memberikan panggung besar untuk eksplorasi hubungan keluarga. Sementara ayah Sam, Ed (Mike Hagerty), kelihatan sudah terlalu tua untuk mengurusi lumbung mereka, ibu Sam Mary Jo (Jane Brody) adalah alkoholik yang delusional. Acara kumpul-kumpul tidak pernah lengkap tanpa adanya drama marah-marah. Tricia (Mary Catherine Wilson), adik Sam, selalu mempunyai jarak dengan Sam meskipun anaknya menyukai si tante.
Tentu saja hubungan Tricia dan Sam yang berjarak menjadi salah satu plot yang di-expand serial ini. Di musim pertama, Sam mengetahui suami Tricia, Rick (Danny McCarthy) selingkuh. Sementara di musim kedua, mereka berdua harus sibuk mengurusi ibu, yang mestinya sudah perlu diurus oleh orang-orang yang berpengalaman mengurusi alkoholik. Seperti halnya kisah Sam menemukan newfound family, melihat Sam dan Tricia pelan-pelan memperbaiki hubungan mereka memberikan perasaan yang hangat.
Kamu mungkin tidak familier dengan wajah-wajah yang muncul di serial ini. Namun, semua orang dalam Somebody Somewhere memberikan penampilan terbaiknya. Bridget Everett yang muncul sekilas di beberapa film dan serial komedi di Somebody Somewhere menemukan suaranya. Tidak hanya ia mempunyai kemampuan untuk emote yang sangat baik, chemistry dengan Jeff Hiller juga luar biasa. Dari awal mereka bertemu, aku langsung tahu mereka akan menjadi teman yang baik. Somebody Somewhere mungkin diisi dengan adegan-adegan yang biasa, tapi semua adegan tersebut menyala karena mereka semua selalu terlihat meyakinkan di layar.
Baca juga: Kita Tak Dilahirkan untuk Bahagia, Kenapa Masih Terobsesi?
Jarang sekali ada serial yang tidak membahas sesuatu yang extraordinary meskipun bahan-bahan tersebut ada di sana. Somebody Somewhere tidak pernah sekali pun membahas isu soal berat badan atau orientasi seksual. Semua ini hanya detail. Dalam Somebody Somewhere yang penting adalah koneksi. Betapa beruntungnya kalian yang belum pernah menyaksikan serial ini. Karena saya ingin merasakan lagi sensasi pertama kali berkenalan dengan Sam dan Joel.
Somebody Somewhere dapat disaksikan di HBO Go.