Culture Screen Raves

‘Taylor Swift: The Eras Tour’, Tiga Jam Sensasi Surgawi untuk Para Swifties

Mendengarkan Taylor Swift mengisahkan semua kisahnya dalam nyaris dua dekade bermusik di depan kita. Sebuah pengalaman epik.

Avatar
  • November 7, 2023
  • 5 min read
  • 8528 Views
‘Taylor Swift: The Eras Tour’, Tiga Jam Sensasi Surgawi untuk Para Swifties

Love her or hate her. Ada satu hal yang bahkan pembenci si pop star tidak bisa bantah: Taylor Swift adalah bintang paling terang di jagad musik. Sudah 17 tahun berkarya dengan 10 album berderet, tidak ada tanda-tanda redup darinya. Sebaliknya, Tay Tay semakin mengukuhkan diri sebagai salah satu supernova yang patut diikuti. Film konsernya yang baru saja dirilis, The Eras Tour, juga bukan pengecualian.

Ada beberapa hal yang mungkin kamu perlu tahu tentang betapa fenomenalnya The Eras Tour, baik sebagai konser maupun film. Dengan diskografi yang luar biasa mengagumkan, Taylor Swift memutuskan untuk memuaskan dahaga para Swifties, sebutan untuk para penggemar berat, dengan menggelar konser yang akan merangkum semua musiknya.

 

 

Dari Love Story sampai Anti-Hero, semua hits Taylor Swift dimainkan di konser yang durasinya lebih dari tiga jam ini. Konser The Eras Tour belum selesai dan ia sudah menjadi konser dengan pendapatan terbanyak oleh musisi perempuan dengan angka 780 juta dollar.

Bagian mengejutkan kedua adalah fakta bahwa keputusan Taylor Swift untuk langsung “kongkalikong” dengan pemilik bioskop untuk merilis film The Eras Tour membuat banyak studio Hollywood ketar-ketir. Dalam industri film, terutama Hollywood, film biasanya melalui distributor dulu sebelum diedarkan oleh eksibitor (bioskop). Taylor Swift dengan mudahnya langsung jabat tangan dengan AMC (salah satu jaringan bioskop terbesar di Amerika) untuk menjadi distributor dan ekshibitor.

Hal ini membuat beberapa studio Hollywood memundurkan jadwal film mereka karena mereka tahu film mereka tidak akan bisa berkompetisi dengan “serangan” Swifties. Firasat mereka terbukti benar karena sampai saat ini, film The Eras Tour berhasil meraup lebih dari 200 juta dollar. Dan hari masih panjang.

Sumber: Taylor Swift

Baca juga: Manipulasi dan ‘Gaslight’ dalam ‘All Too Well’, Taylor Swift adalah Kita

Tidak ada obrolan soal konser atau planning dalam The Eras Tour. Tidak ada satu pun momen di mana kita dilihat untuk menyaksikan bagaimana konser ini dibuat. Dalam beberapa film tentang konser, biasanya ada sepatah dua kata tentang bagaimana ide ini dimunculkan dalam bentuk wawancara. Taylor Swift bersama sutradara Sam Wrench menolak itu. Mungkin mereka berpikir, siapa saja yang ingin tahu tentang kehidupan pribadi Taylor Swift, bisa menonton Miss Americana di Netflix. Namun, The Eras Tour dibuat secara eksklusif untuk membuat penonton bioskop merasakan bagaimana rasanya menonton konser ini.

Direkam selama beberapa hari saat Taylor Swift konser di SoFi Stadium Los Angeles, The Eras Tour dari awal sampai akhir film tidak memberikan napas sama sekali bagi semua Swifties yang hapal dengan seluruh diskografinya. Dari film dibuka sampai akhirnya Taylor Swift menghilang dari panggung, film ini benar-benar hanya fokus dengan satu tujuan: Menyenangkan semua Swifties yang ada. Untuk itu, pembuat The Eras Tour benar-benar berhasil melakukan tugasnya.

Sam Wrench yang sudah beberapa kali mengerjakan film konser jelas tidak canggung mengerjakan The Eras Tour. Kamera miliknya yang jumlahnya seperti tidak terbatas, bergerak kesana kemari untuk membuat penonton merasa benar-benar sedang ada di stadium bersama Taylor Swift. Dari kejauhan, dekat di samping sang diva, tidak ada sejengkal pun yang hilang dari pandangan. Sesekali Wrench memang mengisi layar dengan reaksi para Swifties yang histeris. Sisanya, kita terus diajak bernyanyi bersama Taylor Swift.

Ulasan The Eras Tour
Sumber: Taylor Swift

Baca juga: Girl in Red: Rayakan Musik ‘Queer’ Bebas Heteronormatvitas

Tentu saja sebagai sebuah film konser yang berbujet mumpuni, secara desain suara, The Eras Tour dipersembahkan dengan cemerlang. Saya kebetulan menonton film ini di IMAX dan rasanya memang seperti berada di stadium karena film ini memasukkan semua teriakan histeris dan suara para fansnya ke dalam filmnya dengan teliti. Sensasinya agak 4D karena Swifties yang menonton film ini bersama saya juga tidak bisa diam dan ikut bernyanyi sambil berteriak.

Menyaksikan penonton di dalam layar yang histeria di kursi yang juga diduduki oleh barisan fans yang melakukan hal yang sama, memberikan pengalaman menonton yang sangat, sangat unik. Bahkan kalau pun saya bukan Swifties, asupan energi yang luar biasa ini membuat saya ikut bernyanyi, bergoyang dan bahkan dalam beberapa momen, berdiri dan berteriak bersama.

Menyaksikan Taylor Swift membawakan lagu-lagunya selama hampir tiga jam tentu saja membuat saya fokus memerhatikan bagaimana ia menuliskan lirik lagu-lagunya. Sepanjang durasi The Eras Tour, saya yang tadinya biasa saja langsung terkagum-kagum dengan kemampuan Taylor Swift dalam bercerita. Saya tentu saja tidak tahu bagaimana cara menulis lagu. Namun, mendengarkan seseorang bisa menceritakan sesuatu dengan cukup detail, berima dan luar biasa catchy, membuat saya terperangah.

Kalau ditanya mana bagian favorit saya mungkin saya akan menjawab saat Taylor Swift membawakan lagu-lagu dari Evermore. Tidak hanya karena saya punya sejarah dengan album ini (album ini dirilis saat saya kena COVID-19, jadi saya stuck di kasur mendengarkan album ini berhari-hari). Namun, karena trackTolerate It” menjadi satu-satunya track yang mendapatkan treatment spesial dari Taylor Swift.

review The Eras Tour Taylor swift
Sumber: Taylor Swift

Baca juga: Lagu Patah Hati Olivia Rodrigo: Saatnya Rayakan Kehilangan dengan Elegan

Saya sudah cukup senang melihat Taylor Swift berjoget dan bernyanyi seperti mempunyai amunisi energi yang tidak terhingga, tapi saya lebih dari bahagia ketika Taylor Swift tampil teatrikal. Saat itulah saya tersadar kenapa hanya ada satu Taylor Swift di dunia ini.

Taylor Swfit: The Eras Tour dapat disaksikan di bioskop setiap akhir pekan selama bulan November 2023


Avatar
About Author

Candra Aditya

Candra Aditya adalah penulis, pembuat film, dan bapaknya Rico. Novelnya ‘When Everything Feels Like Romcoms’ dapat dibeli di toko-toko buku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *