September jadi bulan peringatan berbagai peristiwa kelam pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Indonesia. Rentetan peristiwa tersebut kemudian disebut Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS)sebagai September Hitam. Peringatan itu kemarin sempat ramai disebarkan lewat sticker di Instagram sejak 1 September kemarin.
“Sudah 1 September 2024! Saatnya kembali kita suarakan #SeptemberHitam #AdiliJokowi #NawaDosaJokowi,” tulis akun X @KontraS pada 1 September 2024.
Mengutip laman KontraS Sumut, September Hitam termasuk bulan kelam pelanggaran HAM. Berikut adalah daftar pelanggaran HAM yang terjadi selama bulan September:
Baca juga: Dari Jerman hingga Indonesia: Negara yang Minta Maaf atas Pelanggaran HAM Berat
Pembunuhan Munir: 7 September 2004
Munir Said Thalib, seorang aktivis HAM, yang juga salah satu pendiri KontraS, dinyatakan tewas pada 7 September 2004. Cak Munir, demikian sapaannnya, meninggal setelah diracun arsenik dosis tinggi ketika terbang ke Belanda. Tahun ini memasuki tahun ke-20, kasus pembunuhan Munir belum terungkap.
Di KontraS ia menjabat sebagai Koordinator Badan Pekerja KontraS yang ikut menangani kasus penghilangan paksa dan penculikan para aktivis HAM (1997-1998) dan mahasiswa korban penembakan Tragedi Semanggi (1998). Ia juga tercatat pernah menjadi penasihat hukum untuk keluarga tiga orang petani yang dibunuh oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) di proyek Waduk Nipah di Banyuates, Sampang dan keluarga korban penembakan di Lantek Barat, Galis, Bangkalan.
Aktor lapangan pembunuh Munir telah ditangkap dan divonis. Namun, aktor intelektual di balik pembunuhan berencana itu belum ditangkap dan diadili hingga hari ini.
Tragedi Tanjuk Priok: 12 September 1984
Tragedi Tanjung Priok adalah salah satu kerusuhan terbesar antara tentara dan masyarakat yang menewaskan 24 orang dan 55 luka-luka akibat penembakan yang dilakukan aparat. Kerusuhan Tanjung Priok bermula karena pertengkaran antara Bintara Pembina Desa (Babinsa) dengan penduduk setempat. Saat itu aparat meminta penduduk setempat mencabut spanduk dan brosur yang tidak mengandung unsur Pancasila. Tragedi pecah antara massa Islam dengan aparat pemerintah Orde Baru (Orba).
Pembunuhan Pendeta Yeremia: 19 September 2020
Pendeta Yeremia berstatus pemimpin Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) di Hitapida, Papua. Ia meninggal setelah mendapatkan luka tusuk dan diguna ditembak aparat. Pendeta Yeremia dinilai kritis terhadap kehadiran aparat di Hitapida. Hingga saat ini kasus pembunuhan Pendeta Yeremia belum selesai proses penyelidikannya.
Tragedi Semanggi 2: 24-28 September 1999
Tragedi Semanggi 2 terjadi pada 24 September 1999. Saat itu, mahasiswa melakukan aksi demonstrasi menolak RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) dan pencabutan dwi fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Aparat membubarkan paksa dan terjadi bentrokan hingga disertai tembakan, pukulan, serta gas air mata.
Baca juga: Arti Ingatan dan Kematian Penyintas 1965 dalam Dokumenter ‘Eksil’
Tragedi 65/G 30 S PKI: 30 September 1965
G 30 S PKI adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Ia adalah upaya kudeta yang dipimpin Mayor Jendral Soeharto untuk menumpas partai politik berideologi komunis. Akibatnya, jutaan warga menjadi korban akibat aksi yang disertai dengan penumpasan partai berhaluan komunis. Korban dan keluarga korban 1965-1966 merasa berjuang sendiri untuk mendapatkan keadilan dan berharap pengusutan segera tuntas.