Issues

Agnez Mo: Simalakama Minoritas

Agnez Mo menghadapi buah simalakama saat mengatakan dia tidak berdarah Indonesia.

Avatar
  • December 3, 2019
  • 3 min read
  • 86 Views
Agnez Mo: Simalakama Minoritas

Berencana mengguncang dunia, Agnez Mo malah menggemparkan negara asalnya sendiri. Dari benua seberang, ucapannya yang sebenarnya apa adanya, malah membuat saudara setanah-air menjadi terpolarisasi, ada yang mengkritik namun ada juga yang membelanya.

Dan itu cuma karena masalah darah.

 

 

“Tak ada darah Indonesia di tubuhku.” Kira-kira begitulah kata Agnez saat ditanyai dalam sebuah wawancara televisi, mengapa dia tidak sama seperti orang Indonesia kebanyakan. Dan dia benar. Tak banyak yang mampu membuat Agnez, dan orang-orang seperti dirinya, mampu merasa sama, selain paspor yang satu warna. Dia adalah warga keturunan dan memiliki profesi yang bahkan bagi saudara se-etnisnya pun tidak begitu umum. Ada berapa banyak Tionghoa Indonesia yang menjadi penyanyi profesional? Apalagi sampai mendapat gelar diva? Hampir tak ada, selain dirinya sendiri.

Pertanyaannya adalah, mengapa banyak yang marah? Apakah yang marah itu tidak paham apa yang dimaksud oleh Agnez? Apakah yang marah itu ingin Agnez berbohong bahwa sebenarnya dia memiliki darah Indonesia? Bagaimana darah yang Indonesia itu?

Baca juga: Anyaman Rambut Agnez Mo: Apresiasi atau Apropriasi?

Terlahir dengan banyak keberuntungan dan tumbuh tak jauh dari itu, tentu saja Agnez tak bisa memahami banyak manusia. Namu, bukan berarti dia tak memilki pendapat. Kita tahu sejarah kelam 1998 yang membuat etnis Tionghoa begitu terancam. Namun bukannya mencoba memahami dan berempati, bahkan hingga saat ini masih ada yang meragukan bahwa kejadian itu benar adanya.

Apakah ini ada kaitannya dengan etnis atau hanya kebetulan saja?

Beberapa tahun yang lalu, penyanyi Anggun sempat membuat sejumlah penggemar (dan pembencinya) berang karena keputusannya mengganti kewarganegaraan. Namun pada akhirnya, dia juga kembali diterima, walaupun masih ada saja yang mengungkit-ungkit masalah itu. Lalu, apakah Agnez juga akan menghadapi hal yang sama? Saya juga yakin, tentu saja. Dengan basis penggemar yang cukup banyak dan fanatik, saya kira tak cukup butuh waktu lama hingga masalah ini segera berlalu. Lalu, apa hubungannya dengan etnis?

Seharusnya ini memang tak ada hubungannya dengan etnis, melainkan murni masalah nasionalisme. Setidaknya, saya kira itulah alasan mengapa banyak sekali orang yang marah akan pernyataan itu. Namun, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Agnez sendiri yang telah mengaitkan hal itu, bahwa dia tak sama seperti kebanyakan orang yang membuatnya bersyukur telah diterima walaupun perjuangannya tak gampang.

Baca juga: Menjadi Cina Antara Mei 1998 dan 2019

Seharusnya itulah yang menjadi kata kunci. Namun, entah mengapa, orang-orang seakan menjadi tuli dengan hal penting itu. Bahkan yang lebih parah, media memperburuk suasana. Bukankah media seharusnya tidak boleh menggiring opini? Pada akhirnya, semuanya menjadi salah Agnez Mo. Mengapa? Karena dia, bagaimana pun, adalah warga negara Indonesia dan di saat yang bersamaan adalah warga keturunan Tionghoa.

Jadi, walaupun dia cinta terhadap Indonesia, tetap saja dia memiliki kesamaan emosi atas apa warga seetnisnya rasakan. Bohong kalau seandainya Agnez bilang kasus seperti Ahok tak menjadi buah pikirnya. Mungkin dia tak peduli dengan politik, atau memilih diam, namun telinganya tak bisa berhenti mendengar ketika ada video sekumpulan manusia yang mengancam etnisnya secara umum. Apakah Agnez bisa melupakan itu? Mustahil.

Sayangnya, jangankan untuk berbicara, menyampaikan bahwa dia berbeda saja, itu sudah menjadi masalah. Bukankah ini simalakama baginya? Diam tak enak hati, dan kalau berbicara bisa disuruh pergi.


Avatar
About Author

Maicel Andrea