Skala Lebih Kecil, UMKM Bisa Lebih Adaptif dan Fleksibel dalam Pandemi
Skala yang lebih kecil memungkinkan UMKM lebih fleksibel dan mampu bergerak cepat untuk membuat atau mengubah kebijakan.
Pendiri dan CEO Sweet Sundae Ice Cream, Andromeda Sindoro, mengatakan seperti banyak bisnis lainnya, usahanya sempat terpukul karena pandemi. Ia mengatakan sempat rugi lebih dari Rp170 juta pada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akibat pandemi COVID-19 di Yogyakarta.
“Mitra bisnis saya itu paling banyak hotel dan katering. Kalau hotel, sedikit yang menginap. Katering, tidak ada yang boleh melangsungkan resepsi pernikahan,” ujarnya Andromeda dalam webinar bertajuk “Potensi Ekonomi bagi UMKM Perempuan di 2021” yang diadakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), (9/12).
Ia mengatakan ada sejumlah keuntungan dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di tengah pandemi. Skala yang lebih kecil memungkinkan UMKM lebih fleksibel dan mampu bergerak cepat untuk membuat atau mengubah kebijakan.
“Justru pandemi telah melahirkan peluang yang teramat besar bagi UMKM. Tidak seperti perusahaan besar yang cenderung sulit dan berbelit untuk mengubah kebijakan produksi atau penjualannya,” ujar Andromeda.
Salah satu strategi UMKM-nya dalam pandemi adalah dengan mengembangkan usaha ke platform digital yang berfokus pada pemeliharaan sapi perah. Tujuannya adalah membangun konsistensi usaha guna mencapai swasembada susu sapi di Indonesia.
“Waktu awal pandemi dan PSBB, ada banyak pasar swalayan yang menghubungi saya, meminta untuk diberikan stok susu. Saya tanya, supplier yang biasa (dari perusahaan besar), memang tidak mengirimkan? Ternyata kata mereka tidak. Justru perusahaan besar banyak yang sulit melakukan produksi bahkan gulung tikar,” ujarnya.
Baca juga: KemenPPPA Kembangkan Model Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
“Adaptasi dan transformasi adalah dua hal terpenting yang harus dipahami dan dilakukan UMKM-UMKM di Indonesia di masa pandemi ini. Usaha saya adalah usaha berbasis susu dengan produk es krim, keju, susu, dan sebagainya. Saya mengembangkan usaha saya ke platform digital, yang berhasil berkolaborasi dengan beberapa kementerian,” ia menambahkan.
Andromeda mengembangkan aspek produksi dan pemasaran usahanya dengan memanfaatkan mitra-mitra usahanya, yaitu kelompok ternak dan koperasi. Berkat usahanya, bisnisnya bisa selamat dan bahkan mengalami peningkatan omzet, tanpa mengurangi satu pun karyawan.
“Dari beberapa pegiat UMKM, peternak, dan buruh tani yang pernah kami latih, banyak yang mengaku mengalami peningkatan pesat dalam hal penjualan di masa pandemi ini. Semua bisa terjadi karena kelihaian UMKM untuk beradaptasi dan melihat peluang bisnis dari celah-celah yang tidak bisa dibuat perusahaan besar,” ujarnya.
“Kalau UMKM berkembang, akan banyak sumber daya lokal yang terpakai,” tambahnya.
Baca juga: Pinjaman ‘Fintech’ Bantu UKM Bertahan Selama Pandemi
Pengusaha perempuan tangguh
Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika, Rosarita Niken Widiastuti, mengatakan adaptasi UMKM dengan mengembangkan usahanya ke platform digital bisa berdampak sangat baik terhadap ekonomi nasional. Terlebih lagi di tengah kondisi perekonomian yang mengalami penurunan pesat di tahun 2020 akibat pandemi COVID-19, ujarnya.
“Sekarang program pemerintah berfokus untuk mengembangkan UMKM go online. Supaya pemanfaatan teknologi UMKM itu bukan hanya di perkotaan, tapi juga di perdesaan,” ujar Rosarita, yang akrab dipanggil Niken, dalam webinar yang sama.
“Ada banyak pelatihan-pelatihan yang diadakan, dan diikuti pegiat UMKM maupun masyarakat umum, dan bantuan sebesar Rp2,4 juta per usaha dari pemerintah.”
Baca juga: Kesetaraan Gender Tingkatkan Kontribusi Perempuan dalam Ekonomi KreatifSituasi yang telah berubah secara signifikan memicu pergeseran kebutuhan konsumen, ujar Niken.
“Tahun lalu ada di kebutuhan aktualisasi diri dan self-esteem. Kalau ada uang dipakai beli barang bermerek, atau jalan-jalan. Kalau sekarang ada di dasar piramida, jadi lebih berorientasi ke kebutuhan dasar. Jadi perlu strategi khusus, dan UMKM berpeluang di sini,” ujarnya.
Niken mengatakan UMKM perempuan bergerak pesat di masa pandemi. Hal ini diamini Chief of Financing Business BTPN Syariah, Dwiyono B. Winantio, yang menyoroti bagaimana nasabahnya yang berasal dari pengusaha UMKM, kebanyakan merupakan perempuan.
“Ada tiga karakter yang melekat di diri perempuan pengusaha UMKM, yaitu transformatif, inovatif, dan adaptif,” ujarnya.
“Karakteristik itu membuat para pengusaha perempuan bisa melakukan recovery (usaha) dengan cepat di masa pandemi, meskipun terjadi perubahan di berbagai sektor di masa-masa ini. Kami juga membantu memberikan asuransi jiwa, modal usaha, dan tabungan yang gratis biaya bulanannya,” kata Dwiyono.