Trump-Presiden Prabowo Sepakat: AS Bebas Tarif, Indonesia Bayar Mahal?
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan bahwa AS dan Indonesia akhirnya mencapai kesepakatan dagang, setelah ia melakukan pembicaraan langsung dengan Presiden Prabowo Subianto pada Selasa, 15 Juli waktu setempat.
Dalam pernyataannya, seperti dikutip dari BBC Indonesia, Prabowo menjelaskan bahwa kedua negara sepakat menurunkan tarif resiprokal dari 32 persen menjadi 19 persen. Meski ada penurunan tarif, sejumlah ekonom menilai hasil ini belum bisa dibilang menguntungkan untuk Indonesia.
Menurut Prabowo, negosiasi yang berlangsung cukup alot ini akhirnya membuahkan titik temu. “Trump termasuk tipe negosiator yang cukup keras. Tapi pada akhirnya, kita saling berusaha memahami kepentingan masing-masing,” katanya saat kembali dari kunjungan luar negerinya, Rabu (16/07).
Terkait syarat-syarat yang diajukan AS, Prabowo menyinggung soal pembelian pesawat Boeing dari Amerika. Menurutnya, pembelian itu bagian dari upaya memperkuat maskapai nasional, Garuda Indonesia, yang saat ini butuh tambahan armada.
Selain itu, ada juga beberapa komoditas lain yang dibicarakan, seperti gandum, kedelai, hingga migas, semuanya masih tergantung pada pasokan impor.
Di luar kesepakatan dengan AS, Prabowo juga menyebut hasil positif dari kunjungannya ke Brussels, Belgia. Di sana, Indonesia dan Uni Eropa mencapai kesepakatan dalam kerangka IEU-CEPA, yang memungkinkan produk Indonesia masuk ke pasar Eropa dengan tarif 0 persen, dan sebaliknya.
Namun di sisi lain, Trump menekankan bahwa dalam kesepakatan dengan Indonesia, barang-barang dari AS tidak akan dikenakan tarif sama sekali. “Mereka (Indonesia) akan membayar 19 persen, sementara kami (AS) tidak membayar apa pun,” kata Trump dalam pernyataan yang dikutip Reuters.
Baca Juga: Indonesia Perlu Belajar dari Kemenangan Telak Perempuan dalam Politik Amerika
Trump: Kami Punya akses penuh ke Indonesia
Masih dari laporan BBC Indonesia, Presiden Donald Trump enggak bisa menyembunyikan rasa puasnya setelah meraih kesepakatan dagang dengan Indonesia. Dalam konferensi pers di Gedung Putih, ia memuji Presiden Prabowo habis-habisan.
Menurut Trump, berkat negosiasi tersebut, Amerika Serikat kini punya akses penuh ke pasar Indonesia, sesuatu yang ia klaim belum pernah terjadi sebelumnya.
“Saya baru saja bicara dengan presiden mereka, sosok yang hebat, populer, kuat, dan cerdas. Kami berhasil membuat kesepakatan besar. Sekarang, kami punya akses penuh ke Indonesia, ke semuanya,” ujar Trump dalam pernyataan yang juga disiarkan lewat kanal YouTube.
Ia menambahkan bahwa dalam kesepakatan ini, produk AS tidak akan dikenakan tarif masuk sama sekali, sementara Indonesia tetap membayar tarif sebesar 19 persen. “Saya rasa ini kesepakatan yang menguntungkan kedua pihak, tapi kami, Amerika akan mendapatkan akses penuh ke Indonesia,” kata Trump dengan nada penuh percaya diri.
Tarif Impor Diturunkan Jadi 19 Persen, Tapi Kok Indonesia Masih Dirugikan?
Meski di permukaan terlihat seperti kemenangan diplomatik, sejumlah ekonom menilai hasil negosiasi dagang terbaru antara Indonesia dan AS ini justru bisa merugikan posisi Indonesia secara jangka panjang. Dikutip dari Tempo, Bhima Yudhistira dari Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai bahwa kesepakatan tersebut tidak seimbang.
Trump memang menyatakan bahwa ekspor AS ke Indonesia akan bebas tarif dan hambatan non-tarif. Tapi di sisi lain, produk Indonesia yang masuk ke AS justru dikenakan tarif 19 persen. Bhima menyebut ini sebagai ancaman serius buat neraca dagang Indonesia.
Memang, sektor ekspor seperti alas kaki, pakaian, CPO, dan karet bisa jadi mendapat keuntungan dari tarif yang tetap lebih rendah dari sebelumnya. Tapi perlu dicatat, Bhima mengingatkan bahwa banjirnya produk impor dari AS bisa mengganggu keseimbangan, terutama di sektor minyak dan gas, elektronik, suku cadang pesawat, serealia, dan farmasi. Tahun lalu saja, total impor dari lima sektor ini mencapai lebih dari Rp87 triliun.
Ekonom dari Universitas Andalas, Syafruddin Karimi, juga menyoroti posisi Indonesia yang tampak tidak setara dalam kesepakatan ini. Ketika produk impor jadi lebih murah karena dibebaskan dari tarif, pelaku usaha lokal harus bersaing dalam kondisi yang jauh dari adil. Akibatnya, ruang untuk industrialisasi dalam negeri bisa makin menyempit.
Syafruddin juga menambahkan bahwa kondisi ini bisa menyebabkan “neraca dua lapis”, di mana secara keseluruhan perdagangan Indonesia surplus, tapi justru defisit saat berurusan langsung dengan Amerika. Dalam pandangannya, Indonesia terlihat lebih sebagai pasar konsumtif daripada mitra dagang yang sejajar dan punya kedaulatan ekonomi.
Trump sendiri membanggakan kesepakatan ini lewat akun Truth Social-nya. Ia menyebut bahwa Indonesia berkomitmen membeli produk-produk Amerika senilai miliaran dolar, mulai dari energi, pertanian, hingga 50 pesawat Boeing, banyak di antaranya tipe 777.
Sementara itu, dari dalam negeri, pemerintah menyatakan bahwa proses negosiasi belum sepenuhnya selesai. Juru Bicara Kemenko Perekonomian, Haryo Limanseto, mengatakan bahwa meskipun Trump sudah mengumumkan tarif impor baru yang berlaku mulai 1 Agustus 2025, masih ada waktu untuk merundingkan ulang poin-poin penting.
Menurut Haryo, Indonesia sudah menyerahkan semua dokumen yang diminta dan bahkan sempat mendapat pujian dari pihak AS atas proposal yang diajukan. Tapi pada akhirnya, semua keputusan tetap berada di tangan Presiden Trump.
Baca Juga: Trump Tutup Keran Bantuan Obat HIV: Apa Dampaknya buat ODHIV di Indonesia?
Isi Proposal Indonesia ke AS: Komitmen, Konsesi, dan Kontroversi
Sebelum kesepakatan dagang diumumkan, Indonesia sebenarnya sudah lebih dulu mengajukan proposal kepada pemerintah AS. Isinya? Banyak hal yang cukup besar dan strategis. DIkutip dari IDN Times, berikut isi proposalnya.
- Buka Pintu Lebar untuk Produk AS
Pemerintah RI siap menurunkan bea masuk untuk barang-barang dari Amerika, bahkan hampir nol persen. Tak hanya itu, beberapa hambatan non-tarif yang selama ini dikeluhkan AS, seperti regulasi impor yang ketat, juga siap dilonggarkan. Meski begitu, produk tertentu seperti daging babi dan pakaian bekas tetap dikecualikan dari relaksasi ini.
- Bebaskan Produk AS dari Biaya Tambahan
Dalam proposalnya, Indonesia menyatakan akan mencabut berbagai pajak dan pungutan tambahan yang selama ini dianggap membebani produk asal AS. Intinya, produk dari Amerika tidak akan dikenakan biaya yang lebih tinggi dibanding produk lokal sejenis, sebuah bentuk perlakuan yang setara (atau bahkan istimewa).
- Komitmen di Ranah Digital dan Teknologi
Indonesia juga membuka diri di sektor digital. Pemerintah berjanji tidak akan mengenakan bea atas impor produk digital ataupun arus data lintas negara. Lebih dari itu, perusahaan digital asal AS tak lagi diwajibkan untuk ikut serta mendukung media lokal lewat skema lisensi atau bagi hasil. Ini berarti, mereka bisa beroperasi di Indonesia dengan lebih leluasa dan efisien.
- Kerja Sama Keamanan dan Pertahanan
Proposal ini bukan cuma soal dagang, tapi juga menyentuh isu keamanan. Indonesia menawarkan kemitraan strategis dengan AS di sektor maritim dan militer, termasuk pengawasan wilayah sensitif seperti Laut China Selatan. Ada juga pembahasan soal teknologi komunikasi aman dan penguatan pengendalian ekspor.
- Jalan Tol untuk Investasi dan Produk AS
Pemerintah Indonesia membuka lebar-lebar peluang investasi dari AS, khususnya di sektor energi, industri, dan proyek strategis lainnya. Bahkan, RI siap memberi akses khusus untuk produk pertanian seperti gandum dan kedelai, yang memang belum bisa diproduksi optimal di dalam negeri, dengan tarif 0 persen.
Selain itu, Indonesia sepakat untuk membeli energi dari AS senilai 15 miliar dolar AS dan produk pertanian senilai 4,5 miliar dolar AS. Tak ketinggalan, ada rencana pembelian 50 unit pesawat Boeing 777 sebagai bagian dari kerja sama jangka panjang di sektor aviasi.
















