5 Artikel Pilihan: Sejarah Nonbiner hingga Review ‘Extraordinary Attorney Woo’
Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan, mulai review ‘Extraordinary Attorney Woo’ hingga heboh nonbiner.
1. Nonbiner Sudah Lama Ada, tapi Kolonialisme Membuatnya Jadi Asing
Baru-baru ini heboh mahasiswa Hukum Universitas Hasanuddin, Nabil, yang tengah diinterogasi saat Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB). Nabil diberondong pertanyaan yang memojokkan oleh dosen laki-laki dan perempuan.
“Di KTPmu apa? Laki-laki? Di kartu mahasiswa laki-laki atau perempuan,” tanya dosen lelaki.
Menanggapi pertanyaan itu, Nabil spontan menjawab, ia bukan keduanya, bukan laki-laki atau perempuan. Ia di tengah-tengah dan mengidentifikasi dirinya sebagai gender netral. Jawaban dari Nabil membuat Hasrul kaget. Menurutnya, jawaban Nabil tidak bisa diterima oleh akal sehat dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia. Tanpa pikir panjang ia pun langsung menyuruh panitia untuk mengusir Nabil dari perhelatan tersebut.
Baca selengkapnya di sini
2. Andrew Tate Dilarang di Media Sosial, Akankah Mengakhiri ‘Manosphere’?
Kalau kamu aktif di media sosial belakangan ini, mungkin cukup familier dengan sosok Andrew Tate—seorang influencer sekaligus mantan kickboxer, yang dijuluki “King of Toxic Masculinity”. Pasalnya, media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan Youtube menghapus akun Tate yang memiliki jutaan pengikut.
Semua berawal dari konten milik Tate yang kontroversial. Nama peserta reality show Big Brother UK musim ke-17 itu kesohor, karena pernyataan misoginis dan homofobik yang disampaikannya dalam sejumlah video. Ia membandingkan perempuan dengan properti, mendomestifikasi perempuan, dan mencontohkan caranya melakukan kekerasan terhadap perempuan yang menuduhnya berselingkuh.
Simak artikelnya di sini.
3. ‘Extraordinary Attorney Woo’: Woo Young Woo dan Lee Jun-ho yang Menggemaskan
Pertama kali menonton episode satu Extraordinary Attorney Woo, saya mewek pada 10 menit pertama. Berbeda dari kebanyakan drama korea yang saya tonton, tangis kali ini nuansanya agak sedikit lebih positif. Saya merasakan kehangatan yang tak terkira sampai air mata saya jatuh sendiri.
Di akhir episode satu, saya menangis sampai tiga kali. Saking kagum—dan terbawa suasana—saya sampai berdiri dan tepuk tangan.
Ini artikel lengkapnya.
4. Aroma Seksualisasi ‘NewJeans’, Grup ‘Idol’ K-Pop di Bawah Umur
Kita paham industri K-Pop sedari dulu menyimpan sederet masalah. Mulai dari jam kerja yang panjang dan tak masuk akal, kesehatan mental idol yang belum jadi prioritas, sampai kasus pelecehan dan kekerasan seksual. Sudah banyak protes yang dilontarkan para penggemar K-Pop hingga membuat industri itu bersolek diri.
Sayangnya, ada satu masalah yang relatif sukar hilang, karena cenderung dinormalisasi oleh pelaku industri. Adalah mengobjektifikasi dan menseksualisasi member idol K-Pop di bawah umur. Ya, selain karena musik dan konsep NewJeans yang unik dan mampu memberikan potongan nostalgia pada penggemar K-Pop generasi 90-an, hal lain yang membuat NewJeans jadi banyak perbincangan adalah karena grup ini terdiri dari anak-anak di bawah umur.
Baca artikelnya di sini.
5. Apa Itu Piramida ‘Rape Culture’ Alias Budaya Perkosaan?
Jagat Twitter sempat digegerkan dengan thread viral yang dikicaukan akun @jerangkah pada Sabtu (13/08). Ia tidak terima istrinya menjadi korban pelecehan seksual yang pelakunya sendiri teman kerja. Tiga pelaku saling melontarkan candaan seksual yang membuat korban tidak nyaman. Sampai artikel ini ditulis tweet tersebut sudah mendapatkan 37,5 retweets.
Terlepas dari kasusnya yang masih berlanjut hingga ke ranah hukum, warganet kebanyakan memberi dukungan dan menceritakan pengalaman pribadi serupa yang dialami korban. Namun, komentar-komentar kontra yang menganggap lumrah candaan seksual di lingkaran pertemanan masih muncul. Ini dikenal sebagai piramida pemerkosaan.
Baca artikelnya di sini.