Tips Ampuh Anti Misoginis-misoginis Klub
Setiap hari perempuan kerap jadi bulan-bulanan sikap misoginis dari sekitarnya. Apa itu misoginis? Bagaimana menghindari sikap tersebut?
Sungguh melelahkan jadi perempuan yang hidup dalam masyarakat patriarkal. Sedari kecil kita dituntut untuk menjadi makhluk sempurna dan suci. Perempuan juga dilarang untuk berkata tidak, jika membangkang maka auto-dikucilkan. Contoh-contoh ini adalah sikap misoginis yang paling ajek ditemui di tengah masyarakat.
Karena terus-menerus jadi sasaran, sejumlah perempuan mulai menyadari, kehidupan mereka dipenuhi dengan ketidakadilan. Tak heran jika mereka lantas aktif menyuarakan ketidakadilan tersebut lewat musik, cerita fiksi, film, hingga media sosial. Ketika mereka mulai bersuara tentu saja tantangan yang dihadapi semakin banyak.
Apa itu Misoginis?
Sepanjang sejarah, perempuan diperlakukan secara tidak adil oleh masyarakat dalam kerangka sistem patriarki. Dalam masyarakat patriarkal, laki-laki adalah pihak yang memegang kuasa dan perempuan harus tunduk dalam kekuasaan mereka. Ketika perempuan berusaha membangkang, mereka harus dihukum atas perbuatannya. Hal ini yang disebut dengan misoginis.
Baca Juga: Kurang Merasa Jantan? Jangan Salahkan Perempuan
Dikutip dari Vox, walaupun banyak yang berargumen bahwa misoginis merupakan kebencian laki-laki terhadap perempuan, Profesor Kate Manne, dari Cornell University mengatakan, misoginis adalah upaya untuk mengontrol dan menghukum perempuan yang menentang dominasi laki-laki.
Perbedaan Misoginis dengan Seksis
Ketika membicarakan sikap misoginis, kita juga sering mendengar istilah seksis. Mungkin beberapa orang menganggap keduanya mirip, namun ada perbedaan dari kedua istilah ini.
Profesor Kate Mane dalam bukunya “Down Girl: The Logic of Misogyny” menjelaskan, kedua hal ini saling membantu untuk mempertahankan sistem patriarki dalam masyarakat. Seksisme merupakan ideologi yang mendukung tatanan sosial yang patriarkal. Sementara, misoginis berfungsi mengawasi dan menegakkan norma dan harapan dari sistem itu.
Contoh Sikap Misoginis dalam Kehidupan Sehari-hari
Seperti penjelasan sebelumnya kita menghadapi sikap misoginis dimanapun berada. Jika kamu seorang perempuan yang mencoba membangkang dari sistem patriarki, maka bersiaplah untuk “dihukum”.
Salah satu contoh yang mungkin familier di sekitar kita adalah laki-laki yang tidak terima cintanya ditolak dan akhirnya melukai si perempuan. Yang paling parah, bahkan ada yang sampai melakukan pembunuhan terhadap perempuan atau disebut juga dengan femisida.
Selain dibunuh karena menolak menjadi pacar, di beberapa negara, perempuan yang menolak untuk dinikahkan akan dibunuh oleh keluarganya atau disebut juga dengan honour killing, karena telah melukai kehormatan keluarga. Dalam masyarakat patriarkal, banyak hal yang menjustifikasi tindakan masyarakat untuk menghukum perempuan.
Baca Juga: Bagaimana Menjadi Seorang Feminis yang Romantis?
Selain contoh ekstrem di atas, ada hal-hal kecil yang bisa memperlihatkan bahwa kita sedang mengalami sikap misoginis. Contohnya, perempuan yang menggunakan baju terbuka akan dicap sebagai perempuan nakal. Tak hanya pakaian, ketika perempuan berargumen akan suatu hal, mereka dicap terlalu emosional. Hal ini juga termasuk dalam sikap yang misoginis.
Dampak Misoginis Secara Psikologis
Lalu apa dampak sikap misoginis? Apakah hanya laki-laki yang bersikap misoginis?” Jawabannya, tentu saja tidak hanya laki-laki yang bersikap misoginis, perempuan pun juga bisa melakukannya. Hal ini dinamakan dengan internalized misogyny.
Perempuan yang menginternalisasi sikap-sikap misoginis dalam hidupnya, tidak akan mempercayai bahwa bias gender itu nyata adanya. Hal ini tentunya terbentuk karena sikap-sikap misoginis yang sebelumnya ia terima, dan membentuk sistem kepercayaan baru di pikirannya.
Baca Juga: Bukan Salah Penyintas, Yuk Setop ‘Victim Blaming’
Selain internalized misogyny, dampak misoginis juga terkait dengan banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi. Kriminolog dari Universitas New Castles, Xanthe Mallet dalam artikelnya di The Conversation, menjelaskan perilaku seksual agresif laki-laki, seperti kekerasan seksual adalah aktivitas yang terlahir dari kebutuhan laki-laki akan kontrol dan kuasa.
Ketika laki-laki merasa tertantang atau ingin mendominasi seseorang untuk memenuhi kekurangan yang dimiliki, mereka akan melakukannya secara seksual. Seringkali korban dari kemarahan tersebut adalah perempuan.
Tips Agar Kita Tidak Bersikap Misoginis
Hal ini mungkin menjadi tantangan bagi kita semua yang diedukasi dalam sistem patriarki sedari kita kecil. Berikut ini beberapa hal yang bisa kita praktikkan agar kita tidak lagi bersikap misoginis.
1. Sadari bahwa sistem dalam masyarakat kita sangatlah timpang
Bagi saya, langkah ini merupakan langkah utama agar kita tak bersikap misoginis. Di saat kita sadar sistem dalam masyarakat sangat tidak adil terhadap perempuan, ini membuka mata kita terhadap segala permasalahan dalam masyarakat.
Baca Juga: Kelas Cinta dan PR Besar Kursus Romansa
Salah satu contohnya, banyak isu yang dilihat hanya sekadar isu kemiskinan biasa, padahal jika kita telusuri dari isu kemiskinan itu, ada perempuan yang dimiskinkan karena sistem pendidikan yang tak berpihak pada perempuan.
2. Jangan normalisasi humor seksis
Seperti penjelasan sebelumnya, seksisme merupakan pemikiran yang ditanamkan agar sistem patriarki semakin mengakar. Seksisme bisa berbentuk apa saja termasuk humor. Ketika kita sering melontarkan humor seksis apalagi rape jokes, hal-hal yang sebetulnya sangat tidak adil akan dinormalisasi menjadi sesuatu yang biasa.
3. No means no
Perempuan sering kali dilarang untuk berkata tidak. Mereka diedukasi menjadi seseorang yang harus menuruti kemauan orang di sekitarnya. Oleh sebab itu, kamu perlu menanamkan di pikiranmu bahwa no means no. Ketika perempuan memilih untuk diam, bukan berarti ia mengiyakan hal tersebut. Ini juga berlaku dalam berhubungan seks, saat perempuan mengatakan tidak, itu berarti kamu harus setop pada detik itu juga.
4. Jangan menghakimi apapun pakaian perempuan
Apapun pakaiannya, mau rok panjang atau pendek, celana pensil atau cutbray, berhijab syari atau menggunakan burkha, semua itu bukan urusanmu. Perempuan berhak dihormati apapun pakaian yang mereka kenakan dan itu bagian dari hak mereka.