Culture

4 Alasan Kenapa Kamu Wajib Baca ‘Manga Jujutsu Kaisen’

Jujutsu Kaisen populer karena manga ini mampu menyampaikan kritik sosial dan menampilkan karakter perempuan yang berdaya.

Avatar
  • November 29, 2021
  • 7 min read
  • 2780 Views
4 Alasan Kenapa Kamu Wajib Baca ‘Manga Jujutsu Kaisen’

Baru-baru ini Oricon mengumpulkan data hasil penjualan manga terlaris di Jepang. Menurut data yang mereka peroleh per November 2020 hingga November 2021, Jujutsu Kaisen menempati posisi pertama sebagai manga dengan penjualan terbanyak di Jepang. Dengan total manga terjual sebanyak 30.917.746 kopi, Jujutsu Kaisen resmi menggeser posisi manga Kimetsu no Yaiba yang tahun kemarin merajai penjualan manga di Jepang.

Kendati Jujutsu Kaisen merupakan manga dengan genre Shōnenatau menyasar pembaca lelaki–banyak perempuan yang tetap membacanya. Bahkan tidak sedikit mengakui manga tersebut telah mengembalikan kepercayaan mereka terhadap genre Shōnen yang terkenal misoginis.

 

 

Hal ini misalnya bisa dilihat dari hasil survei LINE Research pada April 2021 dan dipublikasikan pada Juni 2021. Dalam survei yang melibatkan 403 murid SMA laki-laki dan 422 murid perempuan itu, untuk pertama kalinya, posisi teratas dalam daftar manga yang digemari kedua gender diduduki oleh karya yang sama, yakni Jujutsu Kaisen.

Salah satu yang sohor di genre ini, Gege Akutami, telah memperlihatkan pada pembacanya bagaimana mangaka laki-laki dapat mendobrak batas-batas gender dan dinikmati baik laki-laki atau perempuan.

Baca Juga:   Anime ‘Jujutsu Kaisen’ Tampilkan Karakter Perempuan Tangguh

Berikut empat alasan mengapa Jujutsu Kaisen karya Akutami wajib untuk dibaca:

 Alasan 1: Tak Malu-malu “Telanjangi” Masyarakat Patriarkal

Alasan kuat mengapa banyak perempuan termasuk saya membaca Jujutsu Kaisen adalah bagaimana Akutami dengan baik mengkritik sistem di masyarakat yang masih sangat seksis dan misoginis. Dengan membawa tema peran gender tradisional, Akutami memperlihatkan perjuangan karakter perempuan yang dalam realitas harian kerap dianggap sebagai warga kelas dua atau liyan.

Misalnya, dalam percakapan antara anggota klan Zenin mengenai pengangkatan ketua klan baru, Akutami mengkritik soal bagaimana perempuan didikte sedemikian rupa dalam berpenampilan dan bersikap. Naoya, figur seksis dalam percakapan ini menekankan tempat perempuan adalah di belakang laki-laki–bermaksud menyindir Maki Zenin. Sehingga, mereka tidak pantas memimpin para laki-laki. Ia bahkan mengucapkan jika perempuan tidak bisa mengemban tugas ini, mereka seharusnya ditusuk hingga mati.

Tidak mengherankan Naoya menolak keras Maki Zenin yang seorang perempuan jadi ketua klan. Belum lagi dengan fakta bahwa sejak ia masih muda, Maki adalah satu-satunya perempuan yang berani melawan aturan-aturan dalam klan yang sangat seksis.

“Maki mungkin cantik, tetapi perilaku dia tidak bisa diterima, dia tidak tahu caranya bagaimana mendukung laki-laki”, ucap Naoya.

(Jujutsu Kaisen Wiki: Karakter perempuan Maki Zenin yang melawan klannya sendiri)

 

Penggambaran dunia yang begitu patriarkal juga tampak dalam dialog Momo saat bertarung dengan Nobara. Momo, sahabat dari Maki Zenin mengungkapkan kekesalannya tentang standar ganda dalam masyarakat patriarkal yang selalu meminta perempuan bekerja lebih keras dari laki-laki hanya agar perempuan dianggap setara.

“Mereka tidak menuntut kekuatan dari sorcerer perempuan. Mereka menuntut kesempurnaan,” ujar Momo.

Baca Juga:   7 Serial Anime Netflix Terlaris dengan Beragam Karakter Perempuan

Alasan 2: Mengkritik Sesama Manga Laki-laki dan Maskulinitas Toksik

Hal yang membuat saya dan banyak perempuan mungkin kaget dengan Akutami adalah keberaniannya untuk “menyindir” sesama mangaka laki-laki dalam karyanya lewat guyonan. Sebagai seseorang yang sudah membaca manga Shōnen sejak bangku Sekolah Dasar (SD), saya sudah terbiasa melihat karakter perempuan diseksualisasi oleh mangaka laki-laki.

Mereka digambarkan dengan ukuran payudara yang besarnya tidak masuk akal dengan pinggul yang kecil. Dalam banyak manga karakter perempuan ini akan terlibat dalam sebuah swimsuit chapter yang tidak ada sangkut pautnya dengan alur cerita utama. Karakter perempuan akan digambarkan memakai bikini, berlari-lari di pantai, bermain air atau main bola voli dengan payudara besar mereka bergerak naik turun.

Akutami sepertinya paham sekali dengan formula klasik mangaka laki-laki ini dan berusaha “menyindir” dengan bumbu humor. Misalnya saja, dalam sebuah ketika Gojo dan Nobara Kugisaki mengatakan akhirnya swimsuit chapter yang biasanya ditunggu-tunggu pembaca laki-laki akan tiba.

Namun kendati memperlihatkannya, Akutami justru menggambarkan Todo, karakter laki-laki kekar dengan otot-otot dan postur badan besar, lengkap dengan speedo. Yang menarik adalah Akutami menggambarkan Todo berkedip genit dengan pose berbaring tengkurap, pose khas yang biasanya digambarkan oleh mangaka laki-laki untuk karakter perempuannya.

Tidak hanya berusaha menyindir mangaka laki-laki lain, Akutami juga nampaknya mau mengkritik maskulinitas toksik lewat penggambaran Gojo dan Megumi. Gojo sebagai sorcerer terkuat digambarkan sebagai laki-laki cantik. Ia memiliki tubuh ramping dan wajah yang cenderung cantik dengan mata indah, bulu mata lentik, dan bibir pink. Begitu pun dengan Megumi, ditambah dengan fakta bahwa nama dia umumnya diberikan untuk anak perempuan.

(Jujutsu Kaisen Wiki: Special chapter yang menampilkan Todo berpose seperti karakter perempuan yang biasa diseksualisasi mangaka laki-laki)

 

Baca Juga:   Film-film Hayao Miyazaki dan Representasi Kepemimpinan Perempuan

Alasan 3: Karakter Perempuan yang Diberikan Suara

Memang beberapa tahun ini, genre shōnen sudah banyak melakukan perubahan dengan mengangkat karakter perempuan yang berdaya, namun saya masih menyadari ada satu hal yang belum berubah. Selama belasan tahun menyukai manga, saya menyadari genre Shōnen sampai sekarang masih jarang memberikan karakter perempuannya suara dan sorotan berimbang.

Narasi karakter perempuan di genre shōnen masih sangat minim dieksplorasi, jika pun ada kilasan sejarah karakter perempuan, mereka masih belum mendapatkan porsi yang cukup dalam membangun keseluruhan narasi yang ada. Hal inilah mengapa Jujutsu Kaisen berbeda.

Akutami dengan baik mengeksplorasi perjalanan hidup karakter perempuannya dengan tidak terjebak dalam trope women in refigerator. Ia tidak hanya menampilkan kilas balik, namun ia juga memberikan mereka suara agar pembaca mengetahui rintangan apa yang mereka harus hadapi dalam melawan sistem yang kerap menindas mereka.

Hal ini misalnya bisa dilihat dari karakter Maki Zenin. Akutami dengan baik menarasikan perjuangan Maki melawan klan Zenin dengan mengeksplorasinya dalam beberapa chapter khusus. Chapter khusus ini pun tidak ditempatkan secara terpisah, namun berhubungan langsung dengan narasi utama karyanya.

Oleh sebab itu, pembacanya pun dapat dengan baik memahami karakter Maki dan mampu berempati dengan tindakannya dalam melawan klannya sendiri. Maki diberikan suara untuk mengungkapkan rasa frustasinya tinggal dalam klan yang patriarkal. Ia juga diberikan suara untuk mengungkapkan tujuannya melakukan berbagai macam perlawanan.

Dengan begitu, Maki Zenin pun ditempatkan sebagai karakter perempuan yang sama penting dengan karakter laki-laki yang ada dan eksistensinya berpengaruh pada perkembangan cerita dan perjuangan karakter lain.

Alasan 4: Yuuji, Protagonis yang Humanis

Selama mengikuti manga shōnen saya menyadari fungsi protagonis shōnen prototipikal adalah untuk mengubah dunia di sekitar mereka melalui tujuan tunggal. Biasanya tujuan tunggal ini pun dibalut dengan inferiority complex karakternya, from zero to hero. Akutami justru mengakuinya sebagai ketidakmungkinan.

Akutami mencoba untuk menggabungkan berbagai elemen dari genre shōnen dengan sifat kehidupan modern yang mampu menghancurkan sisi kemanusiaan seseorang sambil tetap memberi ruang untuk kegembiraan dan harapan.

Cara inilah yang membuat Akutami dapat menggambarkan Yuuji sebagai protagonis yang sangat humanis. Ia takut mati, ia merasakan kengerian, dan keputusasaannya dalam menjalani hidupnya sebagai seorang pidana hukuman mati. Namun, hal ini tidak membuatnya berpaling dari manusia dan dunia yang ia tinggali.

Ia justru merasa terpacu oleh rasa sakitnya dengan mencoba membantu orang lain. Ingin mengantarkan orang lain dalam kematiannya yang baik, good death inilah yang membuatnya hidup.

(Wikipedia: Protagonist utama Jujutsu Kaisen, Yuuji Itadori)

Melalui Yuuji, Akutami pun memperlihatkan pada kita bagaimana manusia jika dihadapkan cobaan dan tantangan bertubi-tubi akan sampai pada titik terendahnya. Yuuji digambarkan sangat humanis karena pembaca benar-benar melihat perubahan karakternya dari seorang yang periang menjadi seseorang yang jatuh terpuruk sampai pada titik ia mau mati.

Namun, dari sinilah juga Yuuji memperlihatkan bagaimana dorongan mental akibat berbagai kejadian yang ia lalui mampu membuatnya bangkit secara perlahan. Dalam perjalanannya ia berkontemplasi kembali atas makna kehidupan dan kematian. Ia mengakui dirinya lemah, oleh karena itu dia berusaha bangkit kembali. Selama ia bangkit pun ia tidak pernah mengandalkan orang lain, tetapi ia berusaha bangkit dengan kemampuannya sendiri.



#waveforequality


Avatar
About Author

Jasmine Floretta V.D

Jasmine Floretta V.D. adalah pencinta kucing garis keras yang gemar membaca atau binge-watching Netflix di waktu senggangnya. Ia adalah lulusan Sastra Jepang dan Kajian Gender UI yang memiliki ketertarikan mendalam pada kajian budaya dan peran ibu atau motherhood.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *