5 Artikel Pilihan: Megawati ‘Pick Me Girl’ hingga Pemaksaan Jilbab
Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan, mulai dari alasan kenapa Megawati bisa disebut ‘pick me girl’ hingga pemaksaan berjilbab.
1. 3 Alasan Kenapa Megawati adalah ‘Pick Me Girl’
Bu Mega mencontohkan dirinya sewaktu menjabat sebagai wakil presiden (wapres) dan presiden. Katanya, ia tetap memasak untuk keluarganya, terlepas dari kesibukannya sebagai orang nomor satu di Indonesia.
“Jadi ini alasan yang tidak wajar, kalau perempuan tidak bisa memasak,” tambahnya.
Pernyataan seksis itu enggak seharusnya diucapkan, terutama olehnya yang merupakan tokoh perempuan di Indonesia. Alih-alih memberdayakan, Bu Mega malah menyudutkan sesama perempuan. Lagipula, memasak termasuk life skill yang bisa dimiliki siapa pun. Jadi, ungkapan Bu Mega termasuk hasil pola pikir budaya patriarki yang masih menekankan fungsi seseorang berdasarkan gendernya.
Baca selengkapnya di sini.
2. ‘Pengabdi Setan 2: Communion’: Agama Kalah (Lagi) Melawan Kejahatan
Setelah tiga tahun terbebas dari teror mendiang Ibu (Ayu Lakshmi), Rini (Tara Basro) bersama bapak dan kedua adiknya, kembali dihadapkan pada situasi mencekam. Kepindahan ke rumah susun (rusun) yang awalnya dianggap menjamin keamanan, ternyata tidak melepaskan mereka dari kejahatan begitu saja.
Sebagaimana tagline filmnya—“teror Ibu sepanjang masa”—sosok Ibu kembali mengunjungi keluarganya dalam Pengabdi Setan 2: Communion (2022).
Simak artikelnya di sini.
3. Konflik Tasya-Tasyi dan Obsesi Warganet pada Drama ‘Public Figure’
Obsesi warganet dengan drama figur publik, termasuk Tasya-Tasyi sebenarnya bukan terjadi belakangan ini. Reality show seperti Keeping Up with the Kardashians (KUWTK) (2007-2021) atau The Real Housewives (2006-sekarang), bisa dikatakan berperan dalam antusiasme kita terhadap drama selebritis (seleb).
Sebagai penonton, rasa penasaran kita akan kehidupan mereka seketika terjawab. Padahal, yang ditampilkan para seleb belum tentu informatif, atau punya dampak signifikan dengan keseharian kita.
Yang mereka lakukan cuma hidup dari hari ke hari di tengah gelimang harta dan drama dari lingkungannya. Bukan menawarkan solusi untuk mengatasi kemiskinan, atau melakukan temuan ilmiah. Menariknya, tontonan seperti itu tetap menyenangkan untuk disaksikan.
Ini artikel lengkapnya.
4. Perjalanan Menerima Rambut Keritingku
Orang-orang di sekitarku banyak yang mengatakan bahwa cantik itu relatif. Namun, tumbuh dengan penampilan yang tak sesuai standar kecantikan bikin aku sadar, bahwa pernyataan ini hanya bualan belaka.
Selama beranjak dewasa, aku menyadari bahwa supaya bisa dianggap cantik, perempuan tak hanya harus putih dan langsing, tapi juga punya rambut lurus seperti model perempuan di iklan-iklan sampo.
Dengan standar kecantikan seperti ini, aku tak pernah pede dengan penampilanku. Salah satunya karena rambutku yang keriting.
Baca artikelnya di sini.
5. Kenapa Aturan Memakai Jilbab di Sekolah Makin Marak dan Masih Terjadi?
Publik kembali heboh pasca pemberitaan tentang guru sekolah negeri yang diduga memaksa siswi Muslim di Yogyakarta menggunakan jilbab tanpa kehendaknya, bahkan hingga membuat murid tersebut depresi.
Pekan lalu, Sri Sultan Hamengkubuwono X selaku Gubernur DIY menonaktifkan kepala sekolah dan tiga guru yang terlibat kejadian tersebut.
Baca artikelnya di sini