Issues

5 Artikel Pilihan: Orang Indonesia Paling Malas Jalan Kaki

Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan untuk pekan ini, mulai dari malasnya orang Indonesia jalan kaki hingga review ‘Ms. Marvel’.

Avatar
  • July 22, 2022
  • 4 min read
  • 682 Views

1. Ada Alasan Struktural di Balik Malasnya Orang Indonesia Jalan Kaki

Akhir pekan lalu, headline dengan kata kunci “orang Indonesia malas berjalan kaki” trending di mana-mana. Usut punya usut, ini berangkat dari studi lama yang diterbitkan 2017 lalu di jurnal sains Nature. Penelitian yang berjudul Large-scale Physical Activity Data Reveal Worldwide Activity Inequality itu memang membahas temuan menarik. Katanya, rata-rata orang Indonesia berjalan kaki hanya 3.515 langkah setiap hari. Jumlah yang jauh di bawah rata-rata global, yaitu 5.000 langkah per hari.

Penemuan penelitian ini lantas disimpulkan oleh banyak media di Indonesia dengan tajuk utama “Orang Indonesia adalah negara yang paling malas di dunia”. Klaim atas kesimpulan ini pun oleh banyak media Indonesia sengaja dibuat dengan dukungan data perbandingan jumlah langkah negara lain.

 

 

Baca selengkapnya di sini.

2. ‘Kiamat’ Energi Fosil di Depan Mata, Energi Terbarukan adalah Kunci

Kamu bangun dengan perasaan hampa, seperti miliaran manusia lain di Bumi. Pagi, siang, dan malam tak jauh berbeda, karena sepanjang mata memandang, kabut asap tebal menyelimuti. Baik cahaya matahari maupun lampu kini sama-sama langka. Paling lama empat atau lima jam sehari kamu dapat menikmatinya. Selebihnya, kamu harus berdamai dengan kegelapan dan kehampaan. Tak ada ponsel atau televisi untuk mengisi waktumu yang luang. 

Bermain di luar? Risikonya terlalu besar. Banjir, longsor, gelombang panas, dan bencana alam lainnya tak kunjung mereda. Sungai dan danau, sumber air bersih semua makhluk hidup, juga telah tercemar tak bersisa. Gagal panen di mana-mana jadi hal yang biasa, bahan pangan menjadi langka ketika distribusi terganggu. Wabah penyakit merajalela. Kemiskinan dan kelaparan pada akhirnya jadi niscaya. 

Bumi telah berubah menjadi neraka yang diciptakan sendiri oleh manusia. Skenario di atas bukan adegan film dystopia terbaru, melainkan prediksi situasi terburuk ketika Bumi kehabisan bahan bakar fosil.

Simak artikelnya di sini.

3. Ms. Marvel: Petualangan Superhero Baru MCU dari Pakistan

Ada beberapa faktor yang membuat Ms. Marvel agak lebih kedengaran dibandingkan dengan serial Marvel Cinematic Universe (MCU) seperti Hawkeye misalnya.

Ms. Marvel ternyata mentereng karena ia menawarkan sesuatu yang berbeda. Meskipun ia baru, tapi ia hadir langsung dengan kepercayaan diri yang tinggi, dengan cepat ia memiliki hal-hal yang tidak bisa Anda temukan dalam WandaVisionThe Falcon and the Winter Soldier, Moon Knight atau bahkan Loki. Dalam Ms. Marvel, kita diajak untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi gadis remaja.

Ini artikel lengkapnya.

4. Euro 2022: Dalam Sepak Bola Perempuan Pun, Laki-laki Masih Mendominasi

Tumbuhnya minat pun memengaruhi potensi industri periklanan dalam sepak bola perempuan.

Namun, ada sisi bisnis lain dari  suatu olahraga daripada sekadar peningkatan pemasukan. Hal ini melingkupi bagaimana uang digunakan, permainan dikembangkan, dan bagaimana memperlakukan penggemar, pemain, dan penyiar. Dalam hal ini, pengaruh laki-laki cukup jelas, dari lapangan hingga organisasi.

Selengkapnya di sini.

5. Why Does Love Feel Magical? It’s An Evolutionary Advantage

People are used to seeing romantic love presented as it is on the reality show “The Bachelor” – as a force cosmically bound to one’s destiny. It’s an idea that is at once laughable and uncannily relatable for anyone who has been in love and felt their pairing compellingly “meant to be.” Our research suggests that magical notions of fated love and soulmates are very common and deeply felt.

As psychology researchers interested in why human beings think, feel, and behave in the ways they do, we ask a basic question: Why does love feel magical? We hope that answering this question might offer some insight into the quandaries that have long plagued people in love. Should you blindly trust your heart to lead you to happiness, despite the chaos that’s as much part of love as bliss is? Or should you instead regard the tendency to magical thinking about love with skepticism, striving for rationality in the search for a fulfilling relationship?

Read the article here.



#waveforequality


Avatar
About Author

Magdalene

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *