Lifestyle

Dear ‘Sad Boys’ dan ‘Sad Girls’, Ada Alasan Ilmiah Kamu Suka Lagu Galau

Tidak melulu diidentikan dengan emosi negatif, lagu sedih ternyata juga banyak dinikmati oleh orang-orang yang sedang tidak bergalau ria.

Avatar
  • December 3, 2021
  • 7 min read
  • 1918 Views
Dear ‘Sad Boys’ dan ‘Sad Girls’, Ada Alasan Ilmiah Kamu Suka Lagu Galau

Dua hari ini, pengguna setia platform musik berbayar Spotify sedang gencar-gencarnya membagikan unggahan Spotify Wrapped 2021 mereka ke media sosial. Melalui Spotify Wrapped 2021, para pengguna akan diajak untuk melihat kilas balik musik dan podcast yang mereka dengar sepanjang 2020. Mulai dari berapa lama menghabiskan waktu mendengarkan musik hingga genre dan musisi terbanyak didengarkan.

Sebagai ARMY, saya mengira musisi yang paling banyak didengarkan adalah BTS. Namun, saya justru dibuat kaget karena ternyata Top Artist saya tahun ini justru keshi. Tidak sampai situ saja, ternyata Top 5 Songs saya didominasi keshi, yaitu sebanyak 4 lagu.  Jika ditotal pun, saya menghabiskan waktu sekitar 4.317 menit mendengarkan tembang-tembangnya.

 

 

Sebagai informasi, keshi sendiri adalah penyanyi Amerika keturunan Asia yang sedang naik daun dan terkenal karena lagu-lagu galaunya. Lagu-lagu keshi mayoritas berkisah tentang patah hati dan putus cinta. Karena hal ini, para millenial dan generasi Z pun menyebut musiknya sebagai musik kebangsaan para sad boys.

Kesukaan saya dengan lagu keshi bisa dibilang cukup unik. Hal ini karena walaupun saya suka sekali dengan lagu-lagu galaunya, saya sendiri tidak pernah mengalami putus cinta atau patah hati. Saya tidak pernah bisa relate dengan arti lagu-lagunya tapi entah kenapa lagu-lagu galau keshi membuat saya tersihir sampai diputar ulang ratusan kali.

Pengalaman menyukai lagu galau walaupun tidak sedang galau pun dialami teman saya. “Bianda”. Ia mengaku sangat menyukai lagu Taylor Swift seperti All Too Well yang menceritakan kisah cinta pilunya dengan Jake Gyllenhaal walaupun ia tidak pernah sama sekali mengalami putus cinta atau patah hati.

Baca Juga:    Lagu Patah Hati Olivia Rodrigo: Saatnya Rayakan Kehilangan dengan Elegan

Kok bisa ya orang-orang seperti saya dan Bianda bisa menyukai lagu galau walaupun tidak pernah mengalami hal-hal tersebut atau tidak sedang galau? Berikut ini jawabannya:

  1.   Membuat Kamu Lebih Produktif dan Lebih Fokus

Kathleen R. Keeler, mahasiswa doktoral, dan Jose M. Cortina, Ph.D., profesor di Virginia Commonwealth University School of Business pada 2017 merilis website berbasis penelitian http://workingtothebeat.com/.

Dalam penelitian tersebut, mereka melihat ada respons fisiologis dan emosional langsung yang ditimbulkan oleh musik (volume, lirik, preferensi, atau genre yang didengar) dan bagaimana hal ini berpotensi pada hasil kerja.

Mereka menemukan, lagu-lagu galau dengan tempo yang medium-slow dapat membantu seseorang melakukan tugas yang kompleks dan kreatif dengan lebih baik, seperti perencanaan, penalaran, dan pemecahan masalah. Pasalnya, gaya lagu seperti ini memfasilitasi fleksibilitas kognitif dan fungsi penyimpanan memori dalam otak.

Sementara, dalam penelitian Effect of Music Tempo on Long-Distance Driving: Which Tempo Is the Most Effective at Reducing Fatigue? (2019), Rui Li, Yingjie V. Chen, Linghao Zhang menemukan, musik bertempo sedang dapat mengurangi rasa lelah dan menjaga fokus untuk berkendara jarak jauh, dan musik bertempo lambat secara temporer dapat meningkatkan fokus..

Hal ini mungkin menjadi alasan kenapa saya sendiri selalu mengerjakan tesis S2 saya dengan ditemani lagu-lagu keshi. Saya jadi lebih mudah menulis dan bisa duduk anteng di depan laptop selama berjam-jam dan begadang hingga pagi buta ditemani alunan lagu-lagu galaunya.

Baca Juga:   Manipulasi dan ‘Gaslight’ dalam ‘All Too Well’, Taylor Swift adalah Kita

  1.   Lagu Galau Membangkitkan Emosi Positif

Dalam penelitian Sad Music Induces Pleasant Emotion (2013), Ai Kawakami, Kiyoshi Furukawa, Kentaro Katahira, dan Kazuo Okanoya Nah, melakukan penelitian terhadap 44 orang dan meminta mereka untuk mendengarkan lagu-lagu baik dalam kunci mayor maupun minor. Mereka berempat meminta peserta untuk menunjukkan dengan tepat perasaan apa yang mereka alami saat mendengarkan musik, serta memprediksi jenis emosi apa yang mereka rasakan dan akan dialami orang lain saat mendengarkan lagu tersebut.

Mereka menemukan, para peserta menganggap lagu-lagu galau (musik dalam kunci minor) sebagai sesuatu yang tragis, tetapi itu tidak membuat mereka sedih atau sengsara seperti yang mereka kira akan dirasakan orang lain.

Mendengarkan lagu-lagu galau justru mendorong mereka untuk merasa lebih romantis, gembira, dan less miserable daripada yang sebenarnya mereka rasakan sehubungan dengan musik yang sama. Dengan demikian, para peserta mengalami emosi ambivalen dengan perasaan senang yang justru mereka rasakan ketika mereka mendengarkan lagu galau.

Apa yang dialami oleh para peserta ini adalah apa yang disebut sebagai “sweet anticipation.” Sweet anticipation ini adalah sebuah proses di mana pendengar mengharapkan output apa yang akan mereka rasakan ketika mendengar musik dan ketika output yang mereka harapkan ternyata sesuai, maka pendengar mengalami emosi positif (“sweet anticipation”).

Sweet anticipation salah satunya terjadi karena apa kita rasakan bukanlah akibat langsung dari situasi yang menyedihkan. Mendengarkan orang lain bernyanyi tentang kesedihannya adalah pengalaman yang mewakili emosi diri, jadi kesedihan yang kita rasakan tidak mengancam well- being kita.

Baca Juga:   Girl in Red: Rayakan Musik ‘Queer’ Bebas Heteronormativitas

  1.   Lagu Galau yang Mempersatukan Kita Semua secara Emosional

Dalam penelitian The pleasures of sad music: a systematic review (2015), Matthew E. Sachs, Antonio Damasio dan Assal Habibi berujar, ketika orang mendengarkan lagu galau, hanya sekitar 25 persen yang mengakui mereka benar-benar merasa sedih. Sisanya mengalami emosi lain dengan nostalgia menjadi emosi yang paling sering dirasakan. Perasaan nostalgia ini dapat membantu meningkatkan rasa keterhubungan sosial kita, mengurangi perasaan tidak berarti, dan mengurangi kecemasan

Kesedihan yang disimulasikan memungkinkan kita bereksperimen dan belajar dari emosi ini. Kita dapat meningkatkan empati kita, belajar untuk lebih melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, dan mencoba berbagai tanggapan terhadap kesedihan. Ini mungkin membuat kita lebih siap ketika mengalami kejadian yang menyedihkan di kehidupan nyata.

Selain itu, musik yang berkaitan dengan kesedihan lebih sering ditemukan sebagai sesuatu yang indah daripada musik yang berkaitan dengan kegembiraan dan kebahagiaan karena berkaitan dengan masalah eudemonic seperti ekspresi diri, keterhubungan sosial, dan makna eksistensial. Akhirnya, lagu galau pun dapat membuat kita lebih terhubung dengan orang lain dan menciptakan sense of belonging dengan banyak orang. Hal ini misalnya bisa dilihat dari bagaimana almarhum Didi Kempot dengan lagu galaunya bisa menyatukan banyak orang dari lintas generasi.

  1.   Melepaskan Hormon Prolaktin, ‘The Chill Pill Hormone’

David Huron, profesor seni dan humaniora di Universitas Negeri Ohio dalam dalam penelitian Why is sad music pleasurable? A possible role for prolactin (2011), menerangkan pada tingkat biologis, lagu galau terkait erat dengan peningkatan pelepasan hormon prolaktin, hormone yang menghasilkan “efek psikologis yang menghibur.”. Prolaktin yang dilepaskan ketika kita mendengarkan lagu galau, mampu memberikan efek katarsis atau menenangkan (baik ketika kita sedang mengalami tekanan emosional atau tidak.)

Dalam hal ini pelepasan prolaktin berfungsi untuk menghibur, untuk melawan rasa sakit mental pada akar emosi negatif.  Musik sedih menipu otak untuk melibatkan respons kompensasi yang normal dengan melepaskan prolaktin. Prolaktin menghasilkan perasaan tenang untuk melawan rasa sakit yang dialami kita secara psikologis dan hal tersebut terjadi saat kita sedih karena mendengar lagu galau.

Ia melanjutkan, musik mensimulasikan kesedihan yang nyata, yang menipu otak untuk melibatkan respons kompensasi yang normal, yaitu pelepasan prolaktin. Tetapi karena pendengar menyadari fakta mereka sebenarnya tidak berada dalam situasi stres atau kesedihan, efek menghibur dari hormon dihasilkan tanpa adanya rasa sakit mental yang biasanya mendahuluinya.

  1.   Membantu Kita Meregulasi Emosi

Dalam penelitian The Paradox of Music-Evoked Sadness: An Online Survey (2014) yang melibatkan survei 772 orang dari seluruh dunia, Liila Taruffi dan Stefan Koelsch mendapatkan temuan penelitian bahwa lagu-lagu galau dapat menyebabkan efek emosional yang bermanfaat seperti pengaturan emosi negatif dan suasana hati serta penghiburan.

Efek emosional ini bermanfaat untuk meningkatkan mood kita setiap hari. Lagu-lagu galau ini membuat kita merasa lebih baik karena dapat kita gunakan sebagai pelampiasan emosi. Hal ini karena lagu galau memungkinkan pendengar untuk melepaskan diri dari situasi menyedihkan dan membuat kita frustasi walaupun kita tidak menyadarinya secara langsung dengan cara fokus pada keindahan musiknya.

Lebih baik dari itu, lagu-lagu juga mendorong empati, karena pendengar tidak hanya terhubung dengan emosi mereka sendiri, tetapi dengan musisi, dan melalui itu, orang lain yang telah melalui situasi yang sama, meningkatkan empati. Penelitian ini juga menemukan bahwa lagu-lagu bahagia untuk orang-orang dalam suasana hati yang positif memiliki manfaat yang sama, tetapi secara signifikan lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok yang mendengarkan lagu-lagu galau dalam penelitian ini.

 



#waveforequality


Avatar
About Author

Jasmine Floretta V.D

Jasmine Floretta V.D. adalah pencinta kucing garis keras yang gemar membaca atau binge-watching Netflix di waktu senggangnya. Ia adalah lulusan Sastra Jepang dan Kajian Gender UI yang memiliki ketertarikan mendalam pada kajian budaya dan peran ibu atau motherhood.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *