Health Lifestyle

Tak Sadar Diri Hamil, Apa Mungkin? Kenali Kasus Kehamilan Samar

Kasus “kehamilan samar”, juga dikenal sebagai “penolakan kehamilan”, sebenarnya tidak begitu langka.

Avatar
  • March 1, 2021
  • 6 min read
  • 746 Views
Tak Sadar Diri Hamil, Apa Mungkin? Kenali Kasus Kehamilan Samar

Belum lama ini, tersiar kabar bahwa ada seorang perempuan di Cianjur, Jawa Barat, yang melahirkan bayi dan mengaku sebelumnya ia tidak merasakan tanda-tanda kehamilan. Di belahan dunia lain, ada berita bertajuk “Bayi Tahu-Tahu Lahir dari Tentara yang Ditugaskan di Afganistan” atau pengakuan perempuan, “Saya merasa desakan yang sangat menyakitkan untuk mendorong dan saat itulah kepala bayi keluar”.

Umumnya, perempuan menyadari betul ketika mereka hamil. Karena itu, berita-berita seperti disebutkan tadi mengagetkan sekaligus membingungkan bagi banyak orang.

 

 

Meskipun begitu, kasus “kehamilan samar (cryptic pregnancy)”—juga diketahui sebagai “penolakan kehamilan (pregnancy denial)”—sebenarnya bukan sesuatu yang langka.

Faktanya, kasus seperti ini diperkirakan terjadi sekitar satu dari 2.500 kehamilan. Di Inggris, ini berarti 320 kasus per tahun sehingga ada potensi menjadi judul berita hampir setiap hari.

Dalam kasus-kasus ini, perempuan kurang memiliki kesadaran penuh atas kehamilan mereka dan melaporkan mengalami sedikit, jika ada, gejala umum.

Baca juga:  Pelajaran dari Kehamilan Berisiko dan Depresi Pasca-Melahirkan

Namun, ketidakjelasan diagnosis kehamilan bukanlah hal yang aneh. Pada masa sekarang, seorang perempuan yang berpikir bahwa dia mungkin sedang hamil, dapat melakukan tes kehamilan dengan akurasi yang tinggi yang alatnya bisa dibeli di toko. Namun dalam sejarah, bahkan hingga belum lama ini, tidak mudah memastikan apakah seorang perempuan sedang hamil.

Tanda dan gejala kehamilan dideskripsikan sebagai “kemungkinan” dan “dugaan” alih-alih diagnosis.

Gejala-gejala Awal Kehamilan Tidak Disadari

Jika kesadaran atas kehamilan sekarang bisa dianggap sebagai fakta umum, apa saja gejala-gejala yang bisa dikenali oleh semua perempuan? Dan bagaimana kemungkinan gejala-gejala itu masih bisa diabaikan, ditolak, atau dianggap muncul karena penyebab yang lain?

Tidak adanya periode menstruasi adalah gejala awal kehamilan yang paling umum. Namun, ada banyak alasan mengapa seorang perempuan mungkin tidak menstruasi secara teratur, termasuk gangguan medis dan faktor-faktor seperti makanan yang tidak sehat atau stres.

Perempuan yang mendekati menopause kemungkinan mengalami gangguan menstruasi dan beberapa perempuan berhenti sama sekali mengalami menstruasi ketika meminum pil kontrasepsi.

Sebaliknya, pendarahan “mirip menstruasi” ketika kehamilan (patut dicatat, perempuan hamil yang mengalami pendarahan vagina harus mencari perawatan medis) dilaporkan terjadi pada satu persen perempuan meski masih belum bisa dijelaskan.

Rasa mual pada pagi hari, gejala kehamilan yang paling umum digambarkan di media dan sinetron, dialami oleh sekitar 70 persen perempuan hamil. Tapi, ini sangat bervariasi dalam tingkat keparahan dan durasinya, dan mungkin lagi-lagi, berkaitan dengan berbagai penyebab lainnya.

Walau ada rasa tidak percaya saat membaca berita soal kehamilan tak disadari, kita harus memastikan bahwa kita menghormati dan melindungi perempuan di balik kisah yang tidak diduga.

Naiknya berat badan merupakan gejala umum lainnya. “Rata-rata” perempuan hamil diperkirakan berat badannya naik sekitar 12,5 kg tetapi mereka bisa saja naik berat badan lebih atau kurang dari itu, bergantung pada perbedaan budaya dan etnis.

Meski kenaikan berat badan menjadi salah satu gejala umum kehamilan, perlu diingat bahwa pada umur berapa pun, naiknya berat badan perempuan juga bisa diakibatkan faktor lain. Sebagai contoh, karena ia banyak makan ketika mengalami stres.

Hubungan antara nutrisi ibu dan janin sangat kompleks. Perempuan yang menjalani pola makan terbatas (dengan sengaja atau tidak sengaja) ketika hamil mungkin mengalami kenaikan berat badan yang sangat kecil, sementara berat bayi yang lahir mungkin masih berada di kisaran normal. Meski mungkin ada konsekuensi kesehatan jangka panjang pada bayi dari ibu dengan pola makan yang sangat buruk ketika kehamilan. Bagaimana pun, kenaikan berat badan termasuk gejala lain yang dengan mudah dapat diabaikan.

Sebagian besar perempuan mulai merasakan gerakan janin di antara 18 dan 20 minggu kehamilan. Gerakan awal biasanya digambarkan seperti denyut, dan pada minggu-minggu awal, mudah salah dikira sebagai gas dalam perut.

Namun, gerakan janin memang semakin kuat seiring bayi terus tumbuh dan perempuan dianggap dapat merasakan gerakan dari awal kehamilan hingga setelah awal persalinan.

Bagi para perempuan hamil yang merasakan tendangan bayi dari dalam kandungan, memang sulit untuk memahami bagaimana hal ini bisa salah ditafsirkan. Tapi dalam kasus kehamilan samar, para perempuan melaporkan mereka tidak merasakan gerakan janin.

Ilustrasi: Karina Tungari

 

Risiko Fisik dan Psikis Kehamilan Tak Disadari

Berbagai teori fisiologis dan psikologis telah banyak digunakan untuk menjelaskan kehamilan samar. Kasus ini mungkin terjadi lebih umum pada perempuan yang memiliki kondisi kesehatan mental, namun banyak kasus terjadi pada perempuan yang tidak memiliki bukti masalah kesehatan mental dan penyebabnya tetap tidak diketahui.

Kasus yang diberitakan umumnya menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tapi meski kehamilan adalah kejadian hidup fisiologis yang normal, seorang perempuan yang tidak tahu bahwa dia hamil (dan bayinya) mengalami risiko yang lumayan besar, baik secara fisiologis maupun psikologis.

Bagi semua perempuan, kehamilan adalah waktu perubahan dan persiapan menjadi ibu. Realitas menjadi ibu mungkin masih mengejutkan perempuan mana pun, dan mereka yang tidak sadar akan kehamilan diri mereka kemungkinan akan sangat terkejut ketika tiba-tiba menjadi ibu. Ini bisa sangat sulit untuk dihadapi.

Selain itu, perempuan-perempuan ini tidak akan mengakses pelayanan kesehatan sebelum kehamilan, jika ada komplikasi tidak akan terdeteksi, dan perempuan mungkin terus merokok atau minum alkohol tanpa menyadari potensi bahayanya.

Karakteristik kasus perempuan yang benar-benar tidak sadar atas kehamilan diri mereka terlihat dari upaya mereka mencari bantuan medis untuk berbagai rasa sakit perut. Namun, banyak dari mereka yang melahirkan sendiri atau tanpa bantuan dokter kandungan atau bidan. Ini menempatkan si ibu dan anak dalam risiko besar dan bisa membahayakan nyawa.

Konsekuensi Hukum Menanti Perempuan Tidak Sadar Hamil

Ada sisi gelap terkait bagaimana kehamilan samar diinterpretasikan dan dipahami. Riset-riset dari laporan kasus riwayat pasien telah mendeskripsikan konsekuensi hukum bagi perempuan yang melahirkan sendiri yang bayinya lahir meninggal atau meninggal tak lama setelah lahir.

Perempuan yang mengklaim mengalami kehamilan samar biasanya ditanggapi dengan tuduhan kebohongan–walau kondisinya sesuai dengan penjelasan medis pada waktu itu–dan perempuan bisa dituduh melakukan pembunuhan bayi.

Baca juga: Hamil di Tengah Pandemi, Perempuan Dapat Beban Ekstra

Mona Rautelin, dalam kesaksiannya terhadap kasus-kasus seperti ini di Finlandia pra-modern juga mengutip kasus-kasus modern dari Eropa dan Cina. Di sana, keyakinan bahwa perempuan pasti tahu kehamilan diri mereka sendiri telah berujung dengan tuduhan pembunuhan bayi.

Di AS, seorang perempuan yang mengklaim bahwa dia melahirkan bayi yang meninggal tak lama sesudah lahir, setelah mengalami kehamilan tersembunyi, mendapat hukuman penjara karena pembunuhan bayi.

Fisiologis dan psikologis kehamilan tersembunyi dan kehamilan samar berbeda dan keduanya kompleks. Namun, keduanya mungkin sulit untuk dibedakan dalam kasus yang langka dan tragis ini.

Ada banyak ketidakpastian seputar kelahiran anak dan bahkan saat ini banyak aspek kehamilan dan kelahiran yang masih kurang dipahami.

Walau kita mungkin akan terus membaca berita-berita ini dengan rasa tidak percaya, kita harus memastikan bahwa kita menghormati dan melindungi perempuan di balik kisah yang tidak diduga.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.



#waveforequality


Avatar
About Author

Helen Cheyne

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *