Opini Safe Space

Kekerasan Seksual ‘Online’ Marak, Gen Z Butuh Lebih Banyak Dukungan

Belajar dari Kanada, mengatasi kekerasan seksual daring pada remaja cukup dengan memberi mereka dukungan penuh.

Avatar
  • August 30, 2023
  • 6 min read
  • 998 Views
Kekerasan Seksual ‘Online’ Marak, Gen Z Butuh Lebih Banyak Dukungan

Internet telah menyatu dalam kehidupan anak muda, terutama Gen Z di seluruh dunia. Kendati manfaat internet relatif banyak, tapi ia juga berpotensi menambah ancaman bahaya untuk pengguna. Karena itu, penting untuk memberikan dukungan yang berarti guna melindungi mereka dari kekerasan seksual.

Pada 2020, organisasi kemanusiaan Plan International melakukan survei terhadap lebih dari 14.000 anak perempuan dan perempuan berusia 15-25 di 22 negara, termasuk Kanada. Lima puluh delapan persen peserta melaporkan mengalami beberapa bentuk pelecehan daring secara pribadi, termasuk pelecehan seksual.

 

 

Orang-orang yang mengalami masalah ini melaporkan dampak buruk yang signifikan terhadap kesejahteraan mereka, termasuk harga diri rendah, peningkatan kecemasan, stres dan bahkan usaha menyakiti diri sendiri.

Selanjutnya, penelitian menunjukkan bahwa tingkat pelecehan seksual meningkat drastis di antara orang-orang dengan satu atau beberapa identitas terpinggirkan seperti ras, orientasi seksual atau keterbatasan fisik.

Kaum muda yang mengalami diskriminasi semacam ini dapat menghadapi risiko masalah kesehatan mental signifikan yang lebih tinggi.

Meskipun dampak buruknya sangat parah, sebagian besar pendidikan, dukungan sosial, dan undang-undang di Kanada tidak memberikan alat dan perlindungan yang diinginkan dan dibutuhkan generasi muda.

Orang tua, guru, perusahaan teknologi, organisasi masyarakat sipil, dan pemerintah sedang berjuang mencari cara untuk mendukung generasi muda dalam kasus-kasus ini. Jadi, di mana letak kesalahan kita?

A young woman looks at a phone with an upset look.
Pelecehan dan kekerasan online dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan harga diri remaja. (Shutterstock)

Baca juga: Hati-hati Di Internet dan Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal KBGO

Kita Perlu Pakai Kata-kata yang Tepat

Penelitian kami menunjukkan bahwa istilah seperti cyberbullying atau perundungan siber tidak lagi mencakup dampak buruk yang dialami generasi muda di dunia digital. Penggunaan istilah ini dapat meremehkan keseriusan masalah karena lebih memunculkan gagasan tentang ejekan di halaman sekolah dan bukan bentuk kekerasan seksual yang lebih serius yang dapat dialami remaja.

Bentuk kekerasan seksual digital ini dapat mencakup menerima gambar eksplisit yang tidak diminta, pelecehan seksual, pemerasan seksual yang eksploitatif, dan distribusi gambar intim tanpa persetujuan. Banyak dari perilaku ini berada di luar apa yang rata-rata orang bayangkan ketika mereka memikirkan cyberbullying. Sehingga, diperlukan terminologi baru yang secara akurat menggambarkan apa yang dialami remaja.

Sebagai sekelompok ilmuwan yang mempelajari tantangan unik dalam menjalani hubungan dan pengalaman seksual secara online, kami mengadopsi istilah “kekerasan seksual yang difasilitasi teknologi” untuk menggambarkan dampak buruk seksual yang dialami remaja di ruang digital.

Situs web kami menawarkan pusat sumber daya untuk membantu mendukung generasi muda dan mengatasi kekerasan seksual yang difasilitasi teknologi.

Melalui proyek penelitian lima tahun yang kami lakukan, Digitally Informed Youth (DIY) Digital Safety, kami akan berinteraksi dengan generasi muda dan orang dewasa yang mendukung mereka. Ini adalah proyek penelitian pertama di Kanada yang secara khusus mengkaji kekerasan seksual yang difasilitasi teknologi di kalangan remaja berusia 13-18 tahun. Kami bertujuan untuk memahami tantangan mereka, cara mereka mengatasinya, dan ide solusi mereka.

Penelitian kami menekankan bahwa mengatasi masalah ini memerlukan pengakuan terhadap kehidupan digital dan fisik generasi muda yang terintegrasi dan mengakui bahwa teknologi sebagai alat dapat memfasilitasi bahaya sekaligus dapat dimanfaatkan untuk memerangi bahaya tersebut.

Baca juga: Kiriman ‘Dick Pic’ dan Video Porno Tak Konsensual Naik Selama Pandemi

Kurangnya Penelitian di Kanada

Para pendidik dan pembuat kebijakan harus memahami permasalahan ini dalam konteks unik masyarakat Kanada. Meskipun semakin banyak penelitian di Kanada mengenai kekerasan seksual yang difasilitasi teknologi, sebagian besar penelitian mengenai topik ini dilakukan di negara-negara seperti Amerika Serikat atau Australia.

Secara khusus, hanya ada sedikit penelitian mengenai apa yang dialami oleh generasi muda di Kanada saat online, terminologi apa yang harus kita gunakan untuk mengidentifikasi dampak buruk ini, dan dukungan apa yang dianggap efektif bagi generasi muda. Selain itu, beberapa generasi muda di Kanada menghadapi tantangan karena mereka tinggal di komunitas terpencil atau kurang memiliki akses terhadap sumber daya pendukung.

Penting untuk memiliki penelitian berbasis bukti yang kontekstual sehingga para pendidik dapat berbicara dengan generasi muda tentang hak-hak mereka, memahami perilaku apa yang berbahaya dan mengetahui bagaimana generasi muda harus menanggapi perilaku seksual online yang melecehkan. Suara dan perspektif anak muda harus dimasukkan dalam analisis ini.

One person placing their hands around another's.
Mendukung generasi muda berarti menciptakan solusi berdasarkan kepercayaan dan dialog terbuka. (Shutterstock)

Baca juga: Bukan ‘Revenge Porn’ Tapi Kekerasan Seksual Berbasis Gambar

Dukungan yang Konsisten dan Dapat Diakses

Seiring berkembangnya teknologi, sistem hukum Kanada telah memperkenalkan undang-undang untuk mengatasi kekerasan seksual terhadap remaja dan orang dewasa, seperti undang-undang pidana yang melarang pornografi anak, memikat anak, voyeurisme atau perilaku seksual di mana seseorang merasakan kepuasan saat mengintip orang lain telanjang, mandi, atau berhubungan seksual, dan distribusi gambar intim tanpa persetujuan.

Namun, generasi muda masih menerima pesan yang membingungkan tentang bagaimana undang-undang ini berlaku bagi mereka dan perilaku seksual mana yang berbahaya. Misalnya, banyak anak muda menerima pesan tidak akurat yang menyalahkan korban tentang gambar tubuh yang mereka ambil.

Intervensi hukum mungkin merupakan respons yang tepat dalam beberapa kasus paling serius dari kekerasan seksual yang difasilitasi teknologi. Namun kaum muda membutuhkan lebih dari sekadar tindakan hukum. Kenyataannya, banyak yang mencari berbagai bentuk dukungan dari sekolah, teman, keluarga, organisasi nirlaba dan organisasi layanan korban.

Saat ini, kurikulum dan kebijakan sekolah di Kanada menangani kekerasan seksual yang difasilitasi teknologi dengan berbagai cara. Pendekatannya sangat bervariasi antar provinsi dan wilayah. Di beberapa daerah, kurikulum dan kebijakan terkait kekerasan seksual yang difasilitasi teknologi sangat sedikit atau bahkan tidak ada.

Dengan teknologi yang terus menjadi bagian dari kehidupan generasi muda, kebijakan dan kurikulum sekolah harus diperbarui untuk mengatasi realitas hubungan generasi muda yang semakin terdigitalisasi.

Untuk memperbarui kebijakan dan kurikulum sekolah secara efektif, beberapa peneliti mempromosikan konsep “warga negara seksual” di kalangan generasi muda. Ini berarti mendorong mereka untuk menjalani kehidupan dan hubungan mereka dengan landasan etika dan interpersonal yang kuat. Model ini beralih dari penyampaian pesan yang menyalahkan korban dan hanya sekedar pantangan menjadi berfokus pada membina hubungan dan komunikasi yang sehat.

Memotivasi generasi muda untuk berpikir kritis tentang risiko online adalah sebuah pendekatan yang memberdayakan. Hal ini membantu mereka mengakui pengaruh stereotip atau prasangka terhadap seseorang berdasarkan karakteristik tertentu, kesenjangan dan standar ganda seksis dalam diskusi dan bagaimana hal-hal tersebut berdampak pada akses individu terhadap kekuasaan dan sumber daya.

Mengandalkan taktik menakut-nakuti dengan hukum atau metode pengawasan yang dilakukan oleh pengasuh dan perusahaan teknologi merusak kepercayaan antara generasi muda dan orang dewasa dalam kehidupan mereka. Hal ini juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan generasi muda tentang bagaimana platform menggunakan data yang dikumpulkan dari mereka.

Sebaliknya, kita memerlukan solusi berdasarkan kepercayaan dan dialog terbuka. Sementara, bagi orang tua, pendidik, perusahaan teknologi, dan pembuat kebijakan untuk melibatkan generasi muda sebagai langkah pertama menciptakan perubahan budaya.

Estefania Reyes, PhD student, Sociology, Western University; Alexa Dodge, Assistant Professor of Criminology, Saint Mary’s University; Christopher Dietzel, Postdoctoral fellow, the Sexual Health and Gender Lab, Dalhousie University; Kaitlynn Mendes, Canada Research Chair in Inequality and Gender, Western University, dan Suzie Dunn, Assistant Professor, Law, Dalhousie University.



#waveforequality


Avatar
About Author

Estefania Reyes

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *