Issues

5 Artikel Pilihan: Kontroversi Film ‘Vina: Sebelum Tujuh Hari’ 

Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan untuk pekan ini, mulai dari kontroversi film ‘Vina: Sebelum Tujuh Hari’ hingga sejarah ‘poppers’.

Avatar
  • May 18, 2024
  • 3 min read
  • 575 Views
5 Artikel Pilihan: Kontroversi Film ‘Vina: Sebelum Tujuh Hari’ 

1.  Dear Sineas ‘Vina: Sebelum Tujuh Hari’, Filmmu Bukan Sarana Edukasi tapi Eksploitasi 

Sejak pertama kali rilis poster perdana pada Maret lalu, film Vina: Sebelum 7 Hari sudah jadi kontroversi. Film horor garapan Anggy Umbara yang diangkat dari kasus femisida di Cirebon pada 2016, menggambarkan korban, Vina, dalam wujudnya yang berdarah-darah. Dengan kepayahan, ia merangkak berusaha menyelamatkan nyawa dari kerumunan laki-laki yang memerkosanya. 

Baca selengkapnya di sini. 

 

 

2.  ‘The Colours of Mothers’: Puisi Paling Jujur tentang Ibu 

Berjam-jam saya mematung di depan layar komputer karena bingung harus mulai dari mana. Nyatanya, menulis tentang ibu tak semudah yang saya kira. Bukan karena ingin mengglorifikasi sosok ibu dengan puja dan puji. Tentu saya mencintai ibu dengan segala ketidaksempurnaannya. Terkadang ibu salah, marah, berkeluh kesah, atau merasa lelah, dan tak apa, karena ia juga manusia.  

Saya pun tak sempurna sebagai ibu dan tak masalah. Setidaknya itu kesan pertama yang saya dapat setelah membaca “The Colours of Mothers” (2024) karya Riyani Indriyati. Merangkum 22 cerita anak dari 15 negara tentang ibunya, saya kira buku ini adalah puisi paling jujur.    

Simak artikelnya di sini

3.  Sejarah Poppers: Kontroversi Kenikmatan dan Budaya Queer dalam Botol 10ml 

“Januar” bisa beli tiga poppers dalam dua minggu. Sebetulnya dia tak punya hitungan pasti. Tiap habis, langsung beli. Tapi, setidaknya tiga minggu sekali dia pasti pakai, khususnya untuk seks. Bisa buat masturbasi, tapi lebih sering dipakai saat bersenggama dengan pasangan satu malam. Untuk waktu yang lama, Januar tak terlalu sadar rutinitas pakai poppers saat seks ini ternyata sudah jadi tabiat. 

“Saking santainya, aku jadi terus-terusan pakai. Tau sendiri enaknya,” kata Januar. 

Baca di sini

4.  ‘Paper Mill’: Pabrik Artikel Ilmiah Seperti Kartel di Film-film 

Enggak repot-repot mengerjakan riset dan menulis, tapi nama diri muncul di artikel ilmiah? Fenomena ini semakin marak di kalangan komunitas akademis global. Hal ini pertama kali ditemukan oleh Science dan Nature, dua majalah sains terkemuka untuk berita ilmiah, opini, dan penelitian. Mereka menemukan maraknya perusahaan paper mill yang memproduksi artikel ilmiah bodong di seluruh dunia. 

Selengkapnya di sini

5.  “Selamat Ya Kamu Sudah Laku”: Menikah Bukan Berarti Membeli Perempuan 

Semenjak saya remaja hingga kini menikah, saya selalu tidak nyaman ketika ada orang yang bilang, “Wah, udah jadi milik orang aja, ya,” pada perempuan yang baru menikah. Meski tak jarang kalimat itu keluar beserta wejangan seputar pernikahan, tapi orang-orang sepertinya sudah lama terjebak pemikiran usang tentang perempuan sebagai objek atau barang dalam hidup laki-laki. 

Baca artikelnya di sini



#waveforequality


Avatar
About Author

Magdalene

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *