Culture

Nasib Anak Rantau: Tidak Bisa Pulang Setiap Liburan Meski Punya Rumah

Menjadi anak rantau terkadang sungguh sulit, tidak bisa langsung pulang ke rumah ketika ada tanggal merah di kalender

Avatar
  • December 16, 2022
  • 6 min read
  • 3029 Views
Nasib Anak Rantau: Tidak Bisa Pulang Setiap Liburan Meski Punya Rumah

Tak terasa tahun 2023 tinggal menghitung hari. Libur Natal dan Tahun Baru pun sudah semakin dekat. Bagi orang kantoran seperti aku, libur akhir tahun sangat dinantikan karena bisa jadi ajang bertemu keluarga atau pergi jalan-jalan. Tapi, bagi anak rantau sepertiku, banyak sekali pertimbangan yang harus dibuat sebelum memutuskan pulang ke rumah.

Aku sudah hidup merantau sejak masuk kuliah, hidup di kota orang dari usia tujuh belas tahun. Dulu masih enak karena uang untuk pulang masih ditanggung orang tua. Jadi walaupun tiket pesawat sedang mahal karena high season, aku pasti akan tetap pulang. Sekarang, karena sudah bekerja dan punya penghasilan sendiri, aku tidak bisa pulang sesuka hati.

 

 

Apalagi ketika melihat harga tiket pesawat yang melonjak tinggi di musim liburan, membuatku makin tidak niat untuk pulang. Pesawat hanyalah satu-satunya jalan bagiku untuk pulang. Lahir dan besar di sebuah pulau kecil kadang membuatku kesal. Akses untuk pulang saja sangat susah dan hanya bisa mengandalkan pesawat terbang.

Kalaupun ingin pulang dengan kapal laut, aku harus pergi ke pelabuhan yang lumayan jauh dari tempat bekerja. Sama saja jarak tempuh, dan biaya yang dihabiskan dengan pulang menaiki pesawat. Bahkan makan waktu lebih banyak.

Baca juga: Rumah untuk Pulang

Susah Pulang karena Tinggal di Luar Negeri

Setidaknya nasibku masih beruntung karena rumah dan tempat kerja masih di negara yang sama. Tapi, pulang kampung atau mudik ini terasa berat jika rumah dan tempat tinggal kita sekarang harus beda negara dan bahkan beda benua.

Hal inilah yang dirasakan oleh temanku Aras, 25 tahun yang tinggal di Jerman. “Aku bisa aja pulang setahun sekali, tapi rasanya udah capek duluan. Tiket pesawat yang mahal belum lagi jarak yang jauh. Mikirinnya aja aku udah gak niat,” ujarnya.

Aras juga bercerita apalagi kalau bulan Ramadan tiba, “Aku juga suka sedih waktu puasa karena harus sendiri dan lebaran bahkan masih kerja,” katanya.

Ia pun bercerita untuk mengobati kerinduannya akan suasana di rumah, Aras selalu memasak makanan khas di Indonesia. Aras juga selalu mengundang teman-teman Indonesia lain untuk makan bersama di apartemennya. “Meskipun rasa masakannya gak sama kayak buatan mama, at least udah bisa ngobatin rasa kangenku akan rumah.”

Baca juga: Lebaran Tetap Bermakna Tanpa Foto Keluarga

Tidak Bisa Pulang Sering Menyebabkan Homesick

Menjadi anak rantau pasti identik sekali dengan namanya homesickHomesick dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti rindu, hendak pulang ke kampung.

Menurut WebMD salah satu website tentang kesehatan di Amerika Serikat, siapa saja bisa merasakan homesick. Pelajar, pekerja, migran, pengungsi bahkan mereka yang bertugas di militer. Hal ini terjadi karena perasaan tertekan emosional saat anda jauh dari rumah dan berada di lingkungan baru yang asing.

WebMD juga membagikan beberapa penyebab dari homesick ini. Pertama gaya hidup yang berubah. Kebiasaan-kebiasaan kecil yang sering kamu lakukan di rumah mungkin akan berbeda ketika kamu pindah ke tempat baru. Misalnya, waktu bangun pagi di rumah kamu langsung siap-siap untuk jalan pagi di sekitar rumahmu. Tapi setelah pindah ke lingkungan baru, kamu tidak lagi menjalankan kebiasaanmu ini. Bisa jadi karena aktivitas pagi yang kamu lakukan sudah padat. Sehingga kamu akan merasa tidak nyaman dengan situasi baru ini.

Kedua, culture shock atau keterkejutan akan suatu budaya. Culture shock memang sering terjadi ketika kita anak rantau tiba di tempat yang baru. Seperti yang aku alami ketika memutuskan untuk pindah ke Jakarta.

Berasal dari pulau kecil yang menurutku sangat damai, tidak ada macet di mana-mana—situasi yang membuatku terkejut. Karena tiba-tiba harus merasakan kemacetan Jakarta yang menurutku sangat semrawut. Aku sering merindukan kota kelahiranku yang jauh dari kebisingan ibukota.

Lalu ada kesulitan beradaptasi. Memang tidak mudah bagi seseorang untuk beradaptasi di lingkungan yang baru. Situasi baru membuat kita butuh penyesuaian, tapi ada beberapa orang yang tidak mudah untuk beradaptasi.

Perasaan tidak memiliki juga bisa menjadi penyebab dari homesick ini. Poin ini sering terjadi pada orang-orang yang tinggal di luar negeri. Contohnya ketika orang-orang dari negara lain yang tinggal di sebuah negara selama lebih dari beberapa tahun merasa masih asing dengan lingkungannya. Orang asing ini masih merasa kalau mereka adalah outsiders atau orang luar. Padahal orang-orang di sekitar lingkungannya sangat akrab dan sering berbaur.

Tapi, kita harus hati-hati dengan penyebab dari kangen rumah ini. Jangan sampai kita merasa depresi karena merasa homesick yang berlebihan. Dokter mengatakan kerinduan dapat memiliki gejala seperti sering menangis, sulit tidur, sulit berkonsentrasi bahkan cenderung menarik diri dari masyarakat.

Ada berbagai cara yang bisa kamu lakukan setiap kali kamu merasakan homesick. Cara-cara ini juga sering aku lakukan ketika sedang rindu akan rumah.

Baca juga: Film Natal Romantis, Klise tapi Selalu Diminati

Cara-cara yang Selalu Aku Lakukan Ketika Homesick

Ketika tahun 2014, dan merasakan merantau ketika pergi kuliah untuk yang pertama kalinya aku mengalami homesick hampir sebulan. Sering menangis, tidak nafsu makan dan tidak bersemangat untuk pergi kuliah. Aku iri dengan teman-temanku yang bisa pulang setiap akhir minggu karena kota tempat tinggal mereka cukup dekat. Hanya dengan menggunakan bis, mobil atau kereta api, mereka sudah sampai di rumah.

Tidak mau berlama-lama dengan keterpurukan akan rindu rumah ini, aku melakukan berbagai kegiatan menyenangkan untuk mengobati kerinduanku. Cara-cara ini cukup efektif bagiku ketika aku merasa sedang kangen rumah dan keluarga.

Hal yang aku lakukan pertama kali adalah menelepon keluargaku di rumah. Berbincang-bincang dengan orang tua, adik dan kakek nenek serasa membawa kehangatan dalam badanku. Mungkin yang dibutuhkan dari otak dan hati kita hanya perbincangan ringan dengan keluarga di rumah. Kegiatan ini sering kulakukan ketika aku merasa bahwa aku sudah mulai stress dan ingin pulang ke rumah. Ternyata cara ini cukup efektif.

Selain itu pergi bersama dengan teman-teman yang berasal dari kota sama denganku juga menjadi alternatif yang ampuh. Aku kadang merasa butuh untuk berbicara langsung bersama orang-orang dengan bahasa ibu atau bahasa daerah. Terkadang berbicara terus-menerus dalam bahasa Indonesia membuat otakku agak lelah. Setidaknya dengan berbicara dalam bahasa daerah membuatku sedikit melepas kangen dengan kota kelahiranku.

Makan makanan enak memang bisa menjadi salah satu cara yang ampuh untuk melepas stres. Orang yang putus cinta, lelah bekerja, bahkan homesick bisa diobati dengan makan makanan yang enak. Memasak masakan kesukaan dan khas dari daerahmu juga bisa jadi obat untuk kangen rumah. Seperti yang dilakukan oleh Aras, ia selalu memasak makanan khas Indonesia untuk mengobati rasa rindu akan kampung halaman.

Mungkin masih ada banyak cara lain yang bisa kamu lakukan untuk mengobati rindu akan rumah sebagai anak perantau. Tapi semoga alternatif-alternatif yang aku lakukan bisa membantu kamu dalam mengobati homesick.

Jangan menyerah untuk menjadi anak perantau. Karena kamu pasti akan membuat bangga keluarga dan daerahmu tempat kamu tinggal. Hidup Anak Rantau!

Ilustrasi oleh: Karina Tungari



#waveforequality


Avatar
About Author

Chika Ramadhea

Dulunya fobia kucing, sekarang pencinta kucing. Chika punya mimpi bisa backpacking ke Iceland.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *