Yang terlintas pertama kali di kepala saat mendengar osteoporosis adalah, ini penyakit orang tua. Tentu saja itu asumsi keliru, sebab osteoporosis bisa menyerang siapa saja, dari usia muda hingga tua. Gawatnya, perempuan dalam hal ini jadi kelompok paling rentan terpapar osteoporosis.
Apa itu Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit di mana tulangmu menjadi lemah dan rapuh. Pada kondisi normal, tubuh manusia sebetulnya secara berkesinambungan menyerap dan mengganti jaringan tisu pada tulang, akan tetapi saat osteoporosis, penciptaan tulang baru tidak diikuti dengan pengangkatan tulang lama.
Baca Juga: Histeria Anti-Vaksin Perempuan dan 4 Mitos di Baliknya
Sering kali orang-orang tidak menyadari ia sudah terkena osteoporosis. Dari banyak kasus, orang-orang baru mengetahui ia terkena osteoporosis saat mengalami patah tulang. Gejala paling umum adalah mengalami sakit pada tulang belakang, penurunan tinggi badan, postur tubuh yang bungkuk, dan mudah mengalami patah tulang.
Selain umur, osteoporosis memiliki beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko, di antaranya:
- Seseorang yang kekurangan vitamin D dan kalsium
- Orang yang kecanduan alkohol
- Perokok
- Orang yang mengalami gangguan hormon seperti penyakit crohn dan malabsorbsi
- Perempuan yang sudah mengalami menopause.
- Riwayat anggota keluarga yang mengidap osteoporosis
Gejala yang Biasa Timbul
Osteoporosis termasuk salah satu permasalahan utama dalam sistem kerangka manusia. Penyakit yang menyerang tulang ini di banyak kasus sering tidak ada gejala apa pun. Kondisi tersebut biasanya baru timbul saat penderita mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang.
Baca Juga: ‘Roller Coaster’ Mental Itu Bernama ‘Borderline Personality Disorder’
Berikut beberapa gejala osteoporosis:
- Gampang mengalami patah tulang, biarpun cuma benturan tidak keras
- Rasa sakit di bagian punggung, umumnya terjadi karena adanya patah tulang belakang
- Bentuk tubuh menjadi membungkuk
- Tinggi badan berkurang
Perempuan Lebih Rentan Terkena Osteoporosis
Berita buruknya, dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, penelitian dari International Osteoporosis Foundation mengatakan, 1 dari 4 perempuan di Indonesia di rentang usia 50 hingga 80 tahun memiliki risiko mengidap penyakit tulang ini. Dibandingkan dengan laki-laki, perempuan di Indonesia empat kali lebih berisiko terkena osteoporosis.
Baca Juga: Cawan Menstruasi: Antara Lingkungan Hidup dan Kemiskinan
Fakta lainnya, perempuan memang lebih rentan mengalami osteoporosis ketika ia telah mengalami menopause. Sebab, saat perempuan mengalami menopause, hormon esterogen pada perempuan yang sangat esensial untuk kesehatan tulang, akan berkurang. Hal ini akan berujung pada pengurangan kepadatan tulang.
Perempuan akan semakin berisiko ketika mereka mengalami menopause dini; melakukan hysterectomi, atau proses pengangkatan rahim sebelum usia 45 tahun. Terakhir, perempuan yang tidak mengalami menstruasi selama 6 bulan disebabkan karena diet ekstrem dan terlalu banyak berolahraga.
Pengobatan Osteoporosis
Jika kamu sudah mengidap osteoporosis, beberapa pengobatan dapat kamu lakukan. Pengobatan ini bergantung pada tingkat keparahan yang dialami oleh pasien. Dokter akan memberikanmu obat untuk menambah kepadatan tulang, seperti terapi hormon, bifosfonat, dan lain-lain.
Ketika diperlukan dokter akan memberikan obat untuk meningkatkan pembentukan tulang untuk si penderita. Tidak hanya itu, seseorang yang mengalami penyakit ini juga dianjurkan untuk mengurangi kegiatan-kegiatan yang berisiko menyebabkan cedera.
Cara Mencegah Osteoporosis
Mencegah lebih baik daripada mengobati, oleh sebab itu kita harus memperhatikan kesehatan tulang kita. Salah satunya yang paling penting adalah menjaga asupan kalsium untuk tubuh kita. Ini faktor penting loh, kalsium enggak hanya diperoleh dari susu saja tetapi juga dari pil atau makanan.
Baca Juga: 5 Faktor Penghambat Adanya Ruang Aborsi Aman
Nah, jika kamu seorang perokok, lebih baik mulai berhenti perlahan-lahan jika kamu memang sayang tulangmu. Selain itu, jangan lupa untuk melakukan olahraga ya. Kamu bisa memulai olahraga angkat beban untuk menstimulasi pembentukan tulang baru.
Ketika Kamu Lactose Intoleran, Apa yang Bisa Dilakukan?
Memang realitanya tidak semua orang bisa mengonsumsi susu untuk mendapatkan kalsium. Ada juga orang-orang yang memiliki lactose intoleran atau intoleransi pada laktosa. Kondisi ini membuat seseorang tidak dapat mencerna zat laktosa yang ditandai dengan diare, sering buang angin, perut kembung setelah mengonsumsi produk-produk yang mengandung laktosa seperti susu.
Waduh, jadi bagaimana dong bisa dapat kalsium dan menjaga kesehatan tulang kita? Kamu tidak perlu khawatir, jika mengalami kondisi ini berikut hal-hal yang bisa dilakukan;
- Konsumsi sayuran yang mengandung kalsium seperti salada, brokoli kangkung, dan bok choy.
- Kalsium juga bisa kamu dapatkan di produk non-susu seperti kedelai, beras serta susu almond.
- Konsumsi ikan seperti sarden dan salmon
- Kacang-kacangan seperti kacang salmon, kacang hazel dan kenari juga membantu mengurangi risiko osteoporosis.
- Konsumsi jeruk, faktanya jeruk merupakan buah yang sangat kaya akan kalsium loh
- Kamu bisa juga mengonsumsi oatmeal tanpa pemanis untuk sarapan. Konsumsi dengan susu almond atau kedelai untuk tambahan kalsium.
Ilustrasi oleh Karina Tungari