Lifestyle Madge PCR

Mengenal ‘Cushioning’: Punya Pasangan Cadangan di Relasi Romantis

Ada orang-orang yang takut hubungannya kandas, lalu memilih ‘cushioning’ alias cari pasangan cadangan.

Avatar
  • December 9, 2022
  • 5 min read
  • 503 Views
Mengenal ‘Cushioning’: Punya Pasangan Cadangan di Relasi Romantis

Dalam adegan di musim keempat The Crown (2016-), Ratu Elizabeth II (Olivia Colman) menegur Pangeran Charles (Josh O’ Connor), yang masih berhubungan dekat dengan Camilla Parker Bowles (Emerald Fennell). Selain tempat tinggalnya yang berdekatan, Charles mengaku kerap menelepon Camilla dan berburu bersama.

Serial tersebut memotret Camilla sebagai sandaran bagi Charles–sebelum dan selama menikah dengan Lady Diana Spencer (Emma Corrin). Meskipun hubungannya telah dikritik, Charles masih menghubungi Camilla. Mantan kekasihnya itu pun yang mendorong Charles untuk mengejar Diana.

 

 

Pun, saat menghadapi permasalahan rumah tangga, Charles menemui Camilla. Bahkan tanpa ragu, Charles mempertanyakan apakah perempuan tersebut masih mencintainya.

Sebagai penonton, mungkin kamu menilai relasi antara Charles dan Camilla adalah perselingkuhan. Di samping itu, interaksi Charles terhadap Camilla dapat disebut cushioning.

Istilah tersebut mendeskripsikan seseorang yang punya “pasangan kedua”, ketika hubungan romantis dengan pasangannya gagal. Kegagalan itu didorong oleh insecurity. 

Misalnya kegagalan hubungan di masa lalu, membuat seseorang memproyeksikan relasi romantis berikutnya akan bernasib serupa. Kemudian, dibutuhkan sosok lain yang menawarkan kenyamanan–lewat dukungan maupun bisa dihubungi saat dibutuhkan.

Ahli hubungan Samantha Burns mengatakan pada HuffPostcushioning sebenarnya mencerminkan ketidakpuasan dalam hubungan. Pasalnya, seseorang yang melakukan cushioning cenderung mencari validasi dan perhatian orang lain di luar hubungannya.

Kemungkinannya, ada kebutuhan yang enggak terpenuhi dalam relasi tersebut. Contohnya karena pasangannya emotionally unavailable, dan komunikasi enggak berjalan dengan baik. Hingga akhirnya berpengaruh terhadap ikatan dengan pasangan, dan hubungan tersebut enggak bikin bahagia.

Lalu, apa faktor lainnya yang membuat cushioning jadi pilihan?

Baca Juga: ‘White Lie’ atau Bohong Tipis-tipis, Haruskah Relasi Diteruskan?

Apakah Cushioning Berarti Selingkuh?

Selain menganggap relasi enggak memuaskan, umumnya cushioning dilakukan ketika seseorang belum move on dari relasi sebelumnya. Bisa juga karena mengetahui pasangannya itu bukan pendamping yang tepat untuknya. Akibatnya, ia menghindari patah hati dengan mencari “pasangan kedua”.

Hal itu tercermin pada karakter Charles dalam The Crown. Mengetahui pernikahannya dengan Diana tidak berhasil, Charles ingin Camilla juga meninggalkan pasangannya supaya mereka kembali bersama. Sejak awal pun Charles terlihat masih menyukai Camilla, dan Diana bukanlah pendamping yang didambakan. Alhasil cushioning jadi opsi yang dipilih, dibandingkan memperbaiki hubungan dengan Diana.

Berdasarkan relasi karakter Charles, Diana, dan Camilla itu kemudian menimbulkan pertanyaan, apakah cushioning termasuk perselingkuhan?

Sebab, dalam hubungan monogami yang berlandaskan pada komitmen, cushioning berarti punya relasi lain tanpa sepengetahuan pasangan utamanya. Jawaban tersebut kemudian bergantung pada kondisi hubungannya: Sejauh mana relasinya, dan apakah sudah berkomitmen.

Enggak dimungkiri, cushioning justru terjadi ketika mencari pasangan lewat aplikasi kencan. Sah-sah aja kalau kamu terus swipe kanan, dan berkomunikasi dengan lebih dari satu orang.

Biasanya ini dilakukan berdasarkan dengan siapa kamu match duluan, sambil melihat kemajuan hubungan dengan beberapa orang lainnya.

Baca Juga: Semua demi Pasangan, Sejauh Mana Harus Berkorban dalam Hubungan?

Dari situ, cushioning akan membuatmu untuk enggak memfokuskan energi terhadap satu orang. Hitung-hitung sambil menunggu komitmen, dengan orang yang paling membuatmu tertarik. Lagi pula, besar kemungkinannya sosok yang kamu suka, melakukan hal yang sama.

Beda cerita ketika cushioning terjadi dalam relasi berkomitmen. Situasi itu justru jadi red flag bagi hubungan. Pasalnya, cushioning menunjukkan seseorang enggak siap sepenuhnya terikat dengan pasangannya–yang seharusnya jadi kesepakatan berelasi.

Karena itu, menimbulkan perselingkuhan dalam relasi, yakni emotional cheating. Menurut pakar hubungan Tennesha Wood, ada kemungkinan terjadinya ketertarikan romantis selama seseorang cushioning.

“Terlibat dalam perilaku yang bisa memunculkan ketertarikan romantis itu, yang termasuk perselingkuhan,” kata Wood dalam wawancara bersama Refinery29. “Soalnya kan ada kemungkinan pasangannya enggak tahu.”

Dengan demikian, cushioning dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang dapat merusak relasi. Namun, bukan berarti permasalahannya tidak dapat diselesaikan.

Baca Juga: ‘Stashing’, Alasan Orang Sembunyikan Pacar dari Publik

Cushioning dalam Hubungan Berkomitmen, Bagaimana Mengatasinya?

Meskipun tampaknya seperti ditawarkan kenyamanan, cushioning justru bikin pelakunya enggak bisa menemukan koneksi dalam hubungan dengan pasangannya. Masalahnya, ia akan beralih ke “pasangan kedua” untuk mengisi kekosongan dari relasi utamanya. Mulai dari mendengarkan curhatan, menyelesaikan permasalahan, dan mencari dukungan emosional.

Kemudian, cara pasangan kedua itu merespons akan menjadi pertimbangan untuk mengakhiri relasi utama, dan beralih ke hubungan tersebut. Pada akhirnya, semakin memperluas permasalahan dengan pasangan utama, yang seharusnya dapat diselesaikan.

Kendati demikian, terdapat upaya yang bisa dilakukan untuk menghentikan cushioning. Pertama, mengetahui alasan melakukannya. Konselor kesehatan mental Justine Carino mengatakan kedua alasannya pada Cosmopolitan. Yaitu enggak mau sendirian saat meninggalkan hubungan, dan melindungi diri lantaran takut ditinggalkan pasangannya.

Alasan tersebut perlu ditelusuri lebih lanjut, untuk mengenal apa yang menyebabkan perasaan takut akan sendirian itu muncul. Diikuti dengan keinginan mencari perhatian dan validasi, di luar relasi romantis yang dijalani.

Kedua, membicarakannya dengan pasangan. Mengikuti upaya sebelumnya, langkah ini perlu dilakukan untuk menjelaskan kondisimu–apa yang dirasakan dan selama ini lagi cushioning dengan orang lain. Kamu juga bisa mengutarakan, apabila merasa ada perubahan perilaku pasangan. Misalnya berkurangnya perhatian, kurang terbuka, dan enggak banyak waktu yang dilalui bersama.

Kemungkinannya, itu menjadi faktor membuatmu lebih nyaman cushioning dengan orang lain. Cara ini sekaligus kembali membangun ikatan dengan pasangan.

Ketiga, bangun batasan dengan orang lain di luar relasi. Kalau masih swipe kanan di aplikasi kencan, merayu orang lain, atau ketemu mantan pasangan, berarti saatnya kamu meninggalkan itu dan fokus berkomitmen sesuai kesepakatan dalam relasi.

Sementara, kalau kamu merasa pasangan yang cushioning, sampaikan bahwa situasi ini membuatmu enggak nyaman. Lalu tanyakan alasannya menjalin kedekatan, ataupun membutuhkan perhatian dari orang lain.



#waveforequality


Avatar
About Author

Aurelia Gracia

Aurelia Gracia adalah seorang reporter yang mudah terlibat dalam parasocial relationship dan suka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki di beberapa titik di ibu kota.