5 Artikel Pilihan: Heboh Anies Bubble hingga Pengungsi Rohingya
Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan, mulai dari heboh Anies Bubble hingga masalah pengungsi Rohingya.
1. Minoritas Paling Tertindas di Dunia: Kenapa Rohingnya juga Isu Feminis
Kejadian bermula saat para mahasiswa dari Universitas Al Washliyah, Universitas Abulyatama dan Bina Bangsa Getsem melakukan unjuk rasa di depan Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA) di Aceh pada 27 Desember lalu. Di dalam gedung itu terdapat ratusan pengungsi Rohingnya yang tengah mencari suaka sementara.
Baca artikelnya di sini.
2. Fenomena K-Popisasi Capres: Saya Ngobrol dengan Admin Anies Bubble untuk Cari Tahu
Lupakan dulu kampanye serba gemoy Prabowo Subianto, kini perhatian pemilih muda sedang tertuju pada Kpopisasi atau Kpopfication Anies Baswedan. Sejak akhir Desember 2023, calon presiden (capres) nomor urut 1 itu resmi jadi idol dengan julukan baru ‘Park Ahn Nice’, plesetan bahasa Korea Selatan dari Pak Anies.
Baca artikelnya di sini.
3. Saya Ngobrol dengan Empat Jurnalis Disabilitas: Media Perlu Libatkan Mereka di Redaksi
Pernah enggak kamu membayangkan para jurnalis harus mengerumuni narasumber demi sepotong informasi? Apalagi ketika narasumber punya waktu yang terbatas di sesi doorstop, para jurnalis mesti berlomba agar direspons saat itu juga. Berlari, mengacungkan tangan dan alat perekam, bersuara yang tinggi agar didengar narasumber. Mungkin terdengar sepele, tapi tidak untuk Restu Lestari.
Ia adalah jurnalis penyandang disabilitas Tuli yang sehari-hari bekerja untuk KamiBijak, media disabilitas yang menyajikan informasi lewat teks, audio, dan bahasa isyarat. Restu menceritakan padaku, betapa menjadi jurnalis dipenuhi tantangan di sana-sini. “Kalau lagi wawancara doorstop, terasa ada jarak (dengan jurnalis dengar). Ini sempat bikin minder juga,” ujarnya.
Baca artikel lengkapnya.
4. No Pride with Genocide: Kenapa Pembebasan Hak LGBTQ+ Mendukung Palestina Merdeka?
Adagium “no one is free until everyone is free” atau “tak ada yang bebas, sampai semua orang bebas”, memang mudah disebut. Namun, ternyata sulit dipahami banyak orang.
Contoh kasusnya, adalah ketika gerakan No Pride with Genocide dinyalangkan orang-orang queer yang menuntut pembebasan Palestina dari penjajahan Israel. Banyak yang tak mengerti kenapa orang-orang queer, LGBTQ+, yang hidupnya konon tak halal di tanah Palestina, malah mendukung kemerdekaan mereka. Dan mengutuk Israel, negara yang menjajah Palestina, sekaligus negara yang mengampanyekan hak-hak hidup orang-orang LGBTQ+.
Baca artikel selengkapnya.
5. Payudara Transpuan: Dari Ilusi Identitas hingga Isu Keamanan
Aku masih ingat ekspresi Sera ketika melihat pantulan dirinya di cermin salah satu kamar indekos di daerah Gowongan, Jogja. Ia cuma mengenakan dalaman merek Coco De Mer, tubuhnya berlenggak-lenggok. Kemudian bibir menyala dengan ulasan gincu merah Revlon yang mungkin sudah kadaluarsa itu merekah.
“Di balik kutang ini, akhirnya, ada sesuatu.”
Baca artikel lengkap di sini.