4 Rekomendasi Bacaan Ibu Hamil dan Membesarkan Anak
Buku-buku ini menawarkan gagasan menarik soal menjalani kehamilan, proses melahirkan, hingga pengasuhan anak.
Pengalaman menjadi ibu merupakan salah satu momen besar dalam hidup perempuan. Berbeda dengan pengalaman sekolah formal yang berjangka waktu dan punya standar kelulusan, pengalaman menjadi ibu merupakan pelajaran sepanjang hidup yang tidak jarang membuat perempuan kebingungan dan putus asa pada titik tertentu, serta tak ada “standar kelulusannya” untuk mendapat gelar ibu terbaik.
Mulai dari saat hamil hingga mengasuh dan membesarkan anak, perempuan membutuhkan semacam panduan dalam menghadapi momen besar ini, entah secara lisan dari keluarga dan teman-teman terdekat sampai tertulis seperti di artikel dan buku yang ditulis oleh para ahli.
Namun dari banyaknya informasi dan panduan yang didapat sang ibu atau calon ibu, tidak sedikit yang sifatnya mendoktrin atau menghitam-putihkan pengalaman perempuan. Padahal, setiap pengalaman mereka berbeda dan anjuran-anjuran yang terkesan “universal” dan saklek, bisa saja tidak mujarab dalam kehidupan perempuan sebagai ibu.
Sebagaimana panduan kehamilan dan melahirkan, panduan dalam mengasuh anak pun masih sering mengundang kontroversi, terlebih bila dikomparasi lintas generasi dan budaya. Apa yang dipandang baik oleh banyak orang atau mungkin generasi terdahulu, bisa saja berbeda dengan yang diidealkan oleh generasi berikutnya dan yang disarankan para ahli.
Pengetahuan dan pengalaman terus berkembang, termasuk soal pengasuhan dan melahirkan, sehingga penting untuk membaca aneka referensi dengan bermacam sudut pandang untuk menemukan mana yang paling nyaman dan efektif diterapkan oleh masing-masing perempuan.
Berikut ini empat buku yang saya rekomendasikan bagi para ibu dan calon ibu. Benang merah dari buku-buku ini terletak pada penekanan pengalaman individu, baik ibu atau anak, yang tidak perlu dihakimi, serta pembacaan kritis terhadap apa yang diterima sebagaimana adanya oleh kebanyakan masyarakat terkait tubuh dan peran perempuan sebagai ibu.
-
It Gets Easier!…And Other Lies We Tell New Mothers – Claudine Wolk)
Ini adalah salah satu buku ringan yang patut dibaca para calon ibu. Dikemas dengan gaya bahasa kasual dan jenaka, Claudine Wolk memaparkan hal-hal esensial yang perlu diperhatikan calon ibu, serta aneka isu yang mengundang pro-kontra dalam pengasuhan semisal pemberian ASI versus bottle feeding atau susu formula, dan perihal intervensi medis seperti epidural dan obat-obatan lainnya dalam persalinan.
Yang saya suka dari buku Wolk, yang seorang kolumnis dan ibu tiga anak, ini adalah kesan tak menghakimi pilihan-pilihan perempuan dalam menjalani peran sebagai ibu. Ia menekankan keunikan pengalaman setiap ibu dan mendorong mereka untuk mengambil pilihan sesuai kenyamanan masing-masing, bukan atas tuntutan masyarakat atau orang lain yang sering kali menambah beban perempuan.
Baca juga: ‘Me Time’ Bukan Mitos Bagi Orang Tua Baru, Ini Perlu Dilakukan Rutin
Sesuai judulnya, Wolk menyatakan bahwa berperan sebagai ibu tak serta merta jadi semakin mudah seiring waktu seperti yang sering kita dengar dari opini para ibu senior. Alih-alih, kesulitan yang ibu hadapi akan berbeda, pengalaman sedih dan gembira yang dirasakan nantinya pun akan beragam sejalan dengan pertumbuhan anak.
Wolk tak ragu mengungkapkan hal-hal pelik dalam pengasuhan anak yang sering kali luput atau dinafikan perempuan karena maraknya glorifikasi pengorbanan seorang ibu, sampai-sampai bisa berdampak buruk terhadap fisik dan kesehatan mental ibu.
Di samping panduan mengasuh bayi dan hal-hal yang mesti dilakukan pertama kali saat menjadi ibu, Wolk juga membagikan pengalaman dan pandangannya soal body image setelah melahirkan, rasa bersalah saat berperan sebagai ibu bekerja, kejenuhan saat menjadi ibu rumah tangga, pentingnya berdiskusi dengan suami soal rencana persalinan, pengasuhan anak, dan kehidupan seks setelah punya anak, serta pentingnya merawat diri di samping memperhatikan anak setelah ia lahir.
-
Keluarga Kita – Najeela Shihab
Seorang pendidik dan pendiri sekolah Cikal, Najeela mengemas buku ini dengan gaya bahasa mudah dicerna dan memuat beragam pertanyaan yang sering dilontarkan para orang tua. Ia menyampaikan kiat-kiat pengasuhan dan menciptakan suasana hangat dalam relasi orang tua-anak, serta menyisipkan aneka salah kaprah dalam pengasuhan orang tua di Indonesia yang patut dihindari. Misalnya saat membahas soal relasi keluarga yang sering diasumsikan akan senantiasa erat tanpa usaha macam-macam. Ia membantah asumsi ini dengan menyatakan relasi perlu dijaga dengan cara berinteraksi yang baik seperti sikap mengapresiasi, mengkritik tanpa melemahkan, dan memperhatikan kebutuhan tiap anggota keluarga.
Hal-hal mendasar dalam pengasuhan, yang justru sering luput dari perhatian orang tua, dibahas secara mendalam dan disertai rekomendasi dari Najeela. Contohnya mengenai teknik berkomunikasi dengan anak, ia menyarankan agar orang tua memilih cara berkomunikasi yang merangsang sikap positif anak dan terkesan mendukungnya. Alih-alih bernada perintah dan menasihati, misalnya, komunikasi dengan anak akan menjadi lebih efektif bila dilakukan dengan menyodorkan pilihan kepadanya dan memvalidasi perasaannya.
Di samping teknik berkomunikasi, Najeela membahas pula soal penanaman disiplin, membuat kesepakatan dengan anak, serta mengajarkan cara belajar efektif kepada mereka. Najeela juga mencantumkan tahap-tahap perkembangan anak secara fisik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional dalam Keluarga Kita mulai dari usia 1 hingga 12 tahun. Informasi macam ini disampaikan melalui infografi yang memudahkan pembaca menyerap pengetahuan dari Najeela.
Baca juga: Salah Sendiri Punya Anak: Derita Orang Tua di Era Pandemi
-
Like a Mother: A Feminist Journey Through the Science and Culture of Pregnancy – Angela Garbes
Bagi pembaca yang suka tulisan mendalam yang memuat hasil-hasil riset, wawancara dengan sejumlah ibu, dan pemikiran reflektif penulis, Like a Mother dapat menjadi pilihan tepat karena membahas kehamilan dan peran ibu dari sisi biologi, psikologi, dan budaya. Buku ini berisi pemaparan kritis Angela Garbes, seorang keturunan Filipina yang tinggal di Amerika Serikat, mengenai kehamilan dari sudut pandang feminis.
Salah satu pandangan kritis Garbes adalah pembahasan mengenai pengalaman ketubuhan perempuan dan metode persalinan: Yang “natural” tanpa bantuan intervensi medis dan yang dilakukan di rumah sakit oleh dokter dengan bantuan macam-macam teknologi canggih. Ia menyoroti ada hal politis dalam pergeseran metode persalinan di konteks masyarakat AS pada awal tahun 1900-an, yakni saat sejumlah negara bagian di sana melarang praktik persalinan oleh bidan dan mendorong hal ini dilakukan oleh dokter saja, yang waktu itu kebanyakan laki-laki kulit putih. Kehamilan, kata Garbes, yang mulanya merupakan kondisi alamiah, berubah menjadi kondisi medis yang perlu diawasi para ahli (yang mayoritas laki-laki kulit putih) dan ini dinormalisasi.
Selain itu, Garbes juga menyinggung soal isu kesehatan mental ibu di buku ini. Isu ini saya pandang relevan dengan konteks Indonesia karena meskipun jutaan perempuan bertransisi menjadi ibu setiap harinya, masih belum jamak pembahasan mengenai depresi pascamelahirkan atau kecemasan yang sangat potensial mereka rasakan. Ia juga membahas soal perubahan-perubahan yang terjadi pada perempuan setelah melahirkan serta relasi perempuan dengan para perawat di sekitarnya yang berperan penting selama proses melahirkan.
Garbes juga menyinggung soal pengalamannya keguguran. Kerap masyarakat memandang perempuan yang tidak melahirkan anak yang hidup belumlah menjadi ibu. Tetapi Garbes berpendapat, entah anak itu hidup atau meninggal dalam kandungan, seorang perempuan tetap merupakan ibu, terlepas dari bagaimana lingkungan sosial memandangnya.
Baca juga: Konsekuensi Buruk Stereotip Perempuan Lebih Jago Multitasking
-
The Danish Way of Parenting – Jessica Joelle Alexander dan Iben Dissing Sandahl
Pola asuh anak sejak mereka berada di usia emas akan sangat memengaruhi pembentukan kepribadian anak hingga ia dewasa. Karena itu, mempelajari cara melakukannya adalah hal krusial yang perlu dilakukan para ibu, bahkan sebelum si anak lahir.
Berangkat dari laporan World Happiness Report PBB yang menyatakan Denmark sebagai salah satu negara bermasyarakat paling bahagia di dunia, penulis buku ini tertarik untuk mengulik rahasia pola asuh yang diterapkan di sana sehingga menciptakan anak dan orang tua bahagia.
Contoh-contoh dan pelajaran yang dipetik dari pola asuh Denmark ini relevan dan sangat mungkin diterapkan dalam pola asuh masyarakat Indonesia. Barangkali, pesan-pesan dalam buku ini justru bisa menggeser pola pikir kita dalam pengasuhan yang sedikit banyak terpengaruh oleh generasi terdahulu, yang sebagian justru malah bersumbangsih buruk bagi perkembangan anak.
Alexander yang berlatar peneliti budaya dan Sandahl yang merupakan psikoterapis, menyarikan pola asuh di Denmark yang mencakup prinsip PARENT: Play, Authenticity, Reframing, Empathy, No Ultimatums, Togetherness dan hygge (kenyamanan).
Dalam bab mengenai play misalnya, saya belajar bahwa bermain menjadi hal penting bagi anak karena dari situlah ia belajar mengasah ketangguhan dan kegigihan. Sering kali saat anak bermain dan jatuh atau gagal, orang tua buru-buru membantunya dan itu berlangsung terus menerus. Padahal dalam prinsip pola asuh Denmark, membiarkan anak berusaha bangkit sendiri adalah opsi yang lebih baik dipilih karena berkontribusi terhadap tingkat kemandirian dan kepercayaan diri anak.
Kemudian dalam pembahasan mengenai empati, penulis menggarisbawahi cara mengajari hal ini kepada anak dengan mulai tidak menghakimi. Kemampuan berempati ini akan sangat penting dimiliki anak mengingat dirinya akan tumbuh di lingkungan dengan ragam karakter dan latar belakang orang.
Selain pemaparan naratif, buku ini juga mengemas aneka kiat pengasuhan yang bisa dilakukan orang tua sesuai prinsip PARENT tadi. Seperti halnya Like a Mother, buku ini juga menyisipkan berbagai hasil penelitian terkait pengasuhan yang menguatkan argumen-argumen penulis.