Arti Fetish dan Kenapa Itu Hal yang Normal?
Dari kaki hingga kostum, tulisan ini mengajak kamu untuk kenal lebih dalam soal fetish.
Saya kenal istilah fetish di umur 15 tahun. Ini berbarengan dengan perkenalan saya pada manga-manga boys love (BL). Saat itu, teman-teman perempuan yang lebih tua, memberi tahu saya komik BL karya Shin Mizukami dengan karakter berlatar militer. Saya yang masih awam selalu penasaran, kenapa harus pakai karakter militer, ya?
Kata teman saya, “Ya, buat orang-orang yang fetish-nya seragam militer, memang horny kalau liat orang pake seragam.”
Saya cuma mengangguk saja tapi tetap berusaha mencari tahu apa itu fetish. Apakah memiliki fetish adalah hal normal? Pasalnya, fetish yang dilakukan pelaku kekerasan seksual dari Universitas Airlangga, Gilang dengan kain jarik, selalu dikonotasikan sebagai hal buruk.
Apa itu Fetish?
Menurut Webmd, fetish adalah dorongan seksual terhadap objek tertentu, baik benda mati atau bagian-bagian tubuh mulai dari rambut hingga kaki. Biasanya gangguan kesehatan seksual ini lebih sering dimiliki oleh laki-laki. Objek itu umumnya digunakan untuk masturbasi atau medium pelengkap saat berhubungan seks bersama pasangan. Tujuannya agar mereka terangsang secara seksual dan mengalami orgasme.
Baca juga: Bagaimana Humor Pengaruhi Hubungan Asmaramu
Apa Saja Bentuk-Bentuk Fetish?
Jika disebutkan satu persatu, artikel ini tidak akan cukup untuk membahasnya, sebab semua bisa menjadi sebuah fetish, tanpa terkecuali. Profesor Psikiatri Klinis dari Columbia University, Richard Krueger mengatakan, semua yang kamu bayangkan bisa menjadi sebuah fetish.
Sebelumnya saya sudah menyinggung soal fetish seragam, well, sebagian orang memiliki fetish role playing atau permainan peran di mana kamu dan pasanganmu memerankan sebuah karakter atau persona dengan kostum spesifik. Ada juga kasus fetish bungkus kain Gilang yang ramai jadi perbincangan tahun lalu.
Mengapa Orang Bisa Memilikinya?
Dikutip dari Webmd, pakar perilaku seksual menuturkan, beberapa orang dapat menelusuri ketertarikan ini ketika mereka masih kecil, bahkan sebelum mereka memahami seksualitas mereka. Profesor Psikiatri dari Weill Cornell Medical College, Kenneth Rosenberg menambahkan, sebuah fetish bisa juga muncul karena orang tersebut pernah melihat perilaku seksual yang tidak pantas semasa kecil atau dari kekerasan seksual yang mereka alami.
Dari banyaknya perbincangan tentang fetish, muncul pertanyaan, apakah orang-orang yang memiliki perilaku seksual seperti itu normal belaka? Jawabannya, bisa iya bisa tidak.
Baca juga: Lupakan ‘Relationship Goals’, Merawat Rumah Tangga Tak Sesederhana Itu
Fetish bukanlah sebuah gangguan, namun hal ini bisa berbahaya jika melampaui level yang membuat orang tersebut mengalami tekanan. Fetish akan menjadi sebuah gangguan seksual saat orang tersebut tidak lagi bisa terangsang dan orgasme tanpa melakukan fetish mereka.`
Selain itu ada juga kasus di mana orang-orang dengan perilaku seksual seperti ini melakukan pencurian terhadap objek fetish hingga merugikan orang lain. Contohnya selain fetish kain Gilang, minggu lalu saya menemukan sebuah grup komunitas Facebook bernama “Bantal dan Guling”. Grup itu mengunggah cerita bahwa ia mencuri bantal tetangganya untuk bahan fetish-nya. Parahnya, dia sudah melakukan hal tersebut selama tujuh tahun berturut-turut.
Bagaimana Jika Saya Tidak Nyaman dengan Fetish Pasangan Saya?
Permasalahan lain muncul ketika pasangan kita memiliki perilaku seksual seperti ini, dan kita baru mengetahuinya dari pihak ketiga. Wajar jika kamu kemudian merasa dikhianati. Perlu diingat dalam konteks ini, komunikasi dan keterbukaan adalah kunci utama dalam hubungan seks. Kamu dan pasangan harus membicarakan hal ini secara terbuka, apa yang membuat kamu nyaman dan tidak nyaman dalam kehidupan seks kalian.
Baca juga: Lika-liku ‘Open Relationship’, Bagaimana Memulainya?
Mungkin untuk beberapa orang mereka masih agak malu untuk membicarakannya. Entah itu karena takut dianggap aneh atau lainnya. Memang banyak fetish yang dianggap terlalu liar atau aneh bagi orang awam, namun tetap saja hal ini perlu dibicarakan. Kamu tentunya tak ingin membuat pasanganmu merasa terkhianati bukan?
Nah, bagi kamu yang baru mengetahui pasanganmu memiliki dorongan seksual tertentu, cobalah untuk berpikir terbuka dan tidak menghakimi. Pahami apa yang ia rasakan dan sejauh mana perilaku seksual tersebut berpengaruh dalam gairah seksualnya. Dalam sebuah hubungan seksual yang sehat, tentunya harus dilakukan secara consent dan menyenangkan. Kalian bisa melakukan percobaan terlebih dahulu sejauh mana kamu bisa menoleransi perilaku seksual pasanganmu ini. Akan tetapi, jika kamu sudah merasa tidak nyaman utarakan alasanmu sejujurnya.
Jika fetish pasanganmu semakin mengganggu kehidupan seks kalian, saya sarankan berkonsultasilah ke seksolog atau psikolog, apa yang bisa kalian berdua lakukan untuk menyelesaikan masalah ini.