Empat Pelajaran Penting dari Serial Netflix ‘The Sandman’
Nonton The Sandman bukan cuma dapat hiburan, tetapi juga pelajaran penting lewat perubahan karakter Si Raja Mimpi, Dream.
Serial The Sandman baru saja dirilis di Netflix. Serial ini merupakan adaptasi dari komik DC karya Neil Gaiman. Saat ini serial ini menjadi salah satu tontonan yang sedang trending di Netflix. Cerita fantasi fiksi yang menarik dan banyak inspirasi dari mitologi Yunani menjadi salah satu daya tarik The Sandman. Namun, poin utama yang menjadi daya tarik adalah character development tokoh utama serial ini, Dream (Tom Sturridge).
Dream adalah sosok penguasa dunia mimpi, salah satu dari The Endless. Ia terkenal angkuh dan hanya peduli dengan dunia mimpi. Namun, sebuah kejadian memaksa dia berubah. Roderick Burgess (Charles Dance) melakukan ritual untuk menyekap salah satu The Endless. Burgess bermaksud menyekap saudara Dream, Death (Kirby Howell-Baptiste). Burgess berharap untuk menghidupkan anaknya yang mati karena Perang Dunia I.
Penyekapan ini membuat Dream merasa terhina, karena dia selalu merasa lebih baik dari lainnya karena dia The Endless. Namun, kejadian ini menjadi titik balik untuk Dream. Setelah lolos dari sekapan manusia, segala yang ia punya lenyap. Di balik kehilangan ini mata dan hati Dream terbuka, sehingga banyak hal yang berubah dalam dirinya.
The Sandman bukan hanya sebuah serial yang menarik dan bagus, penonton bisa belajar banyak melalui character development salah satu The Endless, Dream atau juga disebut Morpheus. Berikut beberapa hal yang penonton bisa belajar sambil nonton The Sandman.
Baca juga: Review ‘Suka Duka Berduka’: Ruwetnya Berduka di Tengah ‘Perang’ Warisan
1. Mengakui Kesalahan Bukan Berarti Lemah
Dream dikenal bukan orang yang mudah mengakui kesalahannya. Hal ini sudah dikenal baik seluruh ciptaan dan stafnya, seperti Gilbert (Stephen Fry) dan Lucienne (Vivienne Acheampong). Namun, setelah disekap lebih dari satu abad di waking world atau dunia manusia, terjadi perubahan pikiran Dream.
Pada awalnya Dream merasa rencananya akan berjalan lancar. Rencananya adalah menggunakan Rose Walker (Vanesu Samunyai) seorang vortex untuk mencari ciptaan lainnya yang menghilang. Vortex adalah kejadian langka yang muncul dalam bentuk manusia yang menyaingi sosok Dream sebagai pusat dari Alam Mimpi. Vortex muncul “sekali setiap era” dengan alasan yang tidak diketahui bahkan oleh The Endless. Sosok vortex berbahaya, karena mereka bisa menghancurkan baik dunia manusia dan dunia The Endless.
Namun, rencana Dream ini malah hampir membawa kehancuran. Padahal Lucienne sudah memperingkatan Dream. Namun, penguasa Alam Mimpi malah tidak mengindahkan peringatan Lucienne karena dia hanya seorang pustakawan di kerajaanya. Setelah Dream menyadari kesalahannya, dia bertemu Lucienne mengakui kesalahannya, meminta Lucienne membantunya lagi. bahkan secara tidak langsung meminta maaf.
Hal ini mengejutkan bagi Gilbert dan Lucienne. Karena selama bekerja bersama Dream dia tidak pernah meminta maaf bahkan mengakui kesalahannya. Dari sini penonton bisa melihat bahwa pengalaman Dream di dunia manusia meruntuhkan egonya, bahwa mengakui kesalahan tidak membuat sosok Raja Mimpi lemah, malah membuat dia lebih bijaksana.
Baca juga: Darlings: Kisah Balas Dendam Istri yang Seorang Korban KDRT
2. The Endless Saja Butuh Teman
Sebagai makhluk kekal, Dream tidak memiliki teman. Walaupun dia dikelilingi banyak ciptaannya dan mempunyai enam saudara The Endless, Dream tidak bisa menganggap satu dari mereka sebagai teman. Hanya gagaknya bernama Jessamy yang bisa dianggap teman.
Setelah terbebas dari sekapan manusia Dream berusaha membalaskan dendamnya. Lalu memperbaiki kondisi kerajaannya yang luluh lantah, ia malah merasa lebih buruk. Dream bertemu dengan salah satu saudaranya, Death. Reuni dengan Death tidak hanya membuat Death kembali menemukan tujuan dirinya sebagai The Endless, tetapi juga menyadari kesepian yang dirasakan.
Pada abad keempat belas Dream bertemu dengan Hob Gadling (Ferdinand Kingsley). Hob yang melihat banyak kematian karena wabah Black Death menyatakan bahwa kematian itu bodoh. Provokasi dari Hob ini membuat Death ingin mengabulkan keinginannya dan Dream bertaruh bahwa laki-laki itu akan memohon untuk mati setelah seratus tahun.
Seratus tahun sekali Hob bertemu dengan Dream di bar yang sama dan menceritakan pengalaman dirinya dalam seabad. Lima ratus tahun berlalu, Hob tetap menikmati hidup kekalnya. Dia melihat dunia berubah dan asam pahit hidup dia alami. Dari menjadi kaya raya lalu jatuh miskin, mempunyai keluarga yang bahagia dan kehilangan mereka karena kematian. Hob tetap ingin terus hidup untuk tahu bagaimana kelanjutan dunia ini.
Hubungan Hob dan Dream tidak seperti hubungan manusia biasa, tetapi tanpa disadari mereka menjadi sebuah pertemanan. Pada 1889 Hob mengatakan alasan pertemuan mereka selama lima abad. Bukan karena Dream ingin tahu kapan Hob siap menghadapi kematian karena Hob tidak akan mencari kematian. Namun karena Dream mencari sebuah pertemanan karena dia kesepian.
Dream merasa tersinggung dengan pernyataan Hob, tetapi Hob berkata jika seratus tahun lagi mereka bertemu mereka adalah teman. Namun, karena Dream disekap ia tidak bisa datang. Selama dikurung Dream merasa kesepian ditambah dengan kematian Jessamy.
Dream setelah bertemu dengan Death, ia pergi ke bar tempat janjinya dengan Hob selama enam ratus terakhir. Barnya ternyata sudah tutup dan ditelantarkan, tetapi ada petunjuk ke tempat baru. Hob selama ini terus menunggu Dream di bar baru itu, dia tidak marah hanya berkata Dream terlambat.
“It seems I owe you an apology. I’ve always heard it is impolite to keep one’s friends waiting.” ucap Dream yang akhirnya mengakui bahwa Hob adalah temannya.
Episode Dream bertemu dengan Death dan Hob menjadi salah satu favorit saya dan penonton lainnya. Bahkan, di IMDB episode ini mendapatkan rating 9.3 dan tertinggi dari sebelas episode musim pertama The Sandman. Penonton ditunjukan kemanusiaan dari The Endless. Sosok Death yang menyayangi dan khawatir dengan kondisi adiknya yang menghilang, lalu Dream yang membutuhkan sosok Hob sebagai teman.
Baca juga: Review ‘Nope’: Horor dalam Cara Kita Melihat
3. Memaafkan untuk Membuka Lembaran Baru
Episode dengan rating tertinggi lainnya adalah Dream of a Thousand Cats/Calliope. Meski episode ini hanya bonus, penonton jadi lebih mengenal sosok Dream khususnya pada bagian Calliope.
Calliope diceritakan adalah bungsu dari The Muse, menjadi sosok muse, Calliope memiliki kekuatan memberi inspirasi kepada manusia berkarya. Karena kemampuan ini Calliope disekap Erasmus Fry, untuk mendapat inspirasi Erasmus memerkosa Calliope. Dari tindakan bejat itu Erasmus menjadi penulis terkenal.
Hal ini berlanjut setelah Erasmus menjual Calliope ke Richard Madoc. Awalnya Richard berusaha merayu dengan cara halus, tetapi karena desakan penerbit Richard melakukan hal yang sama seperti Erasmus. Richard menjadi penulis terkenal juga.
Calliope memohon kepada The Three untuk membebaskan dirinya. Namun, karena Calliope dimiliki manusia secara hukum, hanya mantan suaminya Dream yang bisa menolongnya. Awalnya Calliope enggan meminta tolong karena dia membenci Dream dan juga sebaliknya. Alasannya karena kematiannya anak mereka, Orpheus.
Namun, karena keduanya disekap manusia, mereka menemukan kesamaan. Calliope meminta bantuan Dream yang membebaskan Calliope dari genggaman Richard. Dream memberi hukuman kepada Richard untuk terus mendapatkan ide dan tidak bisa berpikir apa pun. Calliope bertanya kepada Dream mengapa dia mau membantunya dan apakah masih membencinya. Dream berkata dia sudah banyak berubah dan tidak membenci Calliope.
Penonton menjadi lebih paham bahwa baik Dream dan Calliope meski dulu membenci satu sama lain bisa berdamai. Pengalaman hidup mereka membuat mereka belajar untuk tidak membenci dan memaafkan satu sama lain dan membuka lembaran baru.
4. Kita Perlu Mendengarkan Pendapat dan Keinginan Orang Lain
Keseluruhan dari serial The Sandman berfokus pada character development Dream. Dari sosok pemimpin yang memiliki ego tinggi belajar untuk mendengarkan orang lain. Sosok Dream sebelum disekap adalah orang yang hanya percaya pada dirinya sendiri, dan menutup mata dan telinga ke orang lain.
Di sekap selama 105 tahun di bawah kediaman Burgess menjadi titik balik Dream. Kerajaannya hancur karena terlalu lama dia tinggalkan. Banyak ciptaannya yang menghilang, salah satunya Gault (Ann Ogbomo).
Gault salah satu ciptaan Dream untuk memberi mimpi buruk bagi manusia. Gault diciptakan oleh Dream untuk menjadi shapeshifter, sehingga bisa mengubah penampilannya dan meniru orang lain dengan mudah.
Namun, Gault tidak ingin menjadi mimpi buruk lagi, dia ingin menjadi mimpi yang bisa menginspirasi orang lain. Gault selama ini bersembunyi dari radar Dream dengan masuk mimpi adik Rose Walker, Jed Walker. Dia menyerupai sosok ibu Jed dan memberi Jed mimpi sebagai pahlawan super dengan nama The Sandman. Alasannya karena Jed disiksa oleh keluarga angkatnya yang hanya menginginkan tunjangan pemerintah.
Dream awalnya menghukum Gault, tetapi setelah kejadian bersama Rose dia berubah pikiran. Ditambah dengan pendapat dari Lucienne yang merasa hukuman Gault tidak adil. Dream menyadari kesalahannya dan memberi Gault memberikan sayap dan mengubahnya menjadi mimpi untuk menginspirasi orang.