Culture

Ini Alasan Kenapa Kamu Harus ‘Nge-stan’ Lizzo

Lizzo tak hanya menjadi ikon ‘body positivity’, tapi perjalanan karier dan karyanya patut diteladani.

Avatar
  • December 3, 2020
  • 5 min read
  • 374 Views
Ini Alasan Kenapa Kamu Harus ‘Nge-stan’ Lizzo

Siapa sih sekarang yang tidak kenal penyanyi Lizzo? Penyanyi dengan nama lengkap Melissa Viviane Jefferson ini memulai karier menyanyinya sejak umur 23, dan baru mulai dikenal ketika umur 28 tahun. Di umurnya sekarang, 32 tahun, dia baru menikmati ketenarannya.

Bagi saya, banyak yang bisa dicontoh dari sosok Lizzo. Berikut ini hal-hal yang saya potret dari Lizzo sebagai seorang perempuan dan pekerja kreatif.

 

 

  1. Determinasi

Bagi banyak orang, memulai karier apa pun harus dari usia muda dan harus bisa terkenal secepat mungkin. Karena anggapan ini, kalau tidak kunjung terkenal, sebagian orang memilih lebih baik menyerah dan tidak mau menghabiskan waktu terlalu lama untuk perkembangan yang pelan.

Lizzo justru memilih sebaliknya. Tekadnya sangat kuat dalam berkarier sehingga ia tak gampang menyerah waktu belum kunjung tenar. Lizzo yang menekuni instrumen flute semasa kuliah bertekad untuk berkarier di industri musik, terutama setelah ditinggal mati sang ayah. Berbagai jalan dia tempuh hingga mencapai posisinya yang sekarang.

Walau begitu, tidak sedikit yang beranggapan Lizzo terkenal secara instan tanpa mencari tahu perjalanannya. Banyak pula mulut-mulut jahat yang beranggapan Lizzo hanya terkenal karena ukuran badannya dan tingkat kepercayaan dirinya, seakan mengecilkan usaha yang selama ini dia keluarkan untuk sampai di posisinya.

Sumber: Atlantic Records

 

Dalam video wawancara dengan Vogue bertajuk 73 questions with Lizzo, penyanyi ini membagikan rahasia kesuksesannya, yaitu work ethic and no expectation.

Rasanya ikut senang ya, kalau melihat seseorang yang sudah berusaha keras sekian lama, akhirnya membuahkan hasil. Semoga ke depannya kita semua bisa selalu ingat “Enggak semua di dunia ini mudah didapat, Lizzo saja perlu usaha keras bertahun-tahun.”

  1. Kuat, tapi manusiawi

Kalau membicarakan penyanyi, pasti yang membekas pertama kali ya musiknya. Dari pengalaman pribadi, setiap saya mendengarkan lagu Lizzo, baik dari album lama maupun yang terbaru, semangat saya selalu menyala. Mungkin ini pengaruh dari musik hip hop atau R&B, atau mungkin juga dari suaranya yang kuat dan selalu terdengar seperti benar-benar menghayati setiap lirik yang dinyanyikan.

Baca juga:  6 Band Perempuan Indonesia Milenial yang Wajib Masuk Playlist

Lagunya yang mengusung tema perempuan kuat dan musik upbeat tidak perlu diragukan lagi. Tapi selain itu, Lizzo juga melantunkan lagu slow tentang patah hati. Yang menjadi poin penting di sini adalah sebagai perempuan kuat, Lizzo juga tidak mengesampingkan sisi emosional dan manusiawinya. Dia masih mengaku sebagai seorang perempuan yang menginginkan cinta.

Lewat laguTruth Hurts” dengan lirik “Yeah, I got boy problems, that’s the human in me. Bling bling, then I solve ‘em, that’s the goddess in me.” Lizzo menceritakan bahwa perempuan kuat pun punya masalah romantis dan itu adalah hal normal. Pesan senada ditemukan juga dalam lagu “Cuz I Love You”, di mana Lizzo menunjukkan bahwa setangguh apa pun perempuan, dia bisa vulnerable karena cinta.

Lewat lagu “Water Me” dan lirik “Love you so, but if you don’t, I have to leave,” Lizzo mengingatkan untuk tidak terlalu bodoh karena cinta.

Walau Lizzo menunjukkan sisi rapuh seorang perempuan kuat, ia tetap mengingatkan pendengarnya untuk tidak menjadi terlalu bodoh karena cinta. Ini terlihat dalam lirik lagu “Water Me” yang berisi kata-kata “Love you so, but if you don’t, I have to leave.”

Dalam lagu “Good as Hell”, Lizzo seperti teman baik yang tengah menghibur kala putus cinta lewat liriknya, “Come now, come dry your eyes. You know you’re a star, you can touch the sky. I know that it’s hard but you have to try. If you need advice, let me simplify. If he don’t love you anymore, just walk your fine ass out the door.”

Sumber: Kevin Winter / Getty Images.
  1. Sikap positif yang menular

Kalau kita melihat Lizzo, kemungkinan besar langsung terbayang gerakan body positivity. Gerakan ini dibuat untuk merangkul orang-orang bertubuh besar dan menekankan bahwa tidak peduli bentuk dan ukuran tubuh mereka, mereka tetap manusia yang berhak diperlakukan dengan adil tanpa dicemooh. Perlu dimengerti juga bahwa besar kecilnya ukuran badan orang tidak melulu karena ia tidak bisa menjaga makan atau kurang berolahraga. Banyak juga yang bertubuh besar karena masalah hormon, metabolisme, dan hal-hal lainnya.

Lewat lagunya yang berjudul “Fitness”, Lizzo mengambil tema berolahraga untuk merasakan diri sendiri lebih baik, bukan untuk orang lain. Ini tidak lepas dari semangat gerakan body positivity yang bukan berarti membiarkan diri obesitas, melainkan tetap mengajak orang-orang untuk menjaga kesehatannya.

Baca juga: Kritik Polusi Visual, Seluk Beluk ‘Body Positivity’, dan ‘Body Neutrality’

Di luar dari body positivity, Lizzo juga menyebarkan positivity secara general. Lewat lagu-lagunya, Lizzo secara terang-terangan menyebarkan dan menekankan pesan terkait self-love seperti pada lagu “Scuse Me” yang liriknya terkait tindakan mengagumi diri sendiri, “Soulmate” tentang lebih pentingnya mencintai diri sendiri daripada menunggu orang lain yang melakukannya, dan “Like a Girlyang mengedepankan women empowerment.

Selain poin-poin yang dijabarkan di atas, masih banyak efek Lizzo yang positif, seperti perannya sebagai selebritas dalam gerakan Black Lives Matter, anjuran voting menyambut pemilu presiden AS, termasuk dalam keputusannya mendukung wanita berkulit hitam pertama yang menjabat posisi hampir tertinggi di pemerintahan AS, Kamala Harris. Meski demikian, Lizoo tetap mengingatkan bahwa tujuan bersama yang utama adalah mengubah sistem, bukan hanya sekadar mendukung perempuan kulit hitam.

Kalau buat saya yang bukan masyarakat AS, nilai yang bisa selalu saya tarik dari Lizzo adalah caranya menyebarkan self-love dan positivity, lewat musik dan kepribadiannya yang menular.

Foto oleh Theo Wargo/Getty Images.


Avatar
About Author

Naomi Saddhadhika

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *