Kim Yeo-jin, Aktris Drama Korea ‘Vincenzo’ yang Juga Seorang SJW
Aktris Kim Yeo-jin dari drama Korea Vincenzo adalah seorang aktivis yang kerap turun ke lapangan, memobilisasi massa, dan berhadapan dengan polisi.
Tokoh Choi Myung-hee dalam drama Korea Vincenzo adalah seorang jaksa yang membelot ke firma pengacara kotor tapi sangat berkuasa. Ia sosok yang keji dan licik, serta tidak segan menyingkirkan nyawa orang demi mencapai tujuan.
Karakter antagonis dalam drama Korea tersebut berbanding terbalik dengan aktris pemerannya, Kim Yeo-jin, yang ternyata seorang SJW (social justice warrior) dalam kehidupan nyata. Aktris berusia 48 tahun itu dikenal sebagai aktivis yang vokal, tidak takut menyampaikan kritiknya soal isu sosial politik. Ia tidak hanya berani bersuara di akun media sosial, tapi juga turun langsung ke lapangan dan berhadapan langsung dengan aparat, hingga dilarang tampil di televisi.
Aktris Drama Korea Vincenzo Kim Yeo-jin Ikut Demonstrasi Massal
Tepat setelah menyelesaikan syuting drama Korea Can You Hear My Heart? pada 11 Juni 2011, Kim Yeo-jin langsung berangkat ke Busan menggunakan kereta untuk ikut dalam demonstrasi. Ia bergabung dengan para pekerja Hanjin Heavy Industries and Construction (HHIC), sebuah perusahaan pembuat kapal, untuk memprotes pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak dengan alasan mengurangi defisit perusahaan, padahal HHIC sendiri tidak mengalami kesulitan finansial berat.
Kim Yeo-jin melakukan aksi itu sebagai bentuk solidaritas kepada Kim Jin-sook, anggota komite Konfederasi Serikat Perdagangan Korea, yang telah melakukan aksi duduk di atas derek kapal setinggi 35 meter selama lebih dari lima bulan.
Lewat akun Twitter pribadinya, aktris drama Korea Vincenzo itu telah mengumpulkan massa sebelumnya, yang termasuk para pekerja kebersihan Hongik University yang telah berdemonstrasi menolak PHK, menuntut fasilitas kerja yang layak, dan memprotes upah rendah. Anggota grup pemrotes yang mencapai 250 orang dari latar belakang profesi dan usia itu diberi julukan “Punk Outsider”. Menurut pihak kepolisian, massa yang akhirnya ikut protes di Busan mencapai 400 orang dari kalangan aktivis dan pekerja.
Baca juga: Tak Cuma ‘Photo Card’: Bagaimana Penggemar K-Pop Terlibat Aktivisme
Dalam wawancara dengan media Hankyoreh, Kim Yeo-jin mengatakan ingin merebut kembali makna “outsider” yang sering digunakan agar orang-orang yang tidak memiliki ikatan langsung dengan suatu isu untuk tidak ikut campur. Aktris drama Korea Vincenzo itu mengatakan kalau ia memang orang luar, tapi PHK buruh adalah masalah semua orang.
Kim Yeo-jin dan lima aktivis lainnya ditangkap oleh aparat, sebelum dibebaskan hampir sejam kemudian, dengan peringatan bahwa ia akan dituntut karena masuk ke galangan kapal secara paksa.
Aktris drama Korea itu sempat menyindir media yang salah fokus karena memberitakan penangkapannya, alih-alih membahas esensi protes yang dilakukan dan aksi kekerasan preman yang disewa perusahaan untuk mengusir pekerja.
Socialtainers: Artis yang Peduli Isu Sosial Politik
Aksi demonstrasi itu bukan yang pertama dilakukan oleh Kim Yeo-jin, si aktris antagonis dalam drama Korea Vincenzo. Sebelumnya, pada Mei hingga Juni 2011, ia terjun ke dalam aksi protes mahasiswa di Gwanghwamun Square, Seoul, yang menuntut penurunan biaya kuliah yang selangit. Kim Yeo-jin, yang merupakan lulusan universitas prestisius Ewha Womans University di Seoul itu, memberi dukungan dengan membawa makanan untuk mahasiswa yang sedang melakukan aksi tersebut.
Untuk semua demonstrasi dan aksi sosial yang ia ikuti, Kim Yeo-jin mengatakan bahwa isu sosial yang hadir di masyarakat bukan masalah segelintir orang saja, tetapi semua masyarakat harus peduli dan memberi dukungan.
Dengan gencarnya aktivisme yang dilakukan Kim Yeo-jin, media memberinya label socialtainer atau artis yang peduli menyuarakan masalah sosial. Selain, Kim Yeo-jin, penyanyi Lee Hyori juga diberikan julukan itu.
Meski demikian, banyak yang menilai bahwa tokoh dunia hiburan yang terlalu vokal atas isu sosial dan menunjukkan kecenderungan politiknya telah melakukan tindakan ceroboh.
Untuk Kim Yeo-jin sendiri, saat ia mengkritik mantan Presiden Chun Doo Hwan atas Gwangju Massacre, aksi militer berdarah terhadap demonstran di kota Gwangju pada tahun 1980, ia diserang politikus Park Yong-ma serta para trolls yang merundungnya lewat Twitter dan Facebook.
Selain itu, perusahaan penyiaran MBC juga mencekal Yeo-jin, karena mereka memiliki aturan yang melarang mengundang tenaga profesional seperti akademisi, dokter, dan selebritas yang vokal dalam isu sosial dan memiliki sudut pandang tertentu, untuk tampil dalam program-program mereka. Aturan ini muncul setelah Kim Yeo-jin tampil sebagai panelis di acara radio Son Suk-hee’s Spotlight milik MBC. Akademisi kemudian beramai-ramai mengecam regulasi ini sebagai bentuk pelarangan kebebasan berekspresi.
Baca juga: BTSXARMY: Gelombang Protes Global Melawan Rasisme
Kekhawatiran terhadap Artis yang Terlalu Vokal
Banyak warga dan penggemar drama di Korea yang menyambut dengan hangat jika artis dan selebritas menyuarakan pendapatnya, karena hal itu menunjukkan mereka tidak hidup dalam bubble dan mendukung status quo. Namun, kelihatannya ada sedikit rasa kekhawatiran dari publik karena selebritas yang mampu menggiring opini publik secara masif akan berbahaya jika menyampaikan informasi salah dan tidak tahu konteks isu secara menyeluruh.
Dikutip dari The Dongguk Post, akademisi komunikasi massa Dongguk University, Lee Ho-kyu, mengatakan, salah satu cara terbaik socialtainers menyampaikan kekhawatiran mereka atas suatu isu adalah menjadi duta untuk sebuah gerakan. Namun, dukungan tersebut tidak boleh berhenti dengan perkataan saja, tapi harus ada aksi nyata yang mengikutinya.
Kritikus budaya pop Kim Heon-sik mengatakan kepada bahwa orang cenderung melihat artis atau selebritas di Korea sebagai sosok yang tidak boleh bicara tentang isu politik. Padahal mereka tetap anggota masyarakat yang berhak menyuarakan pendapat.
“Mereka (selebritas) dipandang lebih rendah, seakan-akan tidak boleh bicara tentang isu politik. Pemikiran seperti itu tidak benar,” ujarnya kepada The Korea Herald.
Ketika aktris seperti Kim Yeo-jin terus mendukung gerakan yang menjunjung keadilan, ia harus terus didukung, ujarnya, karena memiliki platform besar dan menggunakannya sebagai corong untuk suara yang tertindas.
Kim Yeo-jin mengatakan, sebagai seorang aktris, empati adalah sebuah keterampilan yang membuatnya bisa membayangkan dan memahami perasaan orang lain, dan itu yang mendorongnya menyuarakan isu sosial.
“Saya telah mendapatkan penghasilan dari hal itu (akting) lebih dari satu dekade. Jika saya membayangkan apa yang dirasakan seseorang, maka hati saya sakit dan saya merasa saya harus melakukan sesuatu,” ujarnya dalam sebuah wawancara dengan media Hankyoreh.