5 Artikel Pilihan: ‘Avatar: The Last Airbender’, Misteri Supersemar, hingga Kritik ‘Agak Laen’
Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan, mulai dari ulasan ‘Avatar” The Last Airbender’, ‘Agak Laen’, hingga misteri Supersemar.
1. Kenapa Masyarakat Indonesia Tetap Pilih Prabowo Meski Sudah Nonton ‘Dirty Vote’?
Nama Melki Sedek Huang kembali viral baru-baru ini. Desember tahun lalu, nama Melki hangat dibicarakan lantaran ia jadi terduga pelaku kekerasan seksual. Dugaan pelecehan seksual yang mendera Melki muncul setelah akun media sosial X (dulu Twitter) sebuah utas berjudul “KABEM UI 2023 ngelakuin KEKERASAN SEKSUAL (?)”. Dalam utas tersebut dikutip dari Kompas.com memuat sejumlah tangkapan layar percakapan dan surat dengan logo BEM UI yang menyatakan Melki telah dinonaktifkan sebagai Ketua BEM UI.
Baca artikelnya di sini.
2. Misteri Surat Sakti Supersemar yang Lahirkan Orde Baru
Supersemar jadi penanda peralihan kekuasaan eksekutif Orde Lama yang dipimpin Soekarno ke Orde Baru pimpinan Soeharto sepanjang 32 tahun. Besarnya peranan Supersemar sayangnya diwarnai sederet kontroversi dan misteri.
Baca artikelnya di sini.
3. 5 Perbedaan Besar dalam ‘Avatar: The Last Airbender’ Series 2024 dengan Animenya
Menjelang Pemilu 2024, politik uang menjadi isu mutakhir yang menarik diperbincangkan. Tagline “Hajar Serangan Fajar” menjadi fokus Pusat Edukasi Antikorupsi di bawah naungan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Narasi “Hajar Serangan Fajar” ini jadi ikon utama dalam website KPK yang diilustrasikan dengan gambar tiga perempuan berdaster yang diiming-imingi uang, kemudian ditarik oleh dua laki-laki dan dua perempuan. Tiga perempuan berdaster yang ditarik tersebut menjadi simbol yang ingin disampaikan negara melalui KPK bahwa perempuan kerap kali menjadi korban praktik politik uang jelang pencoblosan atau disebut dengan serangan fajar. Slogan tersebut dapat diakses pada Serangan Fajar Adalah Praktik Politik Uang, Wajib Dihajar!
Baca artikel lengkapnya.
4. ‘Women from Rote Island’: Kekerasan Seksual Eksplisit, ‘Trigger Warning’, dan Homoerotik yang Homofobik
Berpusat pada kehidupan masyarakat adat, merupakan ciri khas utama yang membedakan Women from Rote Island, dengan film tentang kekerasan seksual di Indonesia lainnya. Selaku sutradara dan penulis skenario, Jeremias Nyangoen mengangkat kultur masyarakat di Pulau Rote, yang menyelesaikan permasalahan secara kekeluargaan. Termasuk kekerasan seksual.
Baca artikel selengkapnya.
5. Film ‘Agak Laen’ Dicap Ableis dan Misoginis, Sineas Jangan Anti-Kritik
Sejak awal pacaran, “Nina”, 25 dan “Aji”, 28 sering bertengkar cuma perkara nongkrong bareng teman-teman. Sebagai ekstrover, Nina mengajak Aji berkunjung ke rumah teman tapi ditolak Aji karena ia enggak nyaman berada di lingkungan baru.
“Dia introver, jadi bingung harus ngapain atau ngobrol sama siapa. Lebih nyaman sama teman yang udah akrab,” cerita Nina.
Selengkapnya baca di sini.