8 Hal yang Perlu Dibicarakan dengan Pasangan Saat Ingin Memiliki Anak
Persiapan dalam memiliki anak tidak hanya soal finansial, tapi juga aspek-aspek lain yang perlu didiskusikan dengan pasangan.
Beberapa waktu lalu, perdebatan soal biaya membesarkan anak yang bisa menghabiskan biaya hampir 3 miliar hingga sang anak berumur 20an viral di jagat Twitter. Dalam perdebatan tersebut, warganet terbagi menjadi dua kubu, orang-orang yang memilih untuk tidak memiliki anak dan orang-orang yang tidak setuju dengan argumen “tidak usah beranak karena biaya membesarkannya mahal”.
Hingga saat ini memang perdebatan soal ini lebih sering kita lihat dari sisi finansialnya saja, padahal sebenarnya ada banyak hal yang perlu dibicarakan dengan pasangan ketika kamu berdua ingin memiliki buah hati.
Menjadi Orang Tua Hebat dan Disayang Anak
Bagi kita yang ingin memiliki anak tentu saja ingin menjadi orang tua hebat untuk anak-anak. Angan-angan tersebut akan terwujud jika kamu berdua mempersiapkan diri baik secara mental, finansial, dan lain sebagainya. Memang, enggak ada kursus terbaik untuk menjadi orang tua hebat, akan tetapi jika memang sudah niat dan mau belajar pelan-pelan kamu dan pasangan pasti bisa menjadi orang terbaik untuk anakmu di masa depan.
Baca Juga: Ibu Depresi, Bayi Stres: Pentingnya Akses Kesehatan Mental Pascamelahirkan
Nah sebelum memutuskan untuk memiliki anak, kamu perlu banget membicarakan beberapa hal di bawah ini, agar kamu dan pasangan bisa menyamakan visi dalam membesarkan anak. Yuk, simak selengkapnya.
Alasan Mengapa Memiliki Anak
Pertanyaan ini sangat penting untuk ditanyakan sebelum kamu dan pasangan memutuskan untuk memiliki anak. Dalam realitasnya, perbedaan visi dalam memiliki dan membesarkan anak akan berdampak pada hubungan dengan pasangan juga dengan perkembangan anak nantinya.
Sering kali calon orang tua menginginkan anak sebagai pengobat luka, untuk mempertahankan rumah tangga, takut kesepian, atau alasan pribadi lainnya. Ini belum-belum sudah memberi beban pada anak dan kelak bakal berdampak pada kondisi psikologis anak. Karenanya, perbincangkan alasan yang tulus dan ikhlas dalam memiliki anak dengan pasangan, agar tidak ada beban dan persoalan di kemudian hari.
Bisakah Kamu Berdua Menerima Segala Kondisi Anak Kamu?
Pembicaraan soal ini juga penting ketika kamu dan pasangan ingin memiliki anak. Siapa pun ingin anaknya lahir normal dan tidak kurang suatu apa pun, dan pada dasarnya anak dilahirkan dengan keistimewaan dan keunikan mereka sendiri. Namun, apa pun bisa terjadi di luar kendali kita. Apabila anak ternyata berkebutuhan khusus atau memiliki disabilitas, apa yang harus dipersiapkan? Apa yang akan kamu dan pasangan lakukan?
Kamu dan pasangan perlu memikirkan segala kondisi yang mungkin akan muncul, dan solusi-solusi terbaik yang bisa kamu dan pasangan lakukan, selain persiapan mental.
Persiapan Finansial Sebelum Memutuskan Memiliki Anak
Setiap anak ada rezekinya sepertinya merupakan kepercayaan yang naif. Memang anak tidak perlu hidup mewah, tapi kamu dan pasangan paling tidak perlu memikirkan biaya persalinan, biaya setelah melahirkan, serta biaya membesarkan anak sehari-hari, mulai dari popok, makanan, pakaian, dan sebagainya.
Baca Juga: Setahun Tak Belajar Tatap Muka, Bagaimana Cara Tangani ‘Learning Loss’ Murid?
Selain itu, kamu dan pasangan juga perlu membicarakan perencanaan keuangan untuk pendidikan anak, apakah kalian berdua akan membuat tabungan bersama untuk anak, atau hal lainnya. Semakin detail pembahasan ini, semakin baik.
Pelibatan Suami dalam Pengasuhan Anak
Mengurus anak membutuhkan energi dan kondisi fisik serta mental yang prima, terutama pada setahun pertama yang penuh malam-malam begadang. Jika itu hanya dibebankan pada ibu, sungguh berat dan tidak adil, karena ibu pun perlu beristirahat dan waktu sendiri. Belum lagi jika sang ibu adalah perempuan pekerja.
Stereotip soal perempuan lebih jago multitasking membuat orang-orang di sekitar mereka menganggap lumrah jika si ibu memiliki beban ganda, atau malah memaksa sang perempuan untuk berhenti bekerja. Jangan salah, hal ini bisa berakibat fatal loh, dan menggerus mental serta fisik ibu.
Baca Juga: Perempuan dan Anak Muda yang Jadi Teroris Bertambah, Kenapa Mereka Melakukannya?
Pembagian tanggung jawab dan tugas rumah tangga yang merata dengan pasangan tidak hanya akan meringankan beban ibu, tapi juga membuat kedua belah pihak menjadi orang tua yang lebih baik, serta meningkatkan ikatan dengan anak.
Sebelum Memiliki Anak Diskusikan Apakah Salah Satu Ada yang Tidak Bekerja Keluar Rumah
Menjadi ibu rumah tangga memang sebuah pilihan, tapi perlu dilihat juga apakah pilihan itu diambil karena terpaksa atau juga merupakan internalisasi nilai-nilai patriarki. Karena bekerja di luar rumah tak hanya soal mencari nafkah, tapi juga untuk aktualisasi diri perempuan dan peningkatan kapasitas diri.
Perlu dibicarakan bersama pasangan apa saja yang perlu dipersiapkan ketika kembali dari cuti melahirkan. Apakah anak akan dititipkan ke daycare, atau mungkin kantormu lebih fleksibel dalam hal waktu jadi kamu bisa berbagi jadwal mengurus anak.
Jangan sampai di antara kamu dengan pasangan apalagi pihak ibu, mengalami beban ganda sampai harus berhenti bekerja, sebab sang suami tidak mau membantu mengurus anak.
Bagaimana Cara Mencari Waktu Berdua Setelah Memiliki Anak?
Ketika kamu memiliki anak, maka waktu, tenaga, serta pikiranmu semua akan kamu tujukan pada anakmu. Hal ini bisa mempengaruhi hubunganmu dengan pasangan dan hubungan tersebut mudah merenggang jika kamu berdua tidak berhati-hati.
Baca Juga: Ibu yang Kuat pun Manusia Biasa, Waktu Sendiri adalah Kunci
Karenanya, para ahli menyarankan agar pasangan tetap berkencan dan memiliki waktu berdua tanpa anak untuk tetap mempertahankan “kewarasan” serta menjalin komunikasi.
Bagaimana Jika Memang Tidak Dikaruniai Anak?
Jika memang segala usaha untuk memiliki anak ternyata masih tidak membuahkan juga, kalian berdua perlu bersikap terbuka satu sama lain, terutama soal kondisi kesehatan organ reproduksi, dan membahas langkah selanjutnya, apa pun itu.
Membicarakan Nilai-nilai Apa Saja yang Akan Kamu Berdua Ajarkan Pada Anak Kamu
Mungkin kamu berdua memiliki pandangan yang berbeda dalam membesarkan anak. Bagaimana kamu membesarkan anak kamu serta nilai-nilai apa saja yang akan diajarkan harus dibicarakan secara terbuka.
Akan sangat baik jika kamu dan pasangan membesarkan anak dengan pemikiran yang inklusif dan tidak membeda-bedakan. Kamu sangat perlu untuk mengajarkan anak kamu agar tidak berperilaku seksis dengan contoh-contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari.