Boys' Love

‘Sasaki to Miyano’: Anime BL Menggemaskan dengan Tema Penerimaan Diri

‘Sasaki to Miyano’ adalah tontonan pelipur lara. Sebuah anime Boys’ Love (BL) yang diramu apik, manis, menggemaskan, sekaligus menyimpan sindiran halus buat para fujoshi.

Avatar
  • May 10, 2022
  • 7 min read
  • 9157 Views
‘Sasaki to Miyano’: Anime BL Menggemaskan dengan Tema Penerimaan Diri

Peringatan: Ada spoiler!

Libur panjang tentu tidak lengkap rasanya tanpa bermalas-malasan di kamar. Momen langka inilah yang aku coba manfaatkan semaksimal mungkin pada liburan lebaran lalu.

 

 

Selain menamatkan dua buku, aku tak lupa binge-watching di berbagai situs penyedia layanan streaming legal: Menelusuri watchlist beberapa tontonan yang belum sempat dinikmati saat sibuk bekerja, seraya menyortir tontonan ringan tanpa harus banyak menggunakan kemampuan otakku. Pilihanku akhirnya jatuh pada sebuah anime BL, berjudul Sasaki to Miyano.

Ia salah satu anime BL komedi yang lumayan sering muncul dalam beranda Twitterku. Setidaknnya beberapa bulan belakangan ini. Ulasannya sejauh ini juga bernada positif di My Anime List dan IMDB. Tidak hanya para fujoshi atau fundanshi cishetero saja yang menikmati anime satu ini, penonton queer sendiri juga banyak yang ikut merayakan. Sebuah hal yang menurutku lumayan jarang ditemui dalam komunitas penikmat anime BL.

Sampai detik ini, memang masih belum banyak BL yang menampilkan representasi positif dan realistis. Kebanyakan memang mengeksploitasi hubungan cinta sesama jenis secara berlebihan dan pakai lensa heteronormatif.

Namun, Sasaki to Miyano  cukup berbeda. Sekilas, ia tampak seperti hubungan dua siswa laki-laki—senpai (senior) dan kouhai (junior) pada umumnya. Namun, ada otokritik terhadap genre BL sendiri yang diselipkan dalam plotnya, yang bikin anime BL ini terasa beda.

Baca Juga:   Menonton Luasnya Spektrum Seksualitas lewat Geng ‘Heartstopper’

Merangkul Diri Sendiri Apa Adanya

Genre BL tidak pernah lepas dari satu narasi berulang tentang penyangkalan karakternya atas orientasi seksual mereka sendiri. Memang, narasi ini butuh diangkat untuk menggarisbawahi pergolakan batin dan perjuangan teman-teman queer atas orientasi seksual mereka dan memvalidasi pengalaman nyata mereka.

Namun sayang, dalam genre BL, narasi berulang ini tidak jarang dibumbui dengan tindakan toksik yang bisa mengarah pada pelecehan, kekerasan, atau tindakan homophobia. Macam kalimat populer yang hampir selalu muncul dalam film-film BL Asia: “Aku bukan gay, kamu adalah satu-satunya laki-laki yang aku suka.”

Sasaki to Miyano jadi angin segar karena Sasaki digambarkan tidak kebingungan saat menyadari perasaan spesialnya buat Miyano.

Sasaki jatuh cinta pada Miyano sejak pandangan pertama. Ia menganggap Miyano adalah seseorang yang menggemaskan dan tipe anak baik-baik. Sejak detik pertama itu, Sasaki tidak pernah sama sekali menolak perasaannya. Ia justru merangkulnya. Ia langung bergerilya untuk mendekati sang junior, tanpa harus depresi dan gundah mempertanyakan orientasi seksualnya. Penggambaran ini yang kemudian jadi tontonan segar.

Sasaki fokus berusaha memahami Miyano, salah satunya dengan mengeksplorasi dunia BL yang asing buatnya sendiri, tapi akrab buat sang senior. Siapa sangka? Sambil menggali dunia sang gebetan, Sasaki juga jadi belajar mendalami dan mengenali perasaannya sendiri.

Ia sempat meminta berbagai rekomendasi manga BL dan novel BL pada Miyano. Bahkan, tak malu-malu membicarakan BL di ruang publik, di kereta atau di sekolah mereka, sekolah khusus laki-laki. Padahal Miyano sendiri berusaha sekuat-kuatnya menyembunyikan identitas sebagai fudanshi

Plot menarik lainnya adalah tentang Sasaki yang memberi ruang buat Miyano mengenal diri sendiri. Setelah menyatakan perasaannya–tanpa keraguan sama sekali—pada Miyano, Sasaki meberikan ruang buat Miyano berpikir. Ia tak memaksa juniornya untuk cepat-cepat memberikan jawaban. Ia paham bahwa Miyano butuh ruang untuk mengeksplorasi diri dan berkontemplasi pada diri sendiri. Apakah benar ia heteroseksual seperti apa yang ia pahami sebelumnya?

Dengan penuh kesabaran, Sasaki menunggu jawaban Miyano sembari terus berlaku sebagai senpai yang bisa diandalkan dan teman bermain Miyano, tanpa membuat Miyano risih sama sekali. Ia sadar kalau perjalanan mengenal seksualitas kita adalah hal wajar dan butuh waktu. Terlebih, Miyano pernah bilang kalau dulu sempat punya perasaan pada kawan perempuannya di SMP.

Baca Juga:  5 Alasan Komedi Cinta Dorama ‘Kieta Hatsukoi’ Menggemaskan

Anime Sasaki to Miyano Memberikan Sindiran Halus yang Disampaikan Penuh Komedi

Ulasan Serial BL Sasaki to Miyano

Uke dan seme, sebuah peran gender yang akan selalu kamu temui setiap kali menikmati mangaanime, bahkan serial BL hingga kini. Peran gender yang diciptakan dalam bingkai relasi heteronormatif ini sudah menjadi semacam pakem atau bahkan ciri khas. Tanyakan saja pada fujoshi dan fudanshi. Biasanya obrolan tentang mengidentifikasi siapa uke dan seme dalam karya BL akan jadi topik pembicaraan.

Memang, peran gender heteronormatif ini nampaknya terkesan harmless. Namun, nyatanya punya efek tidak main-main di dunia nyata. Mulai dari pelanggaran hak privasi orang lain dengan cara menanyakan apakah seseorang uke atau seme di ruang publik, fetishizing hubungan gayhingga menumbuhkan pandangan yang menormalisasi pelecehan atau bahkan kekerasan seksual sebagai act of love.

Disampaikan lewat komedi, Sasaki to Miyano berusaha menyindir secara halus tentang permasalahan dalam genre BL ini lewat karakter-karakternya. Melalui Miyano misalnya, anime ini menggambarkan bagaimana trope uke dan seme justru membuatnya bimbang dengan hubungan mereka.

Ia mempertanyaan relasi seme dan uke dalam relasinya dengan Sasaki. Kebingungan ini hadir karena ia melihat Sasaki sebagai sosok yang imut dan menggemaskan, tapi juga sosok yang keren karena sikap dan tubuh tingginya. Dalam genre BL, salah satu cara gampang menandai karakter seme memanglah dari tingginya. Seme biasanya lebih tinggi dari uke.

Baca Juga:  Sekali Lagi ‘Review Bad Buddy’, Enggak Nyesel Nonton Berkali-kali

Namun, anime ini berusaha bermain-main dengan stereotip tersebut dengan sengaja membuat fitur wajah Sasaki yang bisa dikategorikan sebagai bishounen atau laki-laki cantik.

Melihat dirinya dan Sasaki yang memiliki sifat dan karakteristik gabungan dari dua gender roles tersebut, Miyano sempat dibuat pusing bukan main. Akan tetapi, segala kebingungan dan keraguannya ini perlahan sirna selama ia melihat sosok Sasaki yang mampu merangkul feminitas dan maskulinitasnya dengan apa adanya. Miyano pun menyadari bahwa mereka hanya butuh menjadi diri mereka sendiri tanpa harus dipusingkan dengan label.

Tidak hanya menyindir secara halus trope uke dan semeSasaki to Miyano juga berusaha menyindir salah satu elemen berulang dalam genre BL, yaitu tindakan non-konsensual. Tidak dapat dimungkiri, walaupun industri BL mulai berbenah, tindakan non-konsensual pada kenyataannya masih menjadi “daya tarik” banyak karya BL hingga kini.

Oleh karena itu, melalui karakter Sasaki yang memang sudah jatuh cinta begitu dalam dan harus menahan hasratnya terhadap Miyano, anime ini menekankan bagaimana konsen adalah hal paling penting dan mendasar dalam menjalankan sebuah hubungan. Berulang kali adegan Sasaki harus menahan hasratnya melakukan tindakan non-konsensual diperlihatkan.

Dalam satu adegan misalnya, ketika Sasaki dibuat gemas bukan main oleh Miyano dan hasrat untuk mencium sosok mungil di depannya begitu besar, Sasaki buru-buru menahan diri dan langsung izin pergi dari hadapan Miyano. Dalam pergolakan batinnya pun Sasaki berkata bahwa tindakannya yang hampir mencium paksa Miyano adalah sebuah pelecehan seksual. Ia bahkan sempat merasa bodoh karena hal itu sempat terlintas dalam pikirannya. 

Kesadaran Sasaki terhadap konsen ini kemudian semakin terlihat ketika mereka berdua menyadari perasaan satu sama lain yang ternyata terbalaskan. Sebelum Sasaki memeluk atau bahkan mencium Miyano, ia akan selalu menanyakan persetujuan Miyano terlebih dahulu. Ia akan terus memastikan bahwa hubungan mereka selalu dilandasi dengan rasa cinta kasih yang setara serta tulus.

Singkatnya, Sasaki to Miyano adalah salah satu antitesis dari setiap anime BL yang masih melanggengkan stereotip dan hubungan non konsensual sebagai daya tariknya. Dengan dinamika yang lebih sehat, dilandaskan rasa percaya dan cinta kasih tulus serta setara, Sasaki to Miyano adalah anime BL dengan bumbu komedi pas yang bikin hanti hangat setelah menontonnya.



#waveforequality


Avatar
About Author

Jasmine Floretta V.D

Jasmine Floretta V.D. adalah pencinta kucing garis keras yang gemar membaca atau binge-watching Netflix di waktu senggangnya. Ia adalah lulusan Sastra Jepang dan Kajian Gender UI yang memiliki ketertarikan mendalam pada kajian budaya dan peran ibu atau motherhood.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *