‘Thermae Romae Novae’: Anime Kocak yang Dobrak Batasan Waktu
‘Thermae Romae Novae’ adalah serial anime Netflix terbaru yang sukses mengocok perut. Ia mengemas tema jelajah waktu dalam balutan komedi.
Bingung mencari asupan tontonan komedi yang ringan, saya menjelajahi internet untuk menemukan inspirasi. Dari akun ulasan film terkenal di Indonesia WatchmenID, saya langsung jatuh cinta pada potongan anime yang mereka unggah. Adalah, Thermae Romae Novae, anime adaptasi manga dengan judul sama yang ditulis perempuan mangaka Mari Yamazaki.
Sebelum dirilis secara global oleh Netflix pada (28/3), Thermae Romae Novae punya reputasi mengagumkan di Jepang. Manga-nya memenangkan Manga Taisho Award (Pemenang Utama Kartun) 2010 dan Pemenang Cerita Pendek pada Tezuka Osamu Cultural Prize ke-14. Pengakuan publik atas karya Yamazaki ini tak lepas dari kelihaiannya menggabungkan komedi dengan tema jelajah waktu.
Anime ini sendiri berkisah tentang Lucius Modestus, arsitek pemandian air panas Romawi Kuno yang tengah mendapati dirinya kesulitan mencari pekerjaan karena ide-idenya yang so yesterday. Sementara, Romawi kala itu tengah jaya-jayanya di mana modernisasi terjadi hampir di segala bidang.
Pusing tak kunjung mendapatkan ide, temannya, Marcus, mengajak ia ke pemandian air panas untuk bersantai. Saat masuk dalam kolam pemandian air panas, Lucius mencelupkan kepalanya ke air guna mendapat inspirasi dan ketenangan. Namun, alih-alih mendapat ide, ia justru menemukan terowongan rahasia berarus kencang di dasar kolam tersebut.
Rasa kepo tingkat tinggi membuat ia mengamati terowongan dengan saksama. Saat tengah asyik mengamati, ia justru tergelincir dan terbawa arus deras dari dalam. Namun siapa sangka, hanyutnya Lucius dalam terowongan membawa ia ke pemandian Jepang modern. Melihat segala kecanggihan yang ditawarkan masyarakat Jepang modern, Lucius pun dibuat takjub bukan main. Dari sinilah ia mendapatkan inspirasi yang kemudian dia aplikasikan ketika ia kembali lagi ke zamannya.
Baca juga: ‘Banana Fish’ Berani Keluar dari Formula Klasik Genre ‘Shōjo’
Perkawinan Komedi dan Tema Jelajah Waktu
Di tengah suasana pandemi yang kerap kali mudah membuat kita burnout karena jam kerja tanpa batas, Thermae Romae Novae adalah hiburan yang menyegarkan. Adegan-adegan humornya ciamik dan jauh dari kesan garing.
Karenanya, penonton secara harfiah dibuat tertawa nyaring, bahkan untuk adegan humor yang sederhana. Ramuan komedi yang pas ini tak lepas dari kepiawaian Yamazaki menjadikan Lucius hidup sebagai poros cerita.
Lucius selalu digambarkan sangat serius, berwibawa, dan passionate terhadap pekerjaannya sebagai arsitek. Naluri keponya membuat ia menjadi arsitek kebanggaan Romawi Kuno yang dipuja-puja. Namun, kendati jadi figur terpandang, semua kesan baik itu sirna seketika ketika ia terlempar masa depan.
Lucius dengan segera berubah jadi sosok jenaka nan hiperbolis yang kerap kali terkejut dengan segala kemajuan masyarakat Jepang. Di sinilah daya tarik dari Thermae Romae Novae, di mana dalam tiap episodenya, penonton akan selalu disuguhkan dua pribadi Lucius yang berbeda.
Yamazaki meramu penggantian pembawaan karakternya dengan latar Romawi kuno 130-an SM. Masa di mana Romawi Kuno berbentuk kerajaan dan tengah memiliki armada militer terkuatnya dan gencar melakukan ekspansi.
Dalam sebuah adegan misalnya, Miyazaki menggambarkan Lucius terlempar dalam onsen (pemandian air panas Jepang) modern. Lucius terkejut ketika mencoba kursi pijat. Dengan mata melotot lebar dan mulut yang menganga ia bertanya-tanya berapa banyak budak yang dipakai oleh bangsa wajah datar (panggilannya pada masyarakat Jepang) dalam menciptakan kursi pijat.
Ia juga tidak menyangka ada peradaban yang memiliki tempat istirahat khusus bagi prajurit usai pelatihan militer panjang. Ini adalah inovasi yang menurutnya luar biasa yang bisa menjatuhkan militer Romawi Kuno.
Baca juga: 7 Serial Anime Netflix Terlaris dengan Beragam Karakter Perempuan
Nonton sambil Belajar
Thermae Romae Novae bisa dibilang adalah serial anime yang berusaha keluar dari formula klasiknya. Jika dalam anime jamak, sejarah, budaya, dan pengetahuan sosial dikemas dalam satu episode penuh animasi, Thermae Romae Novae justru menyajikannya lewat lima menit seri dokumenter di akhir tiap episode.
Dengan Mari Yamazaki sebagai pembawa acaranya, penonton akan diajak berkeliling Jepang dan mengeksplorasi berbagai tempat onsen. Bagi penonton asing, seri dokumenter ini tentunya sangat menarik. Pasalnya, selama lima menit penonton akan disuguhkan berbagai informasi tentang keunikan tiap onsen yang dikunjungi Yamazaki lengkap dengan budaya onsen Jepang di dalamnya.
Misalnya saja dalam kunjungan Yamazaki ke Kusatsu Onsen Naraya, penonton akan diperkenalkan dengan tradisi yumori (secara harfiah berarti melindungi air panas湯 (air panas) 守 (melindungi)). Yumori dalam budaya onsen Jepang adalah orang-orang yang dari generasi ke generasi bertugas menjaga suhu beberapa sumber air panas di onsen.
Lantaran air panas di onsen tidak bisa dikontrol melalui mesin, maka yumori harus melakukan teknik yumomi (湯もみ). Sebuah teknik tradisional Jepang yang digunakan untuk mendinginkan air panas ke suhu mandi tanpa mencairkannya dengan air dingin yang mampu mengurangi kualitas air panas alami dari suhu bumi.
Baca juga: Anime ‘Jujutsu Kaisen’ Tampilkan Karakter Perempuan Tangguh
Yumomi dilakukan dengan mengaduk air menggunakan dayung kayu besar dan perorangan atau dilakukan oleh sekelompok penduduk setempat yang memasukkan lagu-lagu daerah dan tarian tradisional ke dalam prosesnya.
Melihat segala keunikan dari tempat-tempat onsen di Jepang dan budaya, seri dokumenter mini ini tidak hanya mampu memberikan pengetahuan baru dengan cara unik pada penontonnya, tetapi juga menimbulkan kesan hangat.
Karena tidak hanya sosok Yamazaki yang ternyata loveable, keramahtamahan pegawai onsen yang menjelaskan budaya di balik berbagai ritual, semua mampu membuat penonton menyunggingkan senyum.
Pendek kata, Thermae Romae Novae adalah tontonan yang wajib ditonton untuk kalian yang butuh asupan ringan namun cukup berbobot. Tidak hanya ia menghasilkan gelak tawa dan mampu meluruhkan rasa penat, ia juga memberikan segudang ilmu hanya dalam 23 menit penayangan tiap episodenya.