Waspada, Ada Bom Waktu di Antara Hati dan Dompet
Perkara pinjam-meminjam uang dari pasangan jamak terjadi dalam relasi pacaran maupun menikah. Tak jarang ini menjadi bom waktu di kemudian hari.
Dua tahun lalu, kawan saya “Katy” bercerita tentang drama putus ia dengan salah satu pacarnya. Selama tiga tahun pacaran, mereka sudah sering saling meminjamkan uang. Katy misalnya, pernah meminjam uang untuk membayar kebutuhan keluarganya.
“Enggak usah dipikirin bayarnya gimana. Pakai aja uang ini,” tutur pacarnya waktu itu
Setelah punya uang dan hendak melunasi utang, si mantan menolaknya berkali-kali, seolah-olah tak butuh. Singkat cerita, Katy pun tidak lagi memikirkan hal itu, hingga akhirnya bom waktu meledak tanpa pernah disangkanya.
Ketika mereka putus tidak dengan baik-baik, tiba-tiba mantan Katy mengirimi daftar barang yang pernah diberikannya kepada perempuan tersebut dalam bentuk file Microsoft Excel, plus nominal uang yang pernah “dipinjam” Katy dulu. Jelas, Katy mencak-mencak tidak terima.
Kasus yang pernah dihadapi kawan saya ini bisa jadi dirasakan oleh banyak orang lainnya dalam pacaran, baik itu perempuan maupun laki-laki. Hitung-hitungan hibah yang diberi selama pacaran saja sudah bisa bikin naik darah, ditambah lagi mengukit utang yang titik kesepakatannya saja abu-abu. Siapa yang enggak keki?
Dalam kasus lain, ada juga orang-orang yang pacarnya rajin ngutang padanya. Atas nama cinta dan kasihan, uang terus digelontorkan untuk sang pacar, sampai enggak jarang mereka harus mengencangkan ikat pinggang. Lantas begitu mereka putus, barulah penyesalan besar datang bercampur kesal dan rasa tak berdaya karena konteks relasi saat itu “hanya” pacaran.
Baca juga: 10 Tips Mengatur Anggaran Pribadi, Perbaiki Kondisi Keuangan
Hubungan Pacaran Penuh Kerentanan
Dari contoh-contoh kasus ini, kita memahami betapa rentannya relasi pacaran saat menyinggung soal uang. Banyak orang yang masih merasa pembicaraan soal keuangan itu tabu dan sensitif, sehingga acap kali dihindari. Mereka berpikir, membahas hal itu dalam tahap pacaran akan mencederai relasinya dengan pasangan: Dianggap tak menaruh rasa percaya, pelit, tega, dan lain sebagainya.
Sejatinya, dalam hukum di Indonesia, relasi pacaran memang tidak menimbulkan akibat hukum mengikat sebagaimana relasi perkawinan. Dalam sebuah pembahasan di HukumOnline.com dikatakan, tidak ada hak dan kewajiban yang timbul di antara kedua orang berpacaran, sehingga ketika satu pihak dirugikan, ia tidak bisa menuntut kewajiban pihak lain untuk ganti rugi.
Jika suatu hal tidak diinginkan terjadi, seperti satu pihak mangkir membayar utangnya, untuk mengurusnya secara hukum, dibutuhkan syarat-syarat seperti bukti tertulis, bukti dengan saksi, persangkaan, pengakuan, dan sumpah. Sayangnya dalam berbagai kasus, utang-piutang terjadi hanya berdasarkan ujaran lisan dan tidak meninggalkan bukti apa-apa, sehingga menyulitkan penuntutan di kemudian hari.
Baca juga: 6 Tips Mengatur Keuangan untuk Pasangan Baru Menikah
Antara Butuh dan Rasa Enggak Enak yang Besar
Di sisi pihak yang meminjam uang dalam relasi pacaran, meski ada kebutuhan besar secara finansial, sebagian orang merasa enggan meminjam ke pacarnya karena berbagai alasan. Selain merasa malu menguak keadaan finansial yang buruk, mereka bisa jadi khawatir akan dicap matre saat meminjam uang. Belum lagi kalau sang pacar juga sedang struggling membiayai berbagai hal dalam hidupnya, sehingga memunculkan rasa enggak enak yang besar.
Akan tetapi, memendam masalah keuangan bisa juga memengaruhi kualitas relasi. Saat seseorang terlilit utang atau desakan keuangan besar yang mendadak, besar kemungkinan ia mengalami stres dan pelampiasannya bisa muncul saat berinteraksi dengan pacar. Bisa juga masalah finansial seseorang menghambat komunikasi pasangan. Kalau hal tersebut tidak dibicarakan segera, kesalahpahaman pun bisa muncul kemudian.
Sebenarnya, meminjam kepada pacar bukanlah hal yang haram, apalagi untuk kebutuhan urgen. Bahkan, hal ini bisa menjadi latihan menanam rasa percaya dan komitmen kepada satu sama lain. Namun, bukan berarti kita pantas langsung minta pinjaman bernominal 7 digit atau lebih. Semua hal dalam relasi termasuk perihal utang ini perlu memperhatikan kesanggupan kedua pihak: Kesanggupan memberi pinjaman berapa, dan kesanggupan peminjam untuk melunasi utang dalam jangka berapa lama.
Sementara di sisi pihak yang meminjamkan uang, rasa enggak enak yang besar juga sering muncul. Biasanya, ini terjadi saat orang merasa begitu jatuh cinta pada pacarnya.
Kondisi dapat semakin dilematis bagi orang yang dimintai pinjaman ini setelah ia merasa pacarnya sudah melakukan begitu banyak hal baik, dan dia sendiri juga sudah membuat banyak pengorbanan untuk bisa bersama pacarnya. Maka saat si pacar berulang kali berutang dan belum juga membayar, ia akan membiarkan hal demikian terjadi lagi meskipun itu destruktif bagi dirinya.
Hal seperti ini telah diamati para ekonom dan mereka punya istilah sendiri untuk itu: sunk cost fallacy. Dikutip dari The Cut, dalam berbagai kasus, ada tendensi manusia untuk kukuh dengan hal yang sebenarnya enggak akan berjalan, hanya karena kamu sudah mengerahkan banyak sumber daya di dalamnya. Enggak heran, alih-alih segera putus saat kebiasaan ngutang pacar kian menjadi, sebagian orang memilih bertahan dengan alasan, “Kan sayang, udah sepuluh tahun pacaran.”
Psikolog, certified financial planner, dan pendiri Financial Psychology Institute Brad Klontz menyatakan dalam artikel The Cut, sunk cost fallacy berhubungan dengan apa yang dinamakan loss aversion–ketakutan irasional meninggalkan sesuatu walaupun hasilnya merugikan diri sendiri.
“Loss aversion adalah perasaan mendesak untuk mempertahankan sesuatu karena kamu tidak mau menghadapi sakit emosional atau mengakui kamu telah melakukan kesalahan,” kata Klontz.
Tips Pinjam Meminjam yang Sehat dalam Pacaran
Saat kamu memutuskan untuk meminjam atau meminjamkan uang ke pacar, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya kamu tidak menyesal di kemudian hari. Berikut ini beberapa tips yang patut kamu simak dahulu.
Untuk kamu yang mau meminjamkan uang:
Cari tahu kondisi finansial pacar sejak awal
Lupakan semua tabu soal bicara keuangan sejak masih pacaran. Ini adalah pengaman kamu pertama kali sejak relasi diinisiasi.
Penulis Unf*ck Your Finances Melissa Brown menyatakan dalam artikel ABC, langkah pertama untuk menghindari konflik atau dilema terkait pacar yang ngutang adalah dengan mencari tahu lebih awal apakah orang yang sedang kita pacari punya utang atau tidak.
Selain itu, Brown menyarankan kita untuk cari tahu juga buat apa dia meminjam uang. Apakah itu untuk membayar kartu kredit atau utang terdahulu, biaya kesehatan, kebutuhan keluarga, atau hal enggak mendesak kayak jajan yang berhubungan dengan hobinya?
Tegaskan bahwa di luar relasi romantis, ada relasi “bisnis”
Meski terkesan “kok gitu banget sama pacar sendiri”, penekanan bahwa urusan romantis dan bisnis adalah dua hal terpisah perlu kamu buat. Banyaknya drama akibat utang piutang dalam pacaran sudah selayaknya jadi pengingat buatmu sebelum memberikan uang ke pacar.
Kalau nominalnya besar dan uang yang kamu pinjamkan sebenarnya dana darurat atau tabungan untuk kepentinganmu sendiri, jangan ragu untuk membuat hitam di atas putih. Ini akan menghindarkanmu dari kekecewaan besar jika kalian putus dan pacar urung membayar utangnya.
Meminjamkan uang juga mesti rasional
Secinta apa pun kamu pada pacar, jangan sampai kehilangan akal sehat. Kamu juga perlu memikirkan pemenuhan kebutuhan pribadi dahulu dan tidak mengorbankan hal tertentu yang penting dan sudah lama kamu kejar.
Saat belum lama pacaran si dia sudah minta pinjaman, kamu juga perlu hati-hati. Jangan-jangan dia melakukan ini juga ke beberapa cewek lainnya dan enggak lama kemudian putus.
Kalau memang tidak ada uang untuk dipinjamkan, ya katakanlah apa adanya. Belajarlah untuk mengurangi rasa enggak enakan, apalagi soal uang yang supersensitif ini.
Untuk kamu yang mau meminjam uang pacar:
Buktikan diri bisa dipercaya
Tidak hanya dalam urusan uang, kamu perlu membuktikan diri bisa dipercaya omongannya. Setiap kali membuat janji, berusahalah untuk menepati dan jika kamu tidak bisa melakukannya, tawarkan konsekuensi apa yang akan kamu jalani sebagai kompensasinya.
Lalu, saat meminjam uang, katakan sejujurnya kondisimu dan dipakai untuk apa uang yang kamu pinjam itu. Kalau perlu, tunjukkan situasimu langsung, misalnya berhubungan dengan keluargamu yang sedang sakit atau tagihan uang kuliah dan keadaan tabunganmu saat itu.
Jangan sampai terjebak untuk membayar di luar kesanggupan
Di awal perjanjian utang dengan pacar, ungkapkan sejauh mana kesanggupanmu untuk membayar utang: Apakah langsung lunas nanti atau lewat cicilan selama beberapa bulan atau tahun.
Selain itu, jangan pernah mau menjaminkan sesuatu yang enggak kamu mau atau sanggupi. Misalnya, dia menuntut kamu membayar dengan hubungan seksual ketika kamu gagal membayar, sementara kamu sebenarnya tidak mau melakukan itu. Pinjaman uang yang diberikan siapa pun tidak berarti membuat mereka bisa semena-mena dan melanggar hakmu. Jadi, buatlah kesepakatan sejelas mungkin sejak awal demi kebaikan kedua pihak.