Gender & Sexuality

Apa Itu ‘Pick Me Girl’? Simak Ciri-ciri dan Asal Muasalnya!

‘Pick me girl’ yang sedang trending di media sosial ternyata hasil dari budaya patriarki. Simak makna dan ciri-cirinya!

Avatar
  • September 9, 2022
  • 4 min read
  • 2037 Views
Apa Itu ‘Pick Me Girl’? Simak Ciri-ciri dan Asal Muasalnya!

Sebagai generasi paling digital native, terkadang kita—semua generasi yang hidup hari ini—internet jadi sarana kita menonton hingga bertukar tren. Interaksi di internet dan media sosial juga bikin kita dengan mudah belajar hal baru, atau menciptakan istilah baru.

Belakangan, salah satu istilah yang populer dan tercipta di internet adalah pick me girl. Istilah ini biasanya dibungkus dengan satire untuk menyindir perempuan yang menjadi merasa beda dari perempuan kebanyakan.

 

 

Lalu, kenapa tone-nya bisa negatif? Dan dari mana sebenarnya istilah ini lahir?

Pick me girl menurut Urban Dictionary adalah perempuan yang berusaha keras mengesankan laki-laki dan membuat mereka tampak bahwa mereka “tidak seperti perempuan lain” atau dikenal memiliki sifat misogini yang terinternalisasi (internalised misogynist).

Biasanya untuk merasa “berbeda”, pick me girl tidak melakukan dan atau menggunakan hal yang biasanya berkaitan dengan perempuan. Dari skin care dan make up, menunjukan emosi, dan memiliki kekhawatiran akan penampilan.

Penelitian The Manifestation of Internalized Sexism in the Pick Me Girl Trend on TikTok yang dilakukan Ida Rosida, Meka Mona Ghazali, Dania Dedi, Fanya Shafa Salsabila menjelaskan lebih dalam tentang apa itu pick me girl. Penelitian mereka mengeksplorasi perilaku dan sikap seksis pick me girl dan menyelidiki hubungan antara perempuan.

Baca juga:  3 Alasan Kenapa Megawati adalah ‘Pick Me Girl’

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tren pick me girl di TikTok tidak jauh dari persaingan antara perempuan untuk mendapatkan perhatian laki-laki. Sehingga berhubungan erat dengan objektifikasi diri, dan penghinaan terhadap perempuan lain. Pick me girl juga menyampaikan ide tentang standar kecantikan yang berbeda pada perempuan, tapi dalam cara pandang merendahkan, bukan merayakan keberagaman.

Menghancurkan perempuan lain dalam sebuah persaingan ternyata memberi kesenangan bagi pick me girl. Mereka merasa berhasil mendapatkan perhatian laki-laki. Seksisme yang terinternalisasi jelas terlihat melalui aksi mereka di media sosial. Kebencian terhadap perempuan yang terinternalisasi menyebabkan seorang pick me girl menghina, dan merendahkan perempuan lain.

Di lihat dari perspektif lain, seseorang pick me girl sebetulnya juga korban dari sistem patriarki yang sudah kepalang tertanam di masyarakat. Sebab, sifat itu tumbuh beriringan dengan perasaan misoginis.

Pick Me Girl Adalah Produk Patriarki

Internalized misogyny pada pick me girl terbentuk karena mereka membangun kepribadian sesuai dengan lingkungan. Lebih lagi, dikarenakan keinginan diterima laki-laki yang paai standar patriarki dalam melihat perempuan. Dalam Modern Intimacy, The Psychology of the “Pick Me Girl”, Kayla Tricaso menjelaskan perempuan pick me girl sebetulnya menderita di bawah patriarki, disadari atau tidak.

Seorang pick me girl membatasi dirinya khusus pada karakter dari preferensi patriarki. Mereka membuat kepribadian yang disesuaikan dengan keinginan laki-laki. Sehingga seorang pick me girl tidak bisa menjadi dirinya sendiri, dia tidak bisa mengenakan pakaian yang sebenarnya dia suka, dan melakukan hobi atau menikmati kegiatan yang sesuai dengan preferensinya sendiri

Hal ini didasari rasa takut akan ditolak oleh laki-laki, atau dicap, “sama seperti perempuan lain”.

Secara tidak langsung, tren pick me girl menunjukkan kenyataan bahwa seorang perempuan hidup dalam standar yang membatasi, karena segalanya berpusat pada laki-laki. Ada benarnya sikap pick me girl bermasalah dan menyakiti perempuan lain, tetapi masyarakat juga harus menyadari alasan sikap misogini yang terinternalisasi ini.

Masyarakat perlu memahami bahwa ada kemungkinan pick me girl tidak tahu bahwa tindakannya ternyata berkontribusi menguatkan patriarki.

Baca juga: Bagaimana Caranya Menjadi Perempuan?

Sikap seorang  pick me girl tergolong seksisme karena dipupuk dari penindasan berkelanjutan terhadap perempuan lain.

Sehingga lebih baik jika tren pick me girl bukan hanya untuk meledek mereka, tetapi juga membangun kesadaran. Menciptakan lingkungan di mana perempuan bisa berdiskusi dan belajar tentang bagaimana bisa saling mendukung, bukan saling menjatuhkan.

Menyadari Pemikiran ini

Kunci utama menyadari sikap pick me girl adalah dengan bertanya diri sendiri apakah ingin dianggap berbeda karena ingin menonjol dari perempuan lain. Merasa tidak seperti “perempuan lain” adalah salah satu indikasi seseorang yang memiliki pemikiran ini.

Mengikuti kegiatan yang dilakukan laki-laki agar merasa masuk dalam lingkaran pertemanan laki-laki juga termasuk. Dan yang paling berbahaya adalah demi merasa “berbeda”, dan punya perasaan ingin merendahkan perempuan lain.

Baca juga: Saatnya Berhenti Menghina Perempuan Lajang

Namun, memiliki preferensi berbeda bukan jadi tanda mutlak seseorang adalah pick me girl. Ada perempuan yang memang tidak begitu mengerti make up dan skin care, ada pula yang memang punya banyak teman laki-laki. Seorang perempuan juga bukan pick me girl jika dia seorang tomboy dan memiliki preferensi berbeda dengan teman perempuan lainnya. Sebab pada dasarnya setiap perempuan itu punya lapisan berbeda antar-tiap individu, sehingga tak perlu mencari cap berbeda dari laki-laki atau standar patriarki.

Tren istilah ini tak hanya meng-call out sikap misogini yang terinternalisasi, tapi juga menyerukan bahwa pembatasan pada perempuan terjadi karena tuntutan sosial.

Perempuan bebas menjadi siapa pun dan melakukan apa pun yang ia inginkan. Oleh karena itu, baik masyarakat perlu memiliki kesadaran bahwa kehadiran perempuan bukan untuk memuaskan keinginan laki-laki.



#waveforequality


Avatar
About Author

Theresia Amadea

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *