Election 2024 Issues

Apa Itu ‘Silent Majority’? Fenomena yang Disebut Jadi Dalang Kemenangan Prabowo-Gibran

Hasil quick-count pemilu yang dipimpin oleh Prabowo-Gibran naik drastis, salah satunya diduga datang dari suara “silent majority”.

Avatar
  • February 23, 2024
  • 3 min read
  • 340 Views
Apa Itu ‘Silent Majority’? Fenomena yang Disebut Jadi Dalang Kemenangan Prabowo-Gibran

Pelajaran:

Silent Majority sudah berbicara.

 

 

Siapa mereka?

1. Mereka yang menyimak, namun jarang komen, mereka yang jarang ribut-ribut di medsos tiap akun ini posting #politik

2. Rame di medsos oleh noisy minority bukan ukuran realita yang sama di lapangan.

3. Bulian/ejekan di medsos tidak pernah kami jawab, cukup kami jawab dengan kerja-kerja terukur di lapangan.

Pernyataan yang disebutkan di atas merupakan unggahan yang dibuat oleh Ketua Tim Kampanye Daerah Prabowo-Gibran di wilayah Jawa Barat, Ridwan Kamil. Ia menggugah di akun Instagram pribadinya pada Kamis (15/2) lalu.

Unggahan yang dibuat oleh Ridwan Kamil ini pun kemudian menjadi viral dan ramai diperbincangkan. Apalagi memang pasangan nomor urut dua hingga sekarang masih memimpin dalam hasil perhitungan suara pemilu 2024 kemarin.

Baca juga: Berita Pemilu 2024: Banjir Gimik, Kering Substansi

Sejarah Silent Majority

Istilah ini sendiri memiliki arti sama dengan yang diungkapkan oleh Ridwan Kamil. Ia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan demografi masyarakat yang kelihatannya tidak pernah terlibat dalam adu politik atau mengungkapkan pilihan politiknya secara publik. Mereka secara sengaja memilih diam, terlepas dari apa pun alasannya.

Menurut Political dictionary, silent majority berarti sekelompok orang dalam jumlah besar pemilih yang merasa terpinggirkan, dibungkam, atau kurang merasa dilayani dalam politik. Mereka pun jadi punya kemampuan yang sangat besar untuk memengaruhi hasil suatu pemilu karena jumlah suara yang banyak.

Kelompok ini juga dikenal pasif dalam berbicara pandangannya soal perpolitikan, pilihan atau pendapatnya. Mereka tidak blak-blakan, tidak vokal, tapi cenderung diam-diam menghanyutkan. Suara dari kelompok ini, konon bisa membolak-balikkan suatu keadaan.

Silent majority secara tak langsung sudah ada sejak lama. Ini dikutip dari New York Times, salah satu yang paling terkenal ketika istilah ini dipopulerkan oleh Presiden Amerika Serikat ke-37, Richard Nixon dalam pidatonya pada 1969.

And so tonight, to you, the great silent majority of my fellow Americans, I ask for your support”.

Nixon saat itu menyampaikan kepada seluruh warga Amerika Serikat bahwa ia akan segera mendorong perdamaian dan mengakhiri Perang Vietnam (1955-1975). Ia pun meminta dukungan kepada seluruh pihak terutama pada mereka yang berada dalam silent majority—tidak ikut dalam demonstrasi menentang Perang Vietnam.

Ini juga menjadi salah satu dari bagian kampanye Nixon ketika pemilihan presiden Amerika Serikat. Ia ingin mencari simpati dari suara para kelompok silent majority untuk mendukungnya dan mendulang suara di pemilu.

Silent majority juga pernah disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump selama kampanyenya.

Baca juga: Di Balik Nyalegnya Komeng: Lawan Dominasi Partai hingga Kegagalan KPU

Silent Majority dalam Quick Count Prabowo-Gibran

Sedangkan menurut Verdy Firmantoro, Analisis Komunikasi Politik Universitas Brawijaya, dikutip dari CNN Indonesia mengatakan fenomena silent majority memang jadi salah satu faktor kenapa hasil perhitungan cepat pemilu dipimpin oleh pasangan Prabowo-Gibran.

Ia mengatakan sebagian masyarakat punya preferensi politiknya masing-masing, tapi enggan menunjukkan kepada publik. Mereka yang hadir di tempat pemungutan suara (TPS) juga separuhnya pasti orang-orang yang riuh dengan perdebatan politik.

Verdy menilai silent majority ini datang dari kalangan grassroot yang sempat mendapat bantuan sosial. Maka dari itu, masyarakat di kalangan tersebut akhirnya mampu menaikkan suara nomor urut dua, karena mereka pernah merasakan kesejahteraan yang diberikan lewat bantuan-bantuan tadi.

Baca juga: Hasil ‘Quick Count’ Pemilu 2024: Suara Prabowo-Gibran Unggul, Apa Akan Menang Satu Putaran?

Selain itu, dilansir dari Katadata, ada beberapa dampak lain dari silent majority selama pemilu. Di antaranya:

1.  Menimbulkan kontroversi karena sulit  memverifikasi klaim silent majority.

2.  Sering dijadikan narasi politik oleh kandidat tertentu untuk mengklaim basis massa yang lebih besar.

3.  Membuat hasil pemilu menjadi tidak mudah diprediksi karena efek dari suara ‘diam’ ini.

4.  Kandidat yang mampu menarik dukungan dari silent majority berpeluang memenangkan pemilihan karena mereka mewakili suara mayoritas yang diam.


Avatar
About Author

Chika Ramadhea

Dulunya fobia kucing, sekarang pencinta kucing. Chika punya mimpi bisa backpacking ke Iceland.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *