Hotel for Play: Cara Baru Belajar Seks lewat Seni
Kata siapa pendidikan seks cuma bisa didapat dari seminar atau buku-buku tebal? Lewat Hotel for Play, kita diajak belajar dengan cara yang seru.
Bertepatan dengan Hari Kontrasepsi Sedunia pada (26/9), Vivo resmi menggelar Art Exhibition: Hotel for Play. Tujuannya tak lain demi memberikan edukasi seksual yang menyenangkan buat anak muda.
Bertempat di Lotte Shopping Avenue, pengunjung berusia di atas delapan belas tahun bisa melihat instalasi seni tersebut dengan gratis. Pameran seni ini yang dihelat sepanjang Oktober itu merupakan hasil kerja sama dengan promotor pameran seni HALUU.
Sebagai informasi, Hotel for Play lahir dari keresahan soal masih tabunya topik sex education di tengah masyarakat. Padahal sex education relatif penting untuk mencegah penyakit menular seksual (PMS), kekerasan seksual, dan sebagainya.
Baca juga: Berhenti Bilang Pakai Kondom Enggak Enak, Kontrasepsi Juga Urusan Laki-laki
Pameran ini juga menjadi ikhtiar Kementerian Kesehatan Indonesia, yang familier kita sebut Komitmen Kemenkes Three Zero–komitmen mengakhiri epidemi HIV/AIDS pada 2030. Dalam hal ini, Vivo ikut andil mewujudkan kasus nol HIV, sehingga angka kematian akibat penyakit tersebut bisa dikurangi. Vivo juga paham betul, upaya mengikis kasus baru itu karena sekarang orang dengan HIV masih kerap dibayangi stigma dan diskriminasi.
Terkait ini, Marketing Director PT Danpac Pharma Christian Eka, menjelaskan pentingnya alat kontrasepsi dalam pencegahan PMS.
“Rendahnya kesadaraan masyarakat akan penggunaan kondom (misalnya), berakibat pada penularan penyakit infeksi seksual menular lainnya,” kata dia dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.
Ini selaras dengan keterangan laman resmi Centers for Disease Control and Prevention, membenarkan efektifitas kondom dalam pencegahan infeksi PMS.
Sementara itu, Presiden Director PT Danpac Pharma Yoevan Wiraatmaja bilang, Hotel for Play menjadi kampanye edukasi seks yang berbeda dengan instalasi seni. Pendapatnya diamini oleh Abigail Hunt, visual artist and creative practitioner. Dalam hematnya, seni bisa menjadi sarana pembelajaran sex education untuk anak. Pembelajaran yang dikemas dengan kreatif, imbuhnya, cenderung lebih mudah diterima.
Dalam kesempatan yang sama, aktivis kesehatan seksual Andrea Gunawan menjelaskan, seks penting dibicarakan agar masyarakat mengerti tentang eksplorasi diri dan lebih bertanggung jawab.
“Ini penting agar tetap bisa have fun dengan cara yang baik dan bertanggung jawab untuk melindungi diri sendiri dan pasangan,” jelas Andrea.
Baca juga: Ngobrol Asyik Seputar Seksualitas bersama Ngossek
Kenapa Pendidikan Seks Harus Jadi Mainstream
Para penggagas acara ini sadar, sex education yang efektif biasanya butuh kolaborasi antarelemen, termasuk murid, orang tua dengan anak, serta antara pasangan. Kunci dari tercipta hubungan yang sehat khususnya antara pasangan adalah komunikasi. Bentuk komunikasi bisa dengan pasangan saling mengutarakan keinginan, saling mendengar, dan menerima masukan.
Komunikasi pada sex education juga tidak terbatas seputar seks dan organ intim saja. Bagi anak-anak, perlu diberi pengetahuan tentang consent dan boundaries. Sebab, sex education juga tidak jauh seputar dari perlindungan diri dari tindak kekerasan seksual.
Baca juga: Benarkah Pendidikan Seksual Hanya Bicara Soal Seks
Edukasi bisa dimulai sejak anak berusia 0-6 tahun. Cara paling mudah misalnya, orang tua perlu memahami, organ reproduksi tidak perlu diberi nama lain. Bahwa nama alat kelamin adalah penis atau vagina, bukan dengan kiasan seperti “burung”.