Madge PCR

Kencani ‘Serial Dater’: Ingin Perhatian, Enggan Berkomitmen

Banyak mengumbar janji manis, ‘serial dater’ menghindari hubungan serius dan hanya menginginkan ‘honeymoon phase’.

Avatar
  • February 25, 2022
  • 5 min read
  • 839 Views
Kencani ‘Serial Dater’: Ingin Perhatian, Enggan Berkomitmen

Ketika menyaksikan Made of Honor (2008) beberapa waktu lalu, saya menemukan istilah yang tepat untuk mendeskripsikan karakter Tom Bailey, Jr. (Patrick Dempsey), yakni serial dater. Ibarat kutu loncat, ia senang gonta-ganti pasangan setiap minggu dan anti komitmen. Sampai sahabatnya, Hannah (Michelle Monaghan) memutuskan menikah dengan laki-laki lain.

Di realitas, Tom hanyalah contoh dari sekian serial dater yang ada. Sejumlah figur publik juga bisa dikategorikan sebagai serial dater, sebut saja Leonardo DiCaprio yang mengencani Demi Moore, Gisele Bündchen, dan Blake Lively.

 

 

Kemudian Taylor Swift, yang relasi romantisnya dengan sejumlah laki-laki dikenal menginspirasi lagu ciptaannya. Pun, John Mayer yang pernah menjalin hubungan dengan Jennifer Aniston, Katy Perry, Taylor Swift, dan Jennifer Love Hewitt.

Baca Juga: Balikan Sama Mantan, Ya atau Tidak?


Biasanya, serial dater menginginkan hubungan romantis bersifat kasual, atau memiliki ikatan fisik dan emosional yang ringan.  Alasannya, mereka menyukai sensasi mengejar seseorang, dan
masa-masa di honeymoon phase di awal hubungan. Namun, sebelum hubungan itu bergerak lebih jauh, mereka buru-buru mencari “target” berikutnya.

Enggak heran kalau kamu pernah terikat dengan seorang serial dater, karena dapat dikatakan mereka pandai memanipulasi dan tidak menunjukkan diri yang sebenarnya. 

Melansir Women’s Health, serial dater senang jika merasa diinginkan seseorang, karena itu memvalidasi kehadirannya. Maka itu, mereka berusaha mendapatkan afeksi atau memenuhi hasrat, tanpa melibatkan emosi.

Terdapat beberapa ciri serial dater. Pertama, senang membuat cemburu, karena dapat merasa lebih baik tentang dirinya. Pun jika pasangannya jealous, artinya mereka menaruh perhatian lebih, sehingga dengan sengaja, mereka menyebut nama orang lain dalam pembicaraan. Dan fokusnya bukan terletak pada hubungan yang dijalin, melainkan memperoleh perhatian.

Kedua, berjanji akan membahagiakan atau memosisikan pasangan seperti sosok paling spesial, padahal ucapannya hanya omongan belaka yang tidak akan ditepati. Misalnya mengucapkan kalimat seperti, “You make me want to be the best version of myself.” Atau mengaku tidak pernah serius, sebelum bertemu denganmu.

Ketiga, kehadirannya datang dan pergi, layaknya Simon Leviev dari The Tinder Swindler. Ia bisa menghubungi secara intens, kemudian menghilang begitu saja tanpa kabar. Lalu muncul lagi beberapa saat kemudian, menjelaskan alasannya yang berlandaskan drama untuk merebut empati.

Keempat, berkencan dalam jangka panjang. Jika seseorang yang berkomitmen dalam kesempatan ini untuk mengenal pasangannya, serial dater justru memanfaatkannya untuk semakin menarik perhatian partnernya, dan membuat mereka semakin jatuh hati. Namun, jangka waktu hubungan itu bergantung pada kapan pasangannya bisa menginginkannya, sebanyak yang diinginkan.

Kelima, mulai menunjukkan dirinya bermasalah. Senjata ini digunakan untuk memposisikan dirinya yang bersalah, bukan pasangan. Sehingga dengan “terpaksa”, hubungan itu harus diakhiri.

Baca Juga: Ngomongin Soal Mantan ke Pacar Baru, Perlu Enggak Ya?

Lantas, apa yang menyebabkan seseorang menghindari komitmen dan memutuskan menjadi serial dater? 

Peyebab Seseorang Menjadi Serial Dater: Fobia Terhadap Komitmen

Salah satu faktor yang menyebabkan adalah ketakutan terhadap komitmen, atau commitment phobia.

Mengutip WebMD, seseorang yang memiliki fobia tersebut umumnya takut memiliki kedekatan dengan orang lain, atau membangun hubungan yang punya efek jangka panjang. Pengalaman masa kecil adalah salah satu hal yang mendorong seseorang menghindari komitmen.

Misalnya saat orang tua bersikap tidak responsif atau dianggap terlalu mengganggu. Ketika beranjak dewasa, anak takut bergantung secara emosional ke orang lain, dan menolak relasi yang mendalam. Karena itu, serial dater enggan membuka diri dan menjadi rentan di hadapan pasangannya.

Namun, di sisi lain mereka juga menghindari kesepian sehingga mencari sosok yang bisa menemani. Juga menikmati hidup sebagai lajang yang memiliki kebebasan.

Terlepas dari itu, sebenarnya serial dater takut terhadap penolakan, atau sekadar menyukai kebiasaan tersebut yang dilihat sebagai “kekuatan”. Untuk mencegah ditolak atau ditinggalkan, serial dater menilai lebih baik mereka yang melakukannya.

Contohnya karakter Meredith Grey (Ellen Pompeo) dalam serial Grey’s Anatomy (2005). Awalnya ia enggan mengencani Derek Shepherd (Patrick Dempsey), karena memiliki abandonment issues yang berasal dari orang tuanya.

Maka dari itu, biasanya ia bertemu pasangan di sebuah bar, dan interaksinya tidak lebih dari hubungan seksual. Kemudian, Grey berusaha meninggalkan pasangannya dengan kalimat pemungkas, “I’m gonna go upstairs and take a shower. And when I get back here, you won’t be here. Good bye.”

Baca Juga: Kenali 8 Perilaku Toksik Berkedok Sikap Romantis

Namun, bukan berarti perkara komitmen tidak dapat diselesaikan. Apabila ingin keluar dari kebiasaannya, serial dater dapat memulainya dengan menemui profesional. 

Mengutip Healthline, sesi terapi dapat membantu menemukan alasan, mengapa komitmen menjadi tantangan untuk dilakukan. Pun ada beberapa kemungkinan penyebabnya, yaitu tipe gaya kelekatan, pengalaman masa kecil, dan hubungan masa lalu.

Opsi lainnya adalah mengikuti terapi pasangan, lalu belajar membicarakan ketakutan tersebut dan pemicunya ke pasangan—agar mereka dapat memahami, sebelum akhirnya belajar berkomitmen.

Perlukah Kencani Serial Dater?

Bagi sejumlah orang  yang mengutamakan komitmen sebagai landasan relasi romantis, mungkin melihat serial dater sebagai red flag—orang berbahaya—yang harus dijauhkan. Namun, bukan berarti tidak ada yang menganggap berhubungan dengan mereka tidak menyenangkan.

Mengutip ReGain, sebuah platform konseling untuk pasangan, jika sesuai dengan tujuan dan siap dengan seluruh konsekuensi, tak ada salahnya mengencani serial dater.

Pun kedua pihak tidak perlu menginvestasikan terlalu banyak waktu untuk satu sama lain, punya kebebasan sekaligus teman ngobrol, dan menambah pengalaman kencan dengan karakter yang berbeda. Tapi, perlu dipastikan ia terbuka dengan keinginanmu, bukan malah membatasi atau menginginkan hal yang berlawanan dan tidak sesuai denganmu.

Sementara jika kamu salah satu yang enggan menjalin hubungan dengan serial dater, dan sedang dekat dengan sosok yang mencirikannya, kamu bisa mengajaknya mendiskusikan keinginan dan intensi masing-masing. Dari obrolan tersebut, kamu dapat menemukan kesimpulan, apakah perlu melanjutkan atau mengakhiri hubungan.



#waveforequality


Avatar
About Author

Aurelia Gracia

Aurelia Gracia adalah seorang reporter yang mudah terlibat dalam parasocial relationship dan suka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki di beberapa titik di ibu kota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *