Issues

Menilai Orang Lain dari Apa yang Mereka Kenakan Berarti Tak Religius

"Saya mau ibu-ibu coba jadi laki-laki sehari. Saya ingin kalian tahu gimana rasanya jadi laki-laki dan lihat perempuan berbaju seksi berjalan di depan," kata guru agama pria itu.

Avatar
  • July 29, 2021
  • 4 min read
  • 679 Views
Menilai Orang Lain dari Apa yang Mereka Kenakan Berarti Tak Religius

Beberapa hari lalu, Ibu memutuskan untuk berbagi dengan saya pelajaran yang dia dapatkan dari komunitas agama tempat dia jadi anggota. Komunitas ini terdiri dari puluhan ibu rumah tangga dan seorang guru agama laki-laki, dan ibu saya telah bergabung sejak empat tahun lalu. Dia sering membacakan kepada saya apa yang dikatakan gurunya dalam pertemuan mereka, tetapi apa yang dia katakan kali ini kepada saya benar-benar membuat saya marah.

Saya baru saja menyelesaikan beberapa tugas kampus yang melelahkan pada saat itu, dan siap untuk bersantai dengan menonton acara TV favorit saya ketika dia duduk di sebelah saya dan mulai mengobrol. Itu adalah percakapan yang menyenangkan sampai seorang karakter perempuan muncul di acara itu, mengenakan apa yang saya pikir adalah atasan bardot yang modis, tetapi dianggap ibu saya “kotor”. 

 

 

Ini bukanlah hal yang tidak biasa. Namun, karena dipicu oleh munculnya karakter perempuan, ibu saya mulai memberi saya pelajaran tentang tubuh perempuan menurut agama kami. Sampai saat itu saya masih bisa menerima apa yang dia katakan karena saya tumbuh dewasa mendengarkannya, tetapi kemudian dia mulai mengutip gurunya.

“‘Ibu-ibu sekalian’,” dia mengingat gurunya yang berbicara pada pertemuan itu, “‘Saya ingin ibu-ibu sekalian mencoba menjadi laki-laki untuk sehari…. Saya ingin ibu-ibu sekalian tahu bagaimana rasanya menjadi laki-laki dan melihat seorang perempuan mengenakan pakaian seksi berjalan di depan ibu-ibu.’”

Rupanya, semua orang tertawa, kata Ibu, dan saya kaget bukan main ketika dia mengatakan hal ini.

Pertama, mengapa dia harus memberi tahu para perempuan di komunitas untuk menjadi seorang laki-laki, sehingga mereka bisa merasakan hasratnya yang menyedihkan setiap kali dia melihat perempuan ‘seksi’? Saya tahu dan percaya, tidak setiap orang di Bumi memiliki masalah yang sama dengannya. Bukankah hasrat seksual seharusnya menjadi sesuatu yang subjektif tetapi dapat dikendalikan? Kecuali kamu seorang nimfomania, yang berarti kamu membutuhkan bantuan. Cepat. Bagi dia atau siapa pun untuk menggeneralisasi itu tidak masuk akal.

Baca juga: Berpakaian Tertutup atau Terbuka, Perempuan Bukan Obyek

Kedua, alih-alih menggambarkan semua laki-laki seperti orang mesum yang terobsesi dengan seks, mengapa dia tidak memberi tahu para perempuan yang sebagian besar adalah istri dan ibu untuk mengajari pria atau anak laki-laki di rumah tangga mereka untuk mengendalikan pikiran mereka, sehingga mereka tidak akan melihat setiap perempuan menarik yang berjalan di depan mereka sebagai objek seks?

Fakta bahwa pernyataan ini dibuat dalam komunitas agama juga benar-benar membuat saya frustrasi. Saya percaya setiap agama mengajarkan kita untuk memperlakukan orang dengan setara, ramah, dan yang terpenting, tanpa diskriminasi. Saya juga percaya tidak ada agama di Bumi ini yang mengajarkan kita untuk menilai manusia lain dari penampilan mereka. Pernyataan yang dibuatnya sama sekali tidak mewakili nilai-nilai tersebut.

Baca juga: Jilbab Bukan Kewajiban, Tapi Saya Tetap Memakainya

Yang terburuk, ini telah menjadi masalah banal yang kebanyakan orang anggap remeh. Selama berabad-abad atau lebih, perempuan telah disalahkan untuk setiap tindakan seksis dan objektifikasi seksual di masyarakat. Cara berpikir seperti ini jelas sudah ketinggalan zaman.

Saya sendiri adalah seorang yang memakai jilbab, namun kenyataan ini tidak membuat saya merasa terdorong untuk membenci perempuan lain yang tidak berjilbab. Saya percaya apa pun yang mereka kenakan tidak membuat mereka menjadi perempuan atau manusia secara umum yang kurang. Selain itu, saya sepenuhnya sadar, menghakimi tidak membuat saya menjadi orang yang lebih baik, tidak di mata masyarakat, atau di mata Tuhan.

Baca juga: Atas Nama Kemuakan pada Patriarki, Maka Kulepas Jilbabku

Bahkan saat ini, banyak orang masih tidak dapat memahami konsep membiarkan orang lain melakukan apa pun yang ingin mereka lakukan dengan tubuh mereka, termasuk apa yang akan dikenakan. Selama mereka tidak mengancam kehidupan orang lain, lalu mengapa itu menjadi masalah? Baik perempuan maupun laki-laki tidak pantas dilihat atau diperlakukan sebagai objek seksual. Kita lebih dari apa yang kita kenakan. 

Di samping itu, kamu tidak bisa menjadi religius dengan menghakimi. Akan sangat bermanfaat bagi dunia jika kita bertujuan untuk menjadi individu yang lebih baik daripada individu yang menghakimi.

 Artikel ini diterjemahkan oleh Jasmine Floretta V.D. dari versi aslinya dalam bahasa Inggris.



#waveforequality


Avatar
About Author

Ria H. Shofiyya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *