Culture Screen Raves

‘Buddy Daddies’ Kenalkan Platonic Co-Parenting Sesama Jenishingga Perlihatkan Susahnya jadi Orang Tua

Bercerita tentang dua laki-laki yang “mengadopsi” anak berusia 4 tahun, Buddy Daddies berhasil tampilkan platonic co-parenting sesama jenis dan realita susahnya jadi orang tua

Avatar
  • February 15, 2023
  • 9 min read
  • 3073 Views
‘Buddy Daddies’ Kenalkan Platonic Co-Parenting Sesama Jenishingga Perlihatkan Susahnya jadi Orang Tua

Peringatan: Spoiler!

Kazuki Kurusu dan Rei Suwa tak pernah menyangka garis takdir mereka sebagai pembunuh bayaran akan berubah drastis pada suatu malam. Malam itu, Kazuki dan Rei punya misi spesial. Membunuh figur publik ternama yang jadi tokoh kunci perdagangan manusia, Atsushi Hayami.

 

 

Awalnya semua berjalan sesuai rencana. Lewat kelihaian Kazuki dalam menyadap berbagai gawai dan melakukan penyamaran, keduanya berhasil menginfiltrasi pesta Natal Hayami tanpa banyak kendala. Namun sayangnya, misi mereka hampir saja digagalkan dengan kehadiran anak perempuan berusia empat tahun, Miri Unasaka, yang sedang mencari keberadaan ayah kandungnya.

Kehadiran tak terduga Miri lantas membuat Kazuki dan Rei kewalahan. Mereka tak hanya harus berjibaku dengan puluhan bodyguard seraya mencari momen tepat untuk membunuh Hayami. Tetapi juga harus menjaga Miri tetap hidup di tengah banyaknya peluru yang sengaja diarahkan kepada mereka.

Beruntungnya, berkat pengalaman bertahun-tahun sebagai pembunuh bayaran, Kazuki dan Rei dengan cepat membalikkan keadaan. Keduanya berhasil membunuh Hayami saat para bodyguardnya lengah. Mereka lalu buru-buru membawa Miri kabur dari lokasi pembunuhan.

Misi yang dinyatakan berhasil ini tentu membuat Kazuki dan Rei lega. Tapi kelegaan ini tidak berlangsung lama. Saat mencari tahu identitas Miri, keduanya baru mengetahui bahwa Miri adalah anak kandung dari Hayami. Anak yang tak pernah ia akui di depan publik karena Miri lahir dari hubungan gelapnya dengan seorang hostess muda, Misaki Unasaka.

Khawatir identitas pembunuh bayaran mereka akan terungkap jika langsung menyerahkan Miri ke pihak berwajib, Kazuki dan Rei berkomitmen menampung Miri sementara di rumah mereka seraya mencari ibu kandungnya. Tetapi dalam perjalannya, ada ikatan emosional timbul di antara tiga individu ini. Keduanya memutuskan “mengadopsi” Miri sebagai anak perempuan mereka sendiri, Miri pun  dengan bangga mengakui Kazuki dan Rei adalah dua Papanya.

Perkenalkan Platonic Co-Parenting Orang Tua Sesama Jenis

Ini adalah sinopsis dan sedikit spoiler dari episode satu Buddy Daddies. Anime orisinil garapan studio animasi, P.A. Works. Pada awal perilisan teaser anime Buddy Daddies, banyak orang berargumen anime ini seperti jiplakan tak tahu malu dari Spy x Family. Anime bergenre komedi yang sama-sama mengandalkan konsep chosen family dengan salah satu orang tua merupakan pembunuh bayaran.

Baca Juga:Kalau Kamu Tenang dan Santai Saat Nonton Animasi Ghibli, Kamu Enggak Sendiri

Namun, dalam penayangan perdananya, Buddy Daddies langsung bisa membungkam orang-orang yang sudah lebih dahulu mengkritik anime ini sebelum menontonnya. Buddy Daddies sangat berbeda dari Spy x Family. Dibandingkan dengan Spy x Family yang fondasi ceritanya dibangun melalui kamuflase bentuk keluarga nuklir. Bentuk keluarga yang dikutip dari Britannica merupakan bentuk keluarga tradisional yang disatukan pernikahan, ayah, ibu, dan anak–baik secara biologis atau melalui adopsi.

Buddy Daddies justru dibangun melalui bentuk keluarga non-tradisional, yaitu platonic co-parenting sesama jenis. Platonic co-parenting sendiri menurut Healthline adalah komitmen antar orang dewasa (dua atau bahkan lebih) untuk mengasuh dan membesarkan anak secara harmonis tanpa ada ikatan atau hubungan romantis. Ketiadaan relasi romantis ini membuat platonic co-parenting sangat berbeda dari keluarga nuklir yang menekankan pada hubungan romantis di antara pasangan yang memutuskan memiliki anak. 

Karena itu pula, platonic co-parenting banyak dilakukan oleh sesama teman/sahabat, individu lajang yang butuh partner untuk membantunya membesarkan anaknya bersama-sama, perempuan lajang yang memilih donor sperma alih-alih mencari suami, hingga individu aseksual yang memang ingin memiliki anak.

Hal ini terlihat sekali dalam Buddy Daddies. Kazuki dan Rei keduanya hanyalah teman dan partner kerja yang juga tinggal serumah. Mereka tidak punya ketertarikan seksual dan romantis satu sama lain. Bahkan dalam tujuh episode penayangannya, Kazuki digambarkan sebagai laki-laki heteroseksual yang dulu sempat memiliki istri.

Terlepas dari seksualitas dan ketiadaan hubungan romantis di antara keduanya, baik Kazuki dan Rei tetap berkomitmen untuk menjadi orang tua Miri. Mereka rela mengambil tanggung jawab besar demi memberikan rumah serta kasih sayang yang tak pernah Miri dapatkan secara utuh dari ayah kandung dan ibunya dulu.

Mulai dari menghabiskan banyak uang untuk membeli baju, kebutuhan dasar, dan membangun kamar khusus untuk Miri hingga berusaha menavigasikan pekerjaan dengan peran baru sebagai orang tua tanpa melupakan hal esensial dalam membesarkan anak. Membangun kedekatan emosional dengan Miri. Ini semua mereka lakukan agar Miri bisa tumbuh jadi anak yang sehat dan bahagia.

Platonic co-parenting yang dilakukan Kazuki dan Rei pun semakin menarik karena keduanya adalah laki-laki. Berbeda dari Spy x Family yang menggunakan bentuk keluarga nuklir, Mitsuhito Tsuji dan Toba Yosuke, produser Buddy Daddies dalam wawancara eksklusif mengatakan mereka memang ingin membuat anime yang menampilkan model keluarga non-tradisional. Tanpa hubungan darah, tanpa hubungan romantis, dan terdiri dari dua orang tua laki-laki.

Mereka menyadari model keluarga dan nilai-nilai yang dibawa di dalamnya kini semakin beragam. Karena keluarga tak lagi dimaknai secara kaku dan jadi dinamika yang terus berubah, keduanya berpendapat ini jadi sesuatu yang penting untuk ditampilkan dalam media.

“Saya pikir ‘keluarga yang tidak memiliki hubungan darah’ dan ‘dua orang dengan jenis kelamin yang sama membesarkan anak’ adalah tema yang bagus diangkat,” kata Yosuke yang kebetulan tengah membesarkan anak berusia 6 tahun.

Intensi Tsuji dan Yosuke kemudian berusaha disampaikan lewat penggambaran realita orang tua sesama jenis dalam adegan ketika Kazuki dan Rei yang mendapatkan diskriminasi dari guru daycare anak yang mewawancarai mereka.

Baca Juga:7 Rekomendasi ‘Anime’ Tentang Pengasuhan Anak

Saat ditanya apakah keduanya adalah ayah dari Miri, guru tersebut memandang Kazuki dan Rei dengan tatapan menghakimi. Penghakiman ini sempat membuat Kazuki dan Rei merasa risih. Beruntungnya, rasa tidak nyaman itu cepat hilang berkat suara riang dan senyum merekah Miri yang dengan bangga mengatakan mereka berdua adalah Papanya. Dan ia mencintai kedua Papanya tersebut.

Jawaban Miri mengenai orang tuanya yang sesama jenis adalah selebrasi yang dibutuhkan di saat Jepang sendiri, dilansir dari BBC secara konstitusional menolak pernikahan sesama jenis. Dengan cara ini, Buddy Daddies jelas menekankan satu-satunya hal terpenting adalah kebahagiaan seorang anak. Kebahagiaan yang menurut anime ini justru dapat diperoleh lewat dua orang ayah, bukan lewat ibu dan ayah kandung.

Susahnya jadi Orang Tua

Menjadi orang tua tidak gampang. Ini adalah salah satu pesan inti yang berusaha disampaikan Buddy Daddies. Dalam wawancara yang sama, Tsuji dan Yosuke sedari awal mengatakan sudah punya niat kuat memperlihatkan realita tentang sulitnya jadi orang tua.

Hal ini lantaran banyak staf mereka (termasuk Yosuke sendiri) sedang menjalani masa-masa sulit mengasuh dan merawat anak di sela kesibukan bekerja. Tsuji dan Yosuke jadi banyak berkonsultasi dengan para staf selama menggarap anime ini. Tsuji pun meminta stafnya untuk “memasukkan banyak adegan seputar parenting” dalam Buddy Daddies.

Usaha untuk menampilkan realita jadi orang tua membuahkan hasil yang memuaskan. Dengan menggambarkan Miri sebagai karakter selayaknya anak kecil berusia empat tahun, Buddy Daddies memperlihatkan bagaimana Kazuki dan Rei kesulitan menavigasikan diri sebagai orang tua. Miri seperti banyak anak-anak seusianya punya banyak energi. Ia suka berlari ke sana kemari, berlompat-lompat, dan berteriak di seluruh penjuru rumah atau di taman. Dan sebagai orang tua, Kazuki dan Rei, tetap harus siap siaga mengawasi dan sesekali ikut dalam “petualangan kecil” anak perempuan mereka.  

Miri yang juga merupakan anak yang serba ingin tahu dan ingin melakukan banyak hal sendiri, suka buat Kazuki pusing. Bukannya membantu dan jadi mandiri, Miri justru lebih sering membuat pekerjaan domestik keluarga kecil mereka makin menumpuk. Sayangnya ini diperparah dengan Rei yang malas membantu Kazuki dalam mengerjakan pekerjaan domestik. Kata Tsuji dan Yosuke, Rei pada episode-episode awal memang sengaja ditampilkan sebagai tipikal suami mokondo.

Dari memasak, mencuci, mengepel, merapikan baju, hingga menjahit, semuanya dilakukan Kazuki seorang diri hampir tanpa bantuan Rei sama sekali. Kazuki yang lelah dengan pekerjaan domestik jadi mempertanyakan kebahagiaannya sendiri sebagai orang tua dan memutuskan untuk tidak pulang ke rumah sementara.

Baca Juga : ‘Superstore’: Kombinasi Karakter Nyeleneh dan Isu Buruh yang Jadi ‘Superlucu’

Momen kaburnya Kazuki ini jadi turing point penting bagi Rei dan Miri. Rei baru menyadari betapa pentingnya berbagi peran di rumah dan dalam pengasuhan anak. Miri pun juga jadi menyadari pentingnya peran Papa Kazuki sehari-hari, sehingga ia perlu lebih menghargai dan memberi apresiasi Papa Kazuki.

Sulitnya jadi orang tua juga diperlihatkan lewat adegan Kazuki dan Rei yang memutuskan mendaftarkan Miri ke daycare anak dan saat keduanya mengalami krisis finansial keluarga. Dalam adegan Kazuki dan Rei harus terpaksa menitikan Miri ke daycare, keduanya dihantam tsunami fakta. Ternyata mendaftarkan anak ke daycare susahnya minta ampun.

Mereka harus ke kantor pelayanan publik untuk mendaftar, mengantre berjam-jam lalu melakukan konsultasi, pulang mengisi puluhan dokumen, mengembalikannya kembali ke petugas pelayanan publik, baru bisa mendatangi daycare yang mereka pilih untuk melakukan wawancara keluarga. Proses ini begitu panjang dan mereka tak langsung diterima saat daycare yang mereka pilih. Sehingga jelas saja, Kazuki dan Rei sempat frustasi.

Walau banyak sekali adegan yang secara terang-terang memperlihatkan “penderitaan orang tua”, Buddy Daddies juga tak lupa memberikan pesan positif tentang menjadi orang tua. Penonton Buddy Daddies dari awal sudah diberikan hint dari Tsuji dan Yosuke bahwa Kazuki harus merelakan mimpinya menjadi ayah karena istrinya meninggal.

Sepeninggalan istrinya, Kazuki harus mengubur dalam-dalam mimpinya itu. Ia jadi menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Barulah setelah mengadopsi Miri, impiannya jadi Ayah akhirnya bisa ia gapai lagi. Ia bahkan jadi belajar menjadi orang tua yang baik salah satunya adalah dengan memberikan kepercayaan pada anak untuk melakukan suatu tindakan.

Dalam kasus Rei, kehadiran Miri dan perannya sebagai Ayah membuatnya jadi bisa berdamai dengan diri sendiri dan merasakan perasaan cinta kasih. Rei dididik sangat keras oleh ayahnya. Dari kecil hingga dewasa, Rei tak pernah mendapatkan kasih sayang yang cukup. Ini membuatnya jadi individu tertutup dan dingin.

Kehadiran Miri yang berangsur-angsur membuatnya berubah. Ia kini lebih banyak dan lebih berani memperlihatkan emosinya. Ia mulai berdamai dengan dirinya sendiri. Menyembuhkan inner childnya dengan bantuan Miri yang ternyata mirip dengannya dalam satu dua hal.

Dengan Miri, baik Kazuki dan Rei diberikan kesempatan kedua. Mereka diberikan kesempatan untuk bisa menyembuhkan luka batin mereka masing-masing dan merasakan cinta kasih. Buddy Daddies memang belum selesai dan masa depan keluarga kecil ini masih harus melalui segala rintangannya. Tapi ada satu hal yang pasti. Ketiga orang ini jadi bukti betapa cinta kasih bersifat universal dan tanpa syarat.



#waveforequality


Avatar
About Author

Jasmine Floretta V.D

Jasmine Floretta V.D. adalah pencinta kucing garis keras yang gemar membaca atau binge-watching Netflix di waktu senggangnya. Ia adalah lulusan Sastra Jepang dan Kajian Gender UI yang memiliki ketertarikan mendalam pada kajian budaya dan peran ibu atau motherhood.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *