Screen Raves

‘Encanto’: Kisah Si Biasa Saja Tercekik Ekspektasi Keluarga

Film animasi ‘Encanto’ menceritakan kompleksnya relasi keluarga dan beban ekspektasi yang diemban anak.

Avatar
  • January 7, 2022
  • 4 min read
  • 1790 Views
‘Encanto’: Kisah Si Biasa Saja Tercekik Ekspektasi Keluarga

Artikel ini mengandung spoiler

Film animasi Disney, Encanto menggambarkan betul perasaan diasingkan karena menjadi biasa saja di antara orang luar biasa melalui kisah pemeran utamanya Mirabel Madrigal. Pasalnya, karakter yang diperankan Stephanie Beatriz itu menjadi anomali di keluarga karena satu-satunya yang tidak memiliki kekuatan magis. 

 

 

Saudara perempuannya Isabela (Diane Guerrero) diberkahi dengan kekuatan menciptakan bunga dengan tangan kosong. Sementara Luisa (Jessica Darrow) bisa menggendong sepuluh ekor keledai tanpa merasa kelelahan. Ibunya, Julieta Madrigal bisa menyembuhkan seseorang hanya dengan makanan yang dia masak. 

Menjadi biasa saja tentu masalah besar untuk Mirabel karena dia tidak bisa membuat sang matriarch–ibu pemimpin keluarga–Abuela (nenek) Madrigal bangga. Karenanya, Mirabel melakukan apa saja agar bisa berbakti pada keluarganya, tetapi tidak menerima apresiasi yang diharapkan. 

Sumber: IMDB

 

Layaknya karakter utama Disney yang selalu baik hati, Mirabel tidak goyah walaupun secara tipis-tipis film itu menunjukkan keraguan atas dirinya sendiri. Namun, pergulatan batin karena merasa tidak cukup itu tidak hanya dialami Mirabel, tetapi seluruh anggota keluarga Madrigal. Di sini poin kritis dari Encanto karena menyorot menjadi biasa saja dan luar biasa membawa bebannya masing-masing. 

Baca juga: Cruella dan Cara Disney Menulis Ulang Karakter Antagonis Perempuan

Ketika Mirabel semacam diasingkan dan menerima beban emosional karena tidak bisa memenuhi ekspektasi keluarga (tidak memiliki kekuatan magis), Isabela dan Luisa juga dikekang dengan ekspektasi harus selalu sempurna. Alhasil mereka tidak bisa membuat pilihan sendiri dan harus memenuhi keinginan keluarga. 

Kegelisahan yang dialami tiga bersaudara itu menambah kedalaman pesan yang ingin disampaikan Encanto.  Tidak hanya perasaan teralienasi akibat tidak memenuhi keinginan keluarga yang relevan bagi penonton. Tetapi, beban berat yang dipikul kakak perempuan dan tuntutan harus tampil sempurna karena telah dicap ‘anak baik-baik’. 

Selain itu, menekankan perasaan sedih harus menerima ‘konsekuensi’ akibat ditundukkan ekspektasi itu, tidak memiliki kebebasan untuk menjalani hidup ideal versi sendiri.

Film Encanto Dikemas untuk Anak, Pesan yang Dewasa

Sebagai film yang ditujukan untuk anak-anak, Encanto memiliki pesan dan tema yang berat. Namun, isu generational trauma akibat ekspektasi mencekik yang biasanya ada dalam film drama dewasa dikemas dengan cara ramah untuk anak. 

Sumber: IMDB

 

Baca juga: ‘Fate: The Winx Saga’ Punya PR Representasi Keragaman Ras

Pasalnya, perpecahan dan keresahan emosional disampaikan dengan sesi musikal nan catchy. Selain itu, perjalanan Mirabel mengembalikan ‘persatuan’ keluarganya juga diselingi dengan candaan komikal yang pas dengan selera orang muda maupun dewasa. 

Sejatinya Disney yang mengambil jalur menceritakan isu berat dengan sentuhan komedi ringan, kisah magis yang jenaka, dan karakter periang sudah dilakukan. Film animasi Luca, misalnya, tentang penerimaan diri dan kesepian dikemas dengan cerita persahabatan tanpa pamrih dari anak makhluk setengah ikan bak monster film Creature from The Black Lagoon (1954). Walaupun isunya kompleks, kisahnya diceritakan dengan santai dan tidak berbelit.

Selain itu, penyelesaian konflik dalam Encanto juga dibuat ringkas dan hangat. Jika dipandang dari kacamata dewasa, masalah dalam keluarga tidak serta merta selesai dalam satu percakapan. Pasalnya, ada relasi kuasa dalam keluarga yang kompleks belum lagi trauma yang butuh proses pemulihan. 

Sumber: IMDB

 

Baca juga: ‘Stand By Me Doraemon 2’ Akan Buat Kamu Jatuh Cinta pada Shizuka

 

Akhir yang menyentuh hati dalam film Encanto bisa disebut sebagai pita manis terakhir untuk membungkus ceritanya. Jika melihat pola tersebut, terlihat perbedaan Disney dan studio animasi Pixar dalam menarasikan isu yang ‘dewasa’ dalam film anak. 


Mengambil contoh film Soul, diproduksi oleh Pixar dan distribusikan Disney. Film itu mengisahkan tentang ambisi yang tidak membawa kebahagiaan. Pixar tidak malu-malu menunjukkan kompleksnya masalah itu dan menutup cerita dengan pesan reflektif tentang
hasrat menjadi hebat dan jati diri.  Berbeda dengan Disney yang memilih untuk mengemas solusi dari konflik dengan sederhana dalam filmnya. 

Terlepas dari itu, Encanto juga menjadi salah satu upaya Disney untuk inklusif dengan menampilkan keragaman ras dan budaya. Beberapa tahun lalu, studio itu juga merilis film animasi Raya and The Last Dragon dan Moana. Selain itu, voice acting yang ciamik dari Beatriz menonjolkan karakteristik Mirabel yang teguh pendirian, suportif, dan ceria. 

Kisah Mirabel yang berlatar di Kolombia juga semacam merefleksikan isu sosial yang dialami masyarakat di negara tersebut. Dari adegan kilas balik untuk pendalaman karakter nenek Madrigal ditemukan pesan tentang keluarga yang kehilangan rumah akibat kerusuhan dan ingin kembali menemukan tempat hangat untuk berlindung. 

Walaupun mengangkat isu yang kompleks dan dikemas dengan ringan, Encanto menunjukkan animasi merupakan medium film yang paling versatile dalam bercerita. Selain itu, menegaskan karya animasi yang dinilai ‘kekanakan’ bisa dimaknai dan dinikmati semua orang. 



#waveforequality


Avatar
About Author

Tabayyun Pasinringi

Tabayyun Pasinringi adalah penggemar fanfiction dan bermimpi mengadopsi 16 kucing dan merajut baju hangat untuk mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *