Perjalanan Menjadi Feminis ala BTS: Lirik Misoginis hingga Belajar Gender
Sebelum menjadi idola K-pop yang feminis, BTS menjadi grup idola kontroversial karena lirik dan komentar yang dinilai misoginis.
BTS memang dikenal sebagai wajah idola K-pop yang feminis. Namun, ada kontroversi BTS disebut grup misoginis di dua tahun pertama mereka debut. Saat itu BTS tidak tampil ‘soft’ seperti beberapa tahun belakang, tetapi ‘garang’ dengan pakaian gaya hip-hop serba hitam. Belum lagi lagu-lagu sarat tentang hasrat laki-laki menaklukkan perempuan yang dinilai misoginis akibat liriknya.
Lirik sampai Komentar, Kontroversi Misoginis BTS
Kontroversi BTS pertama disorot dengan lagunya War of Hormone yang rilis 2014 lalu. Dalam verse keduanya BTS menyanyikan kalau perempuan semacam permasalahan matematika yang hanya bisa diselesaikan laki-laki. Selain itu, perempuan adalah ‘hadiah’ yang paling indah. Akibat lirik tersebut BTS menerima backlash di dunia maya karena dinilai misoginis dengan mengobjektifikasi perempuan sebagai benda.
Kontroversi BTS itu semakin menguat ketika RM, ketua dari grup tersebut, merilis lagu rap Joke untuk projek solonya, Rap Monster, setahun kemudian. Dalam lagu itu RM atau Kim Namjoon ingin balas mengejek rapper laki-laki Korea Selatan yang merendahkannya karena berada di grup idola K-pop.
Meski demikian, bukan isu tersebut yang mengundang geram, tapi lirik yang menyamaratakan perempuan sebagai gonore dan vagina atau sebatas pemuasan seksual. Kontroversi BTS dengan lirik misoginis itu juga semakin bertambah kasusnya ketika publik menyorot pernyataan Jin, J-Hope, dan V tentang pasangan idaman dalam wawancara terpisah.
Baca juga: Red Velvet, MAMAMOO, dan ITZY: Idol K-pop dan Bahasa Feminis Mereka
Mengutip dari media She The People, Jin, anggota tertua dari grup idola itu mengatakan: “Sama seperti ayahku, aku ingin kerja jam tujuh pagi dan pulang pukul enam sore lalu makan makanan yang dimasak istriku.”
Senada, J-Hope yang nama aslinya Jung Hosoek juga mengatakan perempuan yang disukainya harus bisa dan bagus dalam urusan rumah tangga. Pernyataan yang mirip juga disampaikan Kim Taehyung atau V. Pendapat tentang perempuan idaman seperti itu lalu dinilai mengkotakkan peran perempuan sebatas domestik saja.
Media sosial grup besutan BigHit Entertainment, sekarang HYBE, itu kemudian banjir kritik dan permintaan untuk bertanggung jawab akibat perilaku seksisnya dengan tagar #WeWantFeedbackFromBTS. Selain itu, publik yang menuntut BTS juga meminta tanggapan dari cuitan kontroversialnya saat mereka debut delapan tahun lalu yang berbunyi, perempuan harus menggunakan pakaian yang menunjukkan kulit, baik di musim dingin maupun panas, karena itu yang disukai laki-laki.
Tuntutan pertanggungjawaban itu kemudian mengantar agensinya untuk mengeluarkan tanggapan yang menunjukkan keinginan berefleksi.
“Setelah mengulas kembali lirik (lagu) kami (BigHit) menemukan beberapa bisa dipandang misoginis. Kami, agensi dan BTS, merasa bersalah kepada penggemar yang merasa tidak nyaman akibat lagu maupun komenter di dunia maya,” tulis BigHit.
Titik Balik Menjadi Setara
Setelah kontroversi tersebut, BTS berusaha menyisihkan lagu maupun aksi yang seksis. Mereka mulai melakukan refleksi apakah lirik yang mereka tulis seksis atau tidak dan fokus pasa lirik yang gender neutral.
Dalam wawancara bersama media Korea Selatan Chosun, Suga mengatakan, setelah kontroversi tersebut dia membuka pikiran dan banyak belajar. Selain itu, mengakui kalau ada beberapa hal yang perlu dipikirkan secara dalam dan menyingkirkan prasangka yang menjadi isu sosial.
“Apa pun itu, jika ada diskriminasi dan prasangka dalam lagu kami, itu salah. Saya setuju untuk mengubahnya. Kami juga banyak belajar dan berdiskusi, ujar rapper yang bernama asli Min Yoongi itu.
Baca juga: MAMAMOO: Percaya Diri Sumber Kekuatan Perempuan
Dalam wawancara yang sama, RM mengatakan hal paling kontroversial yang dialami grupnya berasal dari karya yang ia tulis.
“Saya berpikir ‘saya sangat bodoh’,” ujarnya.
Setelah kontroversi itu, BTS meminta saran dari akademisi bidang gender setelah ia menulis lirik lagu. “Setelah itu, saya belajar kalau menulis tentang suatu seksualitas, kamu tidak bisa mengkotakkannya, kata RM.
Ketika merilis lagu tentang cinta, BTS tidak lagi mentitikkannya pada hasrat super maskulin yang ingin menaklukkan perempuan. Boy With Luv, misalnya, yang menggambarkan pasangan kasmaran dengan hati yang berbunga-bunga. Lagu kolaborasi bersama musisi AS, Halsey itu juga menyanyikan rasa mendamba ingin mengetahui orang disukai melakukan apa tanpa obsesi.
Dalam wawancaranya bersama media AS, ABC, sebagai ketua grup RM kembali membahas tentang refleksinya memahami kesetaraan gender.
“Kontroversi itu menjadi refleksi pribadi dan bertanya apakah saya tidak sensitif pada kesetaraan gender dan ingin melakukan yang terbaik untuk belajar dan berkembang,”
Baca juga: Refund Sisters: Grup Idola K-pop ‘Badass’ Lintas Generasi
Karena tanggapannya itu pula, RM yang mulai menunjukkan sisi feminisnya, tidak hanya dengan membaca novel Kim Ji-Young, Born 1982, masuk daftar hitam selebritas yang harus diwaspadai. Pasalnya, ada sentimen anti-feminisme yang kuat di Korea Selatan.
Terlepas dari itu, kontroversi misoginis yang dialami BTS di awal debut menunjukkan di era cancel culture masih ada ruang untuk unlearn dan relearn. BTS yang dulunya ingin tampil hyper-masculine sampai seksis dapat belajar kembali tentang kesetaraan gender.