Health Lifestyle

Keputihan Itu Normal, Stop Pakai Produk Pembersih Vagina yang Tak Perlu

Banyak perempuan menganggap keputihan sebagai momok dan mencari produk pembersih vagina untuk menghilangkannya, padahal ini adalah hal normal.

Avatar
  • March 30, 2021
  • 4 min read
  • 452 Views
Keputihan Itu Normal, Stop Pakai Produk Pembersih Vagina yang Tak Perlu

Sekarang ini, kita dapat dengan mudah menemukan banyak produk pembersih vagina yang menawarkan solusi atas masalah keputihan, bau vagina, serta menjaga area intim perempuan tetap segar. Produk-produk ini beragam jenisnya, mulai dari cairan pembersih, panty liner, hingga penguapan atau ratus vagina.

Munculnya produk-produk tersebut tidak lepas dari adanya anggapan banyak perempuan bahwa keputihan adalah suatu momok dan tidak alami, padahal itu fisiologis dan normal. Tidak jarang mereka memakai panty liner untuk menyerap keputihan dan menggunakan produk ini sehari-hari.

 

 

Sebagian perempuan juga kerap melakukan douching atau membersihkan vagina dengan semprotan cairan. Padahal, membersihkan vagina dengan cara seperti ini tidaklah disarankan.  

Baca juga: Kenapa Perempuan Ingin Vagina Rapet?

Apa Sih Keputihan dan Mengapa Itu Penting?

Vagina membersihkan dirinya sendiri, dan keputihan berperan penting dalam menjaga kesehatan vagina. Sejak pubertas, ketika estrogen diproduksi, vagina dikolonisasi oleh bakteri sehat dari kelompok Lactobacillus yang memproduksi asam laktat.

Ekosistem vagina yang berlangsung seimbang disebut sebagai mikrobioma vagina dan keasaman vagina yang dihasilkan memberi proteksi terhadap infeksi yang ditransmisikan melalui hubungan seksual.

Keputihan yang sehat berasal dari cairan dari dinding vagina, mukus dari serviks serta lactobacilli. Karena lingkungan vagina terpengaruh secara hormonal, jangan heran bila ada perbedaan volume keputihan sepanjang bulan. Ini benar-benar normal.

Baca juga: Klitoris adalah Penis yang Tak Tumbuh dan Mitos-mitos Lain Soal Vagina

Selain memberikan lingkungan yang protektif, keputihan menyediakan lubrikasi alami dengan sekitar 1 sampai 4 ml cairan diproduksi tiap 24 jam. Keputihan yang sehat memiliki ciri khas aroma—dan pada beberapa perempuan aromanya mungkin lebih kuat dikarenakan banyaknya kelenjar keringat di daerah rambut pubis. Jadi, meski membersihkan bagian dalam vagina tidak disarankan, tetap penting untuk menjaga kulit bagian luarnya (vulva) agar tetap bersih.

Gangguan pada Lingkungan Vagina Sehat

Apa pun yang dimasukkan ke vagina berpotensi mengganggu lingkungan vagina dan keseimbangan flora vagina, termasuk tampon, penis, kondom, cairan sperma, jari, dan mainan seks meskipun bersih. Dalam hal ini, gangguan hampir selalu bersifat sementara dan vagina segera memperbaiki dirinya sendiri.

Namun, tidak demikian dengan produk pembersih vagina atau douching berulang. Cairan pembersih buatan sendiri biasanya mengandung air dan cuka, dan produk komersil mengandung antiseptik dan wewangian yang bisa mengurangi lactobacilli serta mengurangi efek protektif keputihan.

Di Indonesia sendiri ratus vagina tidaklah baru, tetapi di Australia “perawatan Miss V” tersebut adalah yang terbaru. Mengutip sebuah versi yang dipromosikan di situs Gwyneth Paltrow, GOOP:

Anda duduk di sesuatu seperti takhta mini, lalu kombinasi uap mugwort dan infra merah membersihkan rahim Anda, dan lain-lain. Ini adalah pelepasan energetik—tidak sekadar pembersih uap—yang menyeimbangkan kadar hormon perempuan.

Baca juga: 5 Mitos Soal Seks yang Masih Diyakini Banyak Orang

Terlepas dari risiko terbakar dan melepuh, ada banyak alasan untuk tidak melakukan penguapan vagina. Selain uap memiliki efek mengeringkan pada vagina, hal ini juga bisa mengganggu mikrobioma vagina dan mengurangi pelindung alami tubuh melawan infeksi.

Walaupun uap sebenarnya tidak akan mencapai rahim, menyemprotkan uap herbal panas ke dalam organ intim ini tidak bemanfaat dan justru bisa berbahaya. Pastinya tidak ada manfaat dari pengobatan pseudo-ilmiah ini terhadap kadar hormon perempuan.

Kapan Perlu Mencari Pertolongan Medis?

Meski keputihan memang normal, sebaiknya mencari pertolongan medis bila mengalami perubahan signifkan dalam volume, warna, atau bau keputihan.

Perubahan pada keputihan bisa merupakan tanda infeksi, meski sebagian besar infeksi menular seksual (IMS), termasuk klamidia dan gonorea, biasanya tidak menyebabkan perubahan pada keputihan.

Penyebab yang paling sering yakni Candida (sariawan vagina) atau bacterial vaginosis (BV) yang terjadi ketika flora vagina dikolonisasi berlebihan oleh jamur (candida) atau bakteri vagina lain. BV adalah kondisi di mana vagina tidak dapat mengembalikan kondisi normalnya dan menjadi lebih basa. Alkalinitas dari darah menstruasi bisa berhubungan dengan BV.

Lactobacilli berkurang dan digantikan oleh bakteri vagina lain yang bisa dikaitkan dengan peningkatan keputihan kehijauan-kelabu dan bau tidak sedap. Meski kondisi ini tidak dianggap berbahaya, bagi perempuan yang hidup dengan BV, memiliki keputihan terus menerus dan berbau tak sedap bisa melemahkan dan sebaiknya mereka ke dokter untuk mendiskusikan bagaimana mengatasi kondisi tersebut.

Sebagai dokter yang bekerja di bidang kesehatan seksual, kami ingin membantu perempuan untuk mengerjakan apa yang normal dan apa yang tidak. Sangatlah penting untuk menghentikan praktik-praktik yang menyamar sebagai pengobatan klinis tapi tidak memiliki dasar bukti. Keputihan itu sehat dan berperan penting dalam melawan infeksi. Mencoba menghilangkannya tidaklah masuk akal dan sebenarnya bisa berbahaya.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.



#waveforequality


Avatar
About Author

Deborah Bateson