Lifestyle

‘Sunday Scaries’: Penjelasan Kenapa Kita Cemas Hadapi Hari Senin

Ada penjelasan kenapa kita merasa cemas dan tertekan saat akhir pekan saat mengingat besok adalah hari Senin.

Avatar
  • August 24, 2021
  • 6 min read
  • 956 Views
‘Sunday Scaries’: Penjelasan Kenapa Kita Cemas Hadapi Hari Senin

“Ya ampun, besok udah Senin.” Kalimat sederhana ini barangkali sering kita ucapkan begitu Minggu tiba, sambil mengingat pekerjaan dan segudang tanggung jawab yang harus dilakukan pada pekan berikutnya. Tidak jarang saat mengingat akhir pekan akan usai, kita menghela napas panjang karena belum siap kembali beraktivitas dan mencemaskan “beban” yang harus dikerjakan.

Situasi macam ini dikenal sebagai “Sunday scaries”. Urban Dictionary memasukkan istilah tersebut pada 2009, dan dilansir Dictionary.com, penggunaannya berawal dari wilayah di New York City.

 

 

Meskipun tidak terdapat penjelasan ilmiah, kecemasan biasanya muncul pada Minggu siang hingga malam. Maka tidak heran bila suasana di Minggu pagi dan setelahnya terasa berbeda. Hal ini dialami oleh Rahmi (31), karyawati swasta yang sempat sedih dan overthinking karena Sunday scaries.

“Biasanya di Minggu sore aku mulai feeling down karena weekend, slow days, dan quality time bareng keluarga akan berakhir. Kami juga kembali ke rutinitas masing-masing,” ujarnya.

Perasaan berat meninggalkan akhir pekan dapat mengindikasikan suatu permasalahan seperti seseorang tidak menikmati pekerjaannya, lingkungan kerjanya yang toksik, tidak cukup baik dalam merawat diri, atau kurang mampu mengendalikan stres akibat masalah pribadi sehingga hal itu tercampur dengan pekerjaan.

Sebetulnya, tidak menutup kemungkinan kecemasan ini terjadi tidak hanya pada hari Minggu. Pasalnya, perasaan tersebut bergantung pada jadwal aktivitas setiap individu.

“Sandra” (21), seorang mahasiswi yang melaksanakan praktik kerja magang di sebuah media misalnya, mengalaminya pada Kamis karena ia harus selesai memproduksi konten akhir pekan pada Jumat. 

“Seandainya konten itu belum bisa dikirim Jumat, artinya harus dibuat di weekend. Minggu malam pun harus cari ide konten Senin. Sebenarnya saya menikmati pekerjaannya, tapi jumlah yang harus diproduksi bikin cemas,” tuturnya.

Hal itu membuatnya selalu terpikirkan soal pekerjaan, bahkan ia tidak bisa rileks dan dengan nikmat menonton tayangan Netflix.

Sementara berdasarkan pengalaman Enrico (22), seorang pekerja di industri e-commerce, kebebasan tidak sepenuhnya dapat dilakukan pada hari Minggu.

“Di Minggu sore, saya enggak berani melakukan aktivitas berat atau mengharuskan ke luar rumah, soalnya enggak enjoy dan perlu mempersiapkan diri untuk berkegiatan di Senin,” jelasnya.

Baca Juga: ‘Revenge Bedtime Procrastination’, Menyenangkan tapi Buruk untuk Kesehatan

Sunday Scaries adalah Kecemasan Antisipatori

Kita sering mencemaskan kemungkinan terjadinya hal yang tidak diinginkan dan di luar kontrol diri. Misalnya, takut ide tidak diterima oleh atasan, tidak tercapainya target mingguan, hingga berpikir bahwa pekan depan akan lebih berat untuk dijalani. 

Dalam wawancara bersama NBC News, neuropsikolog dan psikoanalis di NYU Langone Health, Amerika Serikat, Dr. Susanne Cooperman menjelaskan, Sunday scaries merupakan kecemasan antisipatori, yakni bukan stres terhadap situasi saat itu, melainkan antisipasi terhadap peristiwa yang akan terjadi.

Menurut Cooperman, terdapat komponen fisiologis dalam kondisi ini, ketika kelenjar adrenal berada di atas ginjal sehingga melepaskan adrenalin dan kortisol. Keduanya itu memenuhi sistem, sehingga tubuh memiliki reaksi stres dan menghadapi kecemasan yang nyata. 

Seseorang yang mengalami kecemasan antisipatori akan membayangkan skenario terburuk dari peristiwa hidupnya hingga timbul rasa frustrasi dan putus asa. Jika mengalami kondisi ini, ia akan sulit konsentrasi, kesulitan mengatur emosi dan mood, merasa hampa, kehilangan ketertarikan pada hobi, gugup atau gelisah, mual, hingga mengalami gangguan tidur.

Hal yang perlu diperhatikan adalah kecemasan antisipatori bukan diagnosis kesehatan mental, tetapi dapat muncul sebagai gejala gangguan kecemasan secara umum.

Apabila Sunday scaries sampai menghentikan seseorang untuk sekolah atau bekerja, terlambat secara terus menerus, hingga mengonsumsi obat-obatan tertentu, sebaiknya seseorang mencari bantuan profesional, ungkap Dr. David Spiegel, profesor psikiatri dan ilmu perilaku dari Stanford University, Amerika Serikat, kepada Healthline.

Baca Juga: 3 Cara Hadapi Ketidakpastian di Tengah Pandemi

Pengaruh Pandemi

Situasi pandemi yang tak kunjung membaik membuat aktivitas melepas penat pada akhir pekan terbatas lantaran seseorang hanya bisa mengeksplorasi kegiatan di rumah, Kejenuhan dapat kian menjadi akibat adanya sistem work from home yang mengubah kehidupan pribadi dan pekerjaan menjadi borderless.

Sebuah survei di LinkedIn terhadap tiga ribu warga AS menunjukkan, 41 persen responden mengatakan pandemi COVID-19 memperburuk Sunday scaries mereka. Di samping itu, survei tersebut menemukan kelompok milenial dan generasi Z paling banyak mengalami fenomena ini, yakni sebanyak 78 persen responden. Spiegel mengatakan, hasil survei tersebut sesuai dengan kelompok usia yang mengalami tingkat stres tertinggi akibat pandemi. 

Sebelum pandemi, kita dapat berlibur pada akhir pekan dan menciptakan pengalaman baru sehingga lebih gembira dan siap beraktivitas di pekan berikutnya. Penelitian berjudul “Happiness From Treating the Weekend Like a Vacation” (2020) oleh Colin West dkk. menjelaskan, seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan psikologisnya dengan memperlakukan akhir pekan seperti liburan kecil. Mereka yang melakukannya merasa lebih bahagia pada Senin.

Pada akhirnya, pandemi hanya memperparah tingkat kecemasan. Alih-alih memperlakukan akhir pekan seperti kesempatan untuk istirahat, selama pandemi kita kesulitan bersantai dan bersenang-senang untuk recharge energi, bahkan tidak tertutup kemungkinan untuk tetap bekerja.

“Rutinitas repetitif, kurangnya interaksi, dan terbatasnya ruang gerak semakin meningkatkan kecemasan sebelum kembali beraktivitas pada hari Senin,” ujar Rahmi.

Baca Juga: Pandemi, Kesehatan Mental, dan Papa yang Memilih Pergi

Menangani Sunday Scaries

Sebagai langkah awal untuk mengatasi Sunday scaries, sebaiknya kita mengenali penyebab Sunday scaries agar kita lebih dapat mengatur perasaan. 

Sering kali, seseorang gagal melakukan aktivitas menyenangkan pada akhir pekan karena pikirannya terpusat pada kecemasannya. Untuk mengatasi hal tersebut, kita dapat melatih pikiran untuk sadar dan hadir secara penuh pada situasi saat ini. Contohnya seperti yang Enrico lakukan, yakni self-affirmation, sebagai kunci menghadapi Sunday scaries.

“Coba berusaha menenangkan diri, bilang ke diri sendiri untuk enggak usah memikirkan banget. Santai aja, berusaha menikmati hidup. Toh bagaimanapun, aktivitasnya memang akan dihadapi,” kata Enrico. 

Memisahkan to-do list pekerjaan dan kehidupan pribadi pun perlu dilakukan untuk mencapai work-life balance, diikuti dengan mematikan gadget. Membatasi pemakaian gadget pada akhir pekan ini penting karena bila kita tetap mengaktifkannya, itu menandakan adanya aksesibilitas kita di luar jam kerja, seolah kita dapat dihubungi kapan pun. Ini pun berguna untuk menarik diri dari banjir informasi di internet dan media sosial yang melelahkan secara psikis. Tidak jarang memantau informasi terus menerus di internet membuat kita terus memikirkan kemungkinan terjadinya peristiwa buruk dalam waktu dekat.

Dilansir Healthline, merasa bersalah karena tidak produktif di akhir pekan membuat perasaan di Minggu semakin buruk. Maka itu, fokuslah pada aktivitas menyenangkan yang dilakukan dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan diri, dibandingkan memikirkan hal-hal produktif yang seharusnya dilakukan.

Terlepas dari segala upaya membebaskan diri dari Sunday scaries, yang perlu ditekankan adalah memikirkan dan mendefinisikan kembali “produktivitas”, karena hidup bukan hanya untuk memenuhi tanggung jawab, terlebih di tengah situasi serba tidak pasti dan banyaknya duka akibat kehilangan selama pandemi.

 



#waveforequality


Avatar
About Author

Aurelia Gracia

Aurelia Gracia adalah seorang reporter yang mudah terlibat dalam parasocial relationship dan suka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki di beberapa titik di ibu kota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *