Bagaimana Sikap Paus Leo XIV terhadap Isu LGBTQ+ hingga Lingkungan?
Paus Leo XIV resmi jadi pemimpin pertama Gereja Katolik. Bagaimana sikapnya terhadap isu-isu penting, seperti LGBTQ+, genosida Palestina, hingga lingkungan?

Kardinal Robert Francis Prevost baru saja terpilih sebagai Paus baru dengan nama kepausan Leo XIV. Ia menempati posisi tertinggi di Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan. Yang bikin momen ini bersejarah, Paus Leo XIV adalah paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat.
Dilansir dari Vatican News, (9/5), Paus Leo XIV lahir di Chicago, Illinois, pada 14 September 1955. Ia tumbuh dari keluarga dengan latar belakang multikultural, ayahnya, Louis Marius Prevost, memiliki darah Prancis dan Italia, sedangkan ibunya, Mildred Martínez, berasal dari keturunan Spanyol.
Sebelum terpilih sebagai pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Leo XIV sempat menghabiskan waktu bertahun-tahun sebagai misionaris di Peru, dan dua kali dipercaya sebagai Kepala Ordo Agustinian. Pengalamannya ini jadi bekal penting yang membentuk pandangannya soal kepemimpinan dan pelayanan umat.
Untuk pendidikan teologi, ia menempuh studi di Catholic Theological Union, Chicago. Di usia 27 tahun, ia dikirim ke Roma untuk belajar Hukum Kanon di Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas (Angelicum), salah satu kampus paling bergengsi di kalangan rohaniwan Katolik.
Pada 19 Juni 1982, ia ditahbiskan sebagai imam di Kolese Agustinian Santa Monica oleh Monsignor Jean Jadot, yang kala itu menjabat sebagai Pro-Presiden Dewan Kepausan untuk Non-Kristen—sekarang dikenal sebagai Dikasteri untuk Dialog Antaragama.
Gelar sarjananya ia raih pada 1984. Setahun kemudian, ia lanjut menyusun disertasi doktoralnya. Sebagai bagian dari proses itu, ia ditugaskan ke Peru selama satu tahun untuk melayani di misi Agustinian di Chulucanas, Piura. Pada 1987, ia berhasil mempertahankan tesis berjudul “Peran Prior Lokal dalam Ordo Santo Agustinus” dan ditunjuk sebagai direktur panggilan serta direktur misi Provinsi Agustinian “Mother of Good Counsel” di Illinois.
Baca Juga: Progresif dan Kontroversial: Paus Fransiskus dan Pandangannya
Sikap Paus Leo XIV terhadap Isu LGBTQ+
Secara tradisional, Gereja Katolik memang punya pandangan tegas soal homoseksualitas–disebut sebagai dosa—dan pernikahan sesama jenis tidak diakui. Namun, angin perubahan mulai terasa sejak Oktober 2023, dikutip dari Ap News, Pope approves blessings for same-sex couples that must not resemble marriage. Tepatnya saat Paus Fransiskus menyatakan pasangan sesama jenis bisa diberkati dalam kondisi tertentu. Meski tidak disamakan dengan pernikahan, Paus Fransiskus menekankan pentingnya pendekatan pastoral yang penuh empati dan peka terhadap budaya lokal.
Masuknya Paus Leo XIV sebagai pemimpin baru membuka kemungkinan arah baru. Ia belum mengambil sikap tegas soal isu ini, tapi mendorong agar topik pemberkatan pasangan sesama jenis dibahas secara mendalam oleh masing-masing konferensi uskup di tingkat regional. Menurutnya, setiap wilayah punya tantangan dan norma sosial yang berbeda, terutama di negara-negara di mana homoseksualitas masih dianggap ilegal. Jadi, menurut Paus Leo XIV, kebijakan Gereja pun sebaiknya disesuaikan dengan konteks setempat.
Meski begitu, rekam jejak masa lalunya menunjukkan sisi yang agak konservatif. Dikutip dari People, Where Does Pope Leo XIV Stand on LGBTQ+ Issues? Here’s What We Know, dalam sebuah wawancara pada 2012, ia pernah mengkritik tingginya toleransi terhadap hubungan sesama jenis di Barat dan menolak konsep “ideologi gender” di pendidikan Peru. Apakah pandangannya kini sudah berubah? Masih belum jelas. Dibandingkan dengan Paus Fransiskus yang lebih progresif dan terbuka pada isu LGBTQ+, pendekatan Paus Leo XIV tampaknya masih berkembang dan menunggu waktu.
Baca Juga: Jadi Jemaat Gereja itu Hak Universal, Termasuk bagi LGBT
Bagaimana Paus Leo XIV Menyikapi Genosida Israel ke Palestina?
Semasa hidupnya, Paus Fransiskus dikenal sebagai suara yang konsisten membela rakyat Palestina. Dikutip Al Jazeera, Ia bahkan rutin menelepon pastor di Gereja Keluarga Kudus di Gaza, satu-satunya gereja Katolik di wilayah tersebut untuk memberikan dukungan spiritual di tengah gempuran serangan Israel. Dalam khotbah terakhirnya sebelum wafat pada April 2025, Paus Fransiskus menyerukan penghentian agresi Israel dan menegaskan kembali sikapnya yang berpihak pada perdamaian dan keadilan.
Lalu, bagaimana dengan Paus Leo XIV? Sampai saat ini, ia belum banyak mengeluarkan pernyataan publik soal situasi di Gaza. Apakah ia akan melanjutkan semangat solidaritas pendahulunya atau mengambil pendekatan berbeda, masih jadi pertanyaan besar.
Meski belum bersuara soal Gaza, Paus Leo XIV tercatat cukup vokal dalam isu lain, terutama seputar kebijakan imigrasi Amerika Serikat. Dikutip dari Reuters, Prevost, first US pope, supported Francis and shunned spotlight, ia sempat mengkritik keras aturan deportasi massal era Presiden Donald Trump yang dinilai tidak manusiawi. Ini menunjukkan, Paus Leo XIV tidak ragu untuk menyuarakan sikapnya, terutama jika menyangkut keadilan sosial dan perlindungan terhadap kelompok rentan.
Baca Juga: Kesederhanaan hingga Pesan Kerukunan: 5 Fakta Penting Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia
Sikap Paus Leo XIV terhadap Kesetaraan Gender
Sikap Paus Leo XIV terhadap kesetaraan perempuan mencerminkan pendekatan moderat-konservatif dalam konteks Gereja Katolik. Ia menolak penahbisan perempuan menjadi imam, sejalan dengan ajaran tradisional Gereja dan pandangan Paus Fransiskus sebelumnya. Namun, Paus Leo mendukung peningkatan peran perempuan dalam kepemimpinan non-imamat, dengan menekankan pentingnya kontribusi mereka dalam kehidupan Gereja, dilansir dari TIME. 
Meskipun tidak ada pernyataan resmi dari Paus Leo XIV mengenai perubahan doktrin terkait penahbisan perempuan, ia menunjukkan komitmen untuk memperkuat partisipasi perempuan dalam struktur kepemimpinan Gereja. Langkah ini mencerminkan kelanjutan dari reformasi yang dimulai oleh Paus Fransiskus, yang membuka lebih banyak peluang bagi perempuan dalam posisi otoritas di Vatikan.
Dengan demikian, Paus Leo XIV mempertahankan ajaran tradisional mengenai imamat, sambil mendorong peran aktif perempuan dalam kepemimpinan dan kehidupan Gereja secara keseluruhan.
Komitmen Paus Leo XIV terhadap Isu Lingkungan
Sama seperti Paus Fransiskus, Paus Leo XIV juga percaya menjaga bumi adalah tanggung jawab semua umat beriman. Ia menekankan bahwa urusan lingkungan bukan cuma soal wacana, tapi butuh aksi nyata.
Pada November 2024, mantan Prefek Dikasteri untuk para Uskup dan eks Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin ini menyatakan sudah waktunya kita berpindah dari sekadar omong-omong ke langkah konkret dalam menghadapi krisis lingkungan global.
Dalam wawancaranya dengan Vatican News, Paus Leo XIV menegaskan kendali manusia atas alam enggak boleh berubah jadi bentuk penindasan. Menurutnya, relasi manusia dengan alam seharusnya didasari rasa saling menghargai dan tanggung jawab bersama.
Sementara itu, dikutip dari New York Post, Pope Leo XIV in his own words: The pontiff on abortion, climate change, homosexuality, and capital punishment, ia juga mengingatkan soal dampak negatif dari perkembangan teknologi terhadap lingkungan. Sebagai contoh konkret, Vatikan kini sudah mulai beralih ke energi bersih dengan memasang panel surya dan menggunakan kendaraan listrik sebagai bagian dari komitmen nyata menjaga kelestarian Bumi.
