‘Adults’: Komedi Nongkrong Gen Z yang Jujur, Riuh, dan Kadang Canggung

Ada alasan kenapa hangout comedy selalu punya tempat di hati penonton. Tontonan ini ringan, episodik, dan penuh tawa. Setelah era Friends, semua orang berlomba-lomba untuk menciptakan Friends berikutnya. Ada yang laris, seperti How I Met Your Mother (HIMYM), tapi tidak sedikit juga yang gagal dan cuma bertahan satu musim. Kini, Adults, serial komedi baru karya Ben Kronengold dan Rebecca Shaw, hadir sebagai upaya terbaru untuk menjawab pertanyaan: apakah formula lama ini masih relevan di era streaming dan Gen Z?
Adults mencoba menghidupkan kembali format hangout comedy klasik untuk generasi baru. Lima sahabat awal 20-an tinggal bersama di rumah milik Samir (Malik Elassal), seorang man-child yang menolak tumbuh dewasa. Tak seperti Friends yang punya kafe langganan atau HIMYM dengan barnya, Adults memilih tempat nongkrong yang jauh lebih realistis: sofa rumah orang tua. Karakter-karakternya—Billie (Lucy Freyer) si penulis pemula, Issa (Amita Rao) si enerjik yang enggak jelas kerjaannya, Anton (Owen Thiele) si gay yang terlalu baik, Paul Baker (Jack Innanen) si pacar clingy, dan Samir si tuan rumah yang pengangguran—menjadi medium kekacauan sekaligus kehangatan.
Sebagai serial Gen Z, Adults tampil tanpa filter. Dialognya serba TMI, batasan ruang privat nyaris tak ada, dan isu seksualitas dihadirkan secara blak-blakan. Namun, pendekatan ini juga jadi pedang bermata dua. Tak semua karakter terasa utuh, dan banyak konflik serta identitas tampak setengah matang. Baru di episode keenam yang berjudul “Roast Chicken”, potensi serial ini benar-benar meledak. Berlatar satu lokasi (disebut bottle episode) dengan kehadiran Julia Fox sebagai cameo, episode ini membuktikan bahwa Adults bisa tampil lucu, tajam, dan tetap absurd.
Baca juga: Serial Komedi ‘The Franchise’: Kekacauan di Balik Layar Film Pahlawan Super
Serial Adults setengah matang tapi penuh potensi
Sulit menonton Adults tanpa membandingkannya dengan pendahulunya yang juga berlatar New York seperti Girls, Broad City, hingga I Just Want My Pants Back yang hanya bertahan satu musim. Semua tema yang diangkat serial FX ini terasa familiar. Bahkan, serial ini tak bisa menghindari perbandingan dengan Overcompensating, kompetitor sesama yang rilis hampir bersamaan di FX. Namun, yang membuat Adults berbeda adalah ke-Gen-Z-annya yang terasa tulus. Serial ini tidak sekadar menambahkan referensi TikTok, tapi benar-benar hidup di dalam kultur Gen Z, mulai dari upaya untuk selalu politically correct tapi berantakan, eksplorasi seksual yang terbuka, hingga hubungan pertemanan yang jauh lebih cair.
Contoh terbaik muncul di awal episode kedua: Billie yang sedang buang air besar bisa ngobrol santai dengan Samir dan Issa, sementara Anton masuk dan izin pipis di antara kaki Billie. Canggung, tidak sopan, tapi sangat Gen Z. Monica dan Rachel tidak mungkin melakukan hal yang sama di Friends.
Adults juga punya kesadaran finansial yang menyegarkan. Tidak seperti serial lama yang penuh ketidakjelasan soal ekonomi, seperti Monica yang bisa punya apartemen besar di Manhattan (warisan neneknya, sih, tapi tetap saja tidak believable), atau Carrie Bradshaw yang bisa beli sepatu desainer hanya dengan menulis kolom reguler—anak-anak di Adults ini jelas miskin. Mereka numpang tinggal di rumah orang tua Samir karena memang tidak mampu membayar uang sewa. Dan karena itu pula, mereka tidak punya tongkrongan tetap. Semua kejadian penting dan lucu terjadi di rumah Samir.
Baca juga: ‘Overcompensating’: ‘Coming Out’ Komedi dari Benito Skinner
Sayangnya, Adults punya kekurangan besar: karakterisasi yang lemah. Semuanya terasa seperti sketch setengah jadi, kurang fokus dibandingkan dengan Broad City yang memang mengusung format sketchy. Issa hanya terlihat “liar dan bebas” tapi tak jelas tujuannya. Konflik Anton klise: gay yang terlalu ramah. Paul Baker jadi figuran lucu yang identitasnya menempel ke Issa, dan kenapa semua orang memanggilnya dengan nama lengkap tidak pernah benar-benar dieksplorasi. Hanya Billie dan Samir yang sedikit terasa tiga dimensi. Billie dengan krisis kepercayaan dirinya pasca PHK, dan Samir dengan keengganannya menjadi dewasa.
Namun, ketika Adults merangkul sisi gilanya, hasilnya memuaskan. Episode 6 menunjukkan titik terang, saat Billie mengundang semua temannya untuk makan malam bersama pacarnya (yang juga mantan gurunya), Andrew (Charlie Cox). Di sini, semua karakter mendapatkan momen untuk bersinar. Billie yang panik namun berusaha keras untuk tampil dewasa, Paul Baker yang membawa temannya, yang ternyata adalah Julia Fox (iya, mantannya Kanye West itu), hingga Anton yang kegenitan padahal ia harus jadi bartender. Samir sendiri dilanda dilema karena ia tahu Andrew sedang mengonsumsi sesuatu dan berencana memutuskan Billie malam itu juga. Semua kekacauan ini menghasilkan episode dengan ritme cepat, lelucon padat, dan penutupan yang memuaskan.
Baca juga: ‘Somebody Somewhere’: Komedi ‘Slice of Life’ yang Menghangatkan Hati
Walau episode lain tidak sekuat “Roast Chicken”, Adults berhasil menangkap esensi hangout comedy: suasana nongkrong yang hangat dan menyenangkan. Menonton delapan episode Adults terasa seperti menemukan teman-teman baru yang aneh, berisik, tapi bikin betah.
Adults dapat disaksikan di Disney+ Hotstar
