Culture Korean Wave

Artis Barat Mulai Diternak Jadi Bintang K-Pop

Saya orang Korea Selatan dan sedang mempelajari industri budaya. Menarik bagi saya untuk melihat orang-orang Barat menjadi grup idola yang terinspirasi oleh K-pop.

Avatar
  • October 7, 2024
  • 5 min read
  • 1648 Views
Artis Barat Mulai Diternak Jadi Bintang K-Pop

Made in Korea: The K-Pop Experience adalah reality show enam bagian yang mengikuti lima trainee (anak magang) dari Inggris selama 100 hari saat mereka debut sebagai boy group idola (idol) K-pop bernama Dear Alice.

Bekerja sama dengan SM Entertainment, perusahaan K-Pop yang sangat terkenal, acara ini menunjukkan proses di balik layar dari sistem pelatihan intensif pembuatan idola K-Pop.

 

 

Menampilkan sekilas kehidupan para trainee K-pop, episode pertama memperkenalkan K-Pop sebagai fenomena global bernilai miliaran dolar, dengan menyatakan: “Enam dari 20 artis terlaris di dunia adalah K-pop dan 90 miliar streaming dilakukan oleh idola K-pop.”

K-pop semakin populer di Inggris. Girl group Aespa dan boy group BTS telah menjual habis tiket konser mereka di arena-arena terbesar di negara itu.

Baca juga: Bagaimana Ratu K-Pop Jessi Mengajarkan Saya Lebih Nyaman Menjadi Diri Sendiri

Pada tahun 2023, grup Blackpink menjadi band Korea pertama yang menjadi bintang utama festival Inggris di BST Hyde Park dan tampil di hadapan 65 ribu penonton. Mereka juga dianugerahi MBE, penghargaan kehormatan oleh raja Inggris atas peran mereka mendorong kaum muda untuk terlibat dalam konferensi perubahan iklim PBB global di COP26 di Glasgow 2021.

Minat penonton Barat terhadap acara tentang K-pop memang ada. Netflix telah merilis versi mereka sendiri dari Made in Korea, yaitu Pop Star Academy: Katseye.

Serial dokumenter ini mengikuti 20 gadis dari Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Inggris yang menjalani pelatihan K-pop selama setahun untuk menjadi grup Katseye. Ini merupakan kolaborasi antara label K-pop Hybe dan label Amerika Serikat Geffen (anak perusahaan Universal).

Secara umum, K-pop dicirikan oleh melodi yang menarik dan bersemangat serta gerakan tari dengan koreografi sangat sempurna dan pakaian yang mewah. Terinspirasi oleh berbagai genre musik pop—termasuk dansa elektronik, hip hop, dan R&B—K-Pop menjadi berbeda dari musik tradisional negara tersebut, terutama setelah beberapa pelopor mulai memproduksi grup idola pada tahun 1990-an.

Saya orang Korea Selatan dan sedang mempelajari industri budaya. Menarik bagi saya untuk melihat orang-orang Barat menjadi grup idola yang terinspirasi oleh K-pop. Ini adalah industri yang sangat kompetitif, yang sudah dipenuhi dengan idol K-pop. Mengingat pasar domestiknya kecil dan sangat jenuh, kesuksesan mereka akan menjadi terobosan bagi SM Entertainment dan HYBE, serta perusahaan K-pop lainnya, untuk membuktikan apakah mereka dapat terus tumbuh di luar Asia Timur.

Baca juga: Fenomena K-Popisasi Capres: Saya Ngobrol dengan Admin Anies Bubble untuk Cari Tahu

Produksi dan penyampaian genre musik populer ini telah menjadi lebih internasional daripada sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir. Ratusan koreografer, komposer, dan produser di seluruh dunia telah berkontribusi dalam menciptakan lagu dan pertunjukan K-pop. Sebaliknya, hingga saat ini, penampil K-pop sebagian besar adalah orang Korea. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh acara reality show ini, hal ini pun mulai berubah.

Perusahaan K-pop telah menyelenggarakan audisi di luar negeri untuk merekrut trainee asing agar idola mereka menarik perhatian khalayak global. Perusahaan musik global besar seperti Sony, Universal Music Group, dan Virgin Records juga ikut serta dalam tren ini—menandatangani kontrak distribusi dengan idola K-pop besar untuk mempromosikan musik mereka di pasar luar negeri.

Pencarian ini bukan karena kurangnya peminat di Korea. Diperkirakan ada sekitar 800 trainee yang menunggu untuk debut pada tahun 2022. Namun, populasi Korea hanya sekitar 50 juta dan perusahaan rekaman ingin menarik perhatian di luar pasar domestik, jadi mereka berharap perekrutan bintang non-Korea akan membantu mewujudkannya.

Agensi musik di Barat cenderung mencari artis baru yang sudah berbakat dan kemudian bertindak sebagai perantara yang mengatur hal-hal seperti tur, pemasaran, dan jadwal artis yang lebih luas. Namun, perusahaan K-pop besar telah mengembangkan sistem unik untuk menemukan dan meluncurkan artis baru. Ini melibatkan penyelenggaraan audisi dengan persaingan setidaknya 1.000:1. Para pemenang kemudian menjalani pelatihan akting, vokal, dan tari selama bertahun-tahun sebelum memulai debut.

Untuk menyempurnakan vokal dan gerakan tarian, para trainee yang dikenal sebagai yeonseupsaeng (연습생), diharapkan menghabiskan hingga 17 jam per hari untuk berlatih selama beberapa tahun—meskipun mereka tidak dijamin menjadi artis profesional. Bahkan jika mereka berhasil, kehidupan pribadi mereka—termasuk kehidupan berpacaran—dikontrol dengan ketat.

Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa industri ini padat karya sekaligus padat modal karena dibangun di atas darah, keringat, dan air mata yeonseupsaeng.

Episode pertama Made in Korea diakhiri dengan kritikan dari sutradara SM, Hee Jun Yoon, atas penampilan perdana para trainee dari Inggris tersebut. Mereka yang tidak terbiasa dengan dunia K-pop yang keras akan kesulitan menonton adegan ini. Meminjam kata-kata kepala konten tanpa naskah BBC, Kate Phillips, adegan tersebut membuat “Simon Cowell terlihat seperti Mary Poppins.”

Baca Juga: Seruan untuk Penggemar K-Pop: Stop Bela Pelaku Pelecehan Seksual

Beberapa orang mungkin mempertanyakan awalan “K-” yang digunakan untuk menggambarkan grup-grup internasional ini, tetapi genre ini akan tetap menjadi genre Korea. Perusahaan-perusahaan Korea akan memimpin mekanisme produksi dan pasar domestik akan terus menjadi tempat uji coba bagi artis-artis baru. Namun, keberhasilan Dear Alice dan Katseye penting jika genre ini ingin bertahan dan terus berkembang di luar Korea.

Taeyoung Kim, Lecturer in Communication and Media, Loughborough University

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.



#waveforequality


Avatar
About Author

Taeyoung Kim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *