Lifestyle

5 Hal Kurang Berfaedah dalam Persiapan Pernikahan

Dari bridal shower sampai acara pertunangan mewah, semuanya cuma ajang pamer dan buang-buang uang.

Avatar
  • September 27, 2019
  • 5 min read
  • 486 Views
5 Hal Kurang Berfaedah dalam Persiapan Pernikahan

Hari H sudah dekat. Akhirnya, masa lajang akan berakhir. Yes! Kita tidak lagi akan jadi sasaran joke-joke tentang jomblo yang tak ada ujungnya. Sekarang saatnya mengecek daftar persiapan pernikahan.

Pre-wedding shoot. Checked.

 

 

Bridal shower. Checked.

Milih bridesmaid. Checked.

Katering. Kebaya. Gedung. Kebaya untuk keluarga. Upacara Adat. Ok, mulai panik.


Di Indonesia, acara pernikahan memang sebuah hal yang rumit dan melibatkan banyak sekali orang dan banyak sekali acara ini itu. Selain itu: mahal. Tetapi tren-tren baru dalam persiapan pernikahan membuatnya semakin rumit (dan semakin membuat bangkrut).

Tren bridal shower, bridesmaid, pre-wedding sebenarnya sudah cukup lama ada, tetapi semakin lama bentuknya jadi lebih wah dan menjadi sebuah tuntutan sosial. Padahal seharusnya acara pernikahan adalah sebuah hari spesial kita dan pasangan kita, bukan orang lain.

Kalau saya punya kesempatan untuk memilih, saya ingin acara pernikahan saya nanti cukup sederhana, dikelilingi orang-orang yang saya sayangi, untuk merayakan satu hal saja: bahwa akhirnya saya dapat menghabiskan sisa hidup saya dengan orang yang saya sayangi.

Tetapi tuntutan keluarga dan ekspektasi teman-teman kita dapat mengubah mimpi itu. Jadi apakah sebenarnya hal-hal yang sebenarnya bukan sebuah kewajiban di dalam persiapan pernikahan tetapi menjadi tren dan cukup membuat kantong bolong?

1. Bridesmaid

Suatu hari di sebuah acara kondangan yang saya hadiri, saya melihat sekelompok perempuan yang berbaju matching sambil selfie di pinggir panggung. Ternyata mereka adalah bridesmaid sang pengantin perempuan. Kayak film, ya. Tetapi…sebenarnya apa sih fungsi bridesmaid?

Selain mendapatkan baju khusus untuk baju seragam mereka, bridesmaid yang merupakan orang-orang terdekat pengantin perempuan ini sering kali pada akhirnya hanya duduk manis di sebelah panggung sambil berfoto-foto.

Baca juga: Menikah Itu Tidak Indah

Tugas bridesmaid sebetulnya untuk membantu pengantin mempersiapkan pernikahannya, seperti menjemput barang-barang yang dibutuhkan oleh pengantin selama acara. Selain itu, karena acara pernikahan juga memicu stres, tugas mereka adalah untuk memberi dukungan emosional dan mental.

Kalau mau lebih berguna, sebetulnya baik juga bagi bridesmaid ini untuk mengingatkan pasangan yang akan menikah tentang pentingnya hal-hal seperti persiapan finansial, pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Tetapi kalau harus mengeluarkan biaya yang tidak murah cuma untuk diem-diem aja, buat apa? Either they are actually there for you, or don’t have them at all. Lumayan kalau tidak usah pakai bridesmaid, ada tambahan biaya untuk bulan madu.

2. Bridal Shower

Bridal shower juga sekarang sudah menjadi tren besar-besaran di Indonesia. Bahkan saya pernah harus menunggu lama untuk bisa makan siang di sebuah restoran di Jakarta karena empat bridal shower yang sedang berlangsung secara bersamaan.

Bridal shower berbeda-beda tergantung dengan lingkaran pertemanan kita. Ada yang membuat acara ini sebagai perayaan hari-hari terakhir calon pengantin perempuan melajang. Ada juga yang hanya ingin berkumpul dengan teman-teman, atau memberikan hadiah kepada pengantin, atau mungkin all of the above.

Sebenarnya terserah sih, jika mau membuat acara apa pun untuk berkumpul dengan teman-teman dekat. Tapi sampai mengeluarkan jutaan rupiah untuk sewa tempat, dekorasi mewah, dan makan dan minum sepertinya super mubazir. Apalagi sejak acara ini menjadi tren baru-baru ini, seperti ada sebuah ekspektasi dari pengantin kepada teman-teman dekatnya.

3. Bachelor/Bachelorette Party

Kalau bridal shower sifatnya “jinak”, bachelorette/bachelor party atau pesta lajang adalah waktunya untuk benar-benar have fun. Pesta ini diadakan oleh sahabat-sahabat terdekat dari kedua pengantin tanpa sepengetahuannya. Tujuannya adalah untuk merayakan “kebebasan” untuk terakhir kalinya dengan mengadakan girls atau boys night out bersama sahabat-sahabat sebelum akhirnya menikah.

Inilah waktunya para pengantin melupakan pusingnya persiapan pernikahan dan pergi ke salon, spa, shopping, atau ke klub malam dan bar. Tetapi karena acara ini diadakannya oleh sahabat-sahabatnya, biaya dari pesta ini sering ditanggung oleh mereka dan biasanya tidak murah. Kakak sepupu saya pernah ditodong untuk bayar Rp400 ribu oleh panitia pembuat pesta lajang ini. Untungnya ada male stripper sebagai hiburan, jadi dia sedikit terobati. Tapi saya tetap merasa pesta lajang ini buang-buang uang.

Baca juga: Pasangan dalam Film yang Tak Seharusnya Jadi #CoupleGoals

4. Pre-Wedding Shoot

Tren pemotretan pre-wedding sudah lama ada, tetapi nilai produksinya kini luar biasa advanced, sehingga otomatis biayanya pun besar. Yang terutama sedang tren sekarang ini adalah video pre-wedding, yang seakan-akan menjadi trailer atau sneak peek acara pernikahan nantinya. Temanya berbeda-beda, tergantung preferensi para pengantin. Ada yang syuting di pantai, gunung, kafe, atau di tempat mereka bertemu pertama kalinya.

Walau lucu dan seru, ongkos yang digunakan untuk menyewa videografer cukup mahal. Belum termasuk dengan biaya menyewa tempat untuk menggunakannya sebagai set atau lokasi shooting.

5. Acara Pertunangan Mewah

Acara pertunangan biasanya adalah sebuah acara intim dengan keluarga terdekat dari kedua calon pengantin. Tetapi trennya sekarang ini adalah acara pertunangan dengan sewa tempat dan dekorasi yang mewah. Tidak hanya itu, biasanya teman-teman pengantin juga diundang ke dalam acara tersebut, atau bahkan keluarga jauh.

Padahal acara pertunangan awalnya dilakukan dengan sederhana dengan maksud keluarga laki-laki melamar calon pengantin perempuan. Tetapi kini seakan-akan menjadi sebuah pre-event acara pernikahan utama.

Pada akhirnya sebenarnya segala acara yang berada di dalam persiapan pernikahan kita adalah pilihan kita sendiri. Jika kita mau mengadakan acara yang sangat mewah, silakan. Jika kita ingin mengadopsi budaya pernikahan luar, silakan. Tetapi selalu ingat bahwa setelah acara pernikahan masih ada bulan madu dan kebutuhan rumah tangga, apakah tidak sayang kalau uangnya sudah dipakai semua?


Avatar
About Author

Shafira Amalia

Shafira Amalia is an International Relations graduate from Parahyangan Catholic University in Bandung. Too tempted by her passion for writing, she declined the dreams of her young self to become a diplomat to be a reporter. Her dreams is to meet Billie Eilish but destroying patriarchy would be cool too. Follow her on Instagram at @sapphire.dust where she's normally active.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *