July 14, 2025
Lifestyle

Saat ‘Red Flag’ Datang dari Diri Sendiri, Apa yang Harus Dilakukan?

Mengenali red flag dalam diri bukan tanda kelemahan, tapi bukti keberanian. Kalau kamu pernah merasa stagnan, mudah tersinggung, atau sulit menerima kritik, bisa jadi ada pola yang perlu dibenahi.

  • June 20, 2025
  • 6 min read
  • 1822 Views
Saat ‘Red Flag’ Datang dari Diri Sendiri, Apa yang Harus Dilakukan?

Selama ini, kita sering banget diajarkan buat mengenali red flag dalam hubungan, entah itu pasangan yang manipulatif, teman yang toxic, atau rekan kerja yang suka lempar kesalahan. Tapi, pernah enggak sih kepikiran kalau red flag itu sebenarnya juga bisa muncul dari diri kita sendiri?

Menyadari kalau kita punya sisi yang kurang sehat dalam bersikap atau berinteraksi itu bukan hal yang gampang. Perlu keberanian dan kedewasaan emosional tingkat tinggi, karena jujur saja, jauh lebih mudah menyalahkan orang lain ketimbang bercermin ke diri sendiri. Apalagi kalau kebiasaan itu sudah kayak autopilot dan enggak pernah kita pertanyakan.

Padahal, sadar akan red flag pribadi adalah langkah awal buat hidup yang lebih seimbang dan sehat, baik secara emosional, sosial, maupun mental. Tanpa kesadaran ini, kita bisa terus-menerus terjebak dalam pola hubungan yang sama, merasa enggak berkembang, atau tanpa sadar menyakiti orang-orang terdekat yang sebenarnya kita sayang.

Red Flag vs Kekurangan: Apa Sih Bedanya?

Waktu kita lagi belajar mengenal diri sendiri, penting banget buat tahu perbedaan antara red flag dan kekurangan biasa. Soalnya, kalau sampai salah paham, bisa-bisa kamu jadi terlalu keras sama diri sendiri atau justru menganggap enteng perilaku yang sebenarnya sudah enggak sehat.

Baca Juga: ‘Red Flag’ juga Muncul dalam Pertemanan, Kenali Tanda-tandanya

Enggak Semua Kekurangan Itu Red Flag

Namanya juga manusia, pasti punya kekurangan. Ada yang gampang lupa, kurang teliti, atau panikan kalau lagi ditekan. Selama hal-hal itu enggak sampai menyakiti orang lain atau merusak hubungan, itu masih termasuk wajar, kok. Biasanya kekurangan ini sifatnya situasional, bisa berubah, dan enggak selalu muncul terus-menerus.

Red Flag = Pola yang Merugikan

Beda dari kekurangan biasa, Dikutip dari Berkeley Well-Being Institute, Red Flags: Definition, Examples, & Quotes,​ red flag biasanya muncul sebagai pola yang berulang dan berdampak negatif, baik buat diri sendiri maupun orang lain. Sering kali, red flag ini berasal dari luka emosional, pengalaman masa lalu, atau kebiasaan toxic yang sudah terbentuk lama.

Misalnya, kamu selalu insecure dalam hubungan sampai jadi posesif banget. Atau kamu enggak bisa menerima kritik dan selalu cari kambing hitam waktu ada masalah. Itu bukan cuma soal “enggak sabaran” atau “baperan”, itu sudah jadi pola yang enggak sehat dan perlu ditangani.

Kenapa Perlu Tahu Bedanya?

Kalau semua kekurangan kamu anggap red flag, kamu bisa jadi terlalu keras dan menyalahkan diri terus-menerus. Tapi kalau kamu menganggap red flag sebagai kekurangan sepele, kamu bisa enggak sadar sedang mempertahankan pola yang toxic.

Dengan tahu batasnya, kamu bisa lebih realistis dalam mengevaluasi diri: mana yang masih bisa ditoleransi dan mana yang harus kamu ubah. Tujuannya bukan buat bikin kamu merasa bersalah, tapi supaya kamu bisa berkembang tanpa terjebak di pola yang merugikan.

Baca Juga: Rekomendasi K-Drama dengan Karakter ‘Red dan Green Flags’

Contoh Red Flag yang Diam-diam Muncul dari Diri Sendiri

Kita sering berpikir kalau red flag itu cuma soal orang lain, yang suka marah-marah, manipulatif, atau enggak bisa diandalkan. Padahal, red flag juga bisa muncul dari dalam diri kita sendiri, dan sering kali enggak kita sadari. Bukan berarti kamu orang jahat, ya. Justru dengan sadar akan hal ini, kamu sudah selangkah lebih dewasa dan siap buat bertumbuh.

Nah, dikutip dari IDN Times, 5 Perilaku Red Flags dalam Diri Sendiri,​ berikut ini beberapa contoh red flag yang mungkin pernah kamu lakukan tanpa sadar:

  1. Susah Banget Mengaku Salah

Kalau setiap ada masalah kamu selalu merasa paling benar dan langsung cari-cari siapa yang bisa disalahkan, itu bisa jadi sinyal bahaya. Sikap kayak gini biasanya muncul dari ego yang terlalu tinggi dan rasa tidak siap buat tanggung jawab. Lama-lama, orang di sekitar bisa merasa capek dan enggak dihargai.

  1. Emosi Gampang Meledak

Mudah marah, tersinggung karena hal kecil, atau reaksi yang berlebihan, semuanya bisa jadi tanda kalau kamu punya emosi yang belum stabil. Mungkin ada luka lama yang belum sembuh atau kamu belum tahu cara mengatur stres. Yang jadi masalah, orang-orang bisa merasa enggak nyaman atau bahkan takut berinteraksi.

  1. Posesif dan Enggak Percaya Diri Berlebihan

Cemburu sih wajar. Tapi kalau kamu jadi suka ngatur-ngatur pasangan, gampang curiga, dan selalu butuh diyakinkan, itu sudah enggak sehat. Insecure yang dibiarkan terus bisa berubah jadi sikap toxic yang malah merusak hubungan yang awalnya baik-baik saja.

  1. Tidak Tahan Kritik

Mendapat masukan sedikit langsung tersinggung? Padahal, kritik itu belum tentu serangan, bisa saja itu bentuk perhatian dan niat baik. Tapi kalau kamu selalu menolak kritik, kamu juga lagi menutup pintu buat belajar dan berkembang.

  1. Kabur Tiap Ada Masalah

Alih-alih ngobrol baik-baik waktu ada konflik, kamu malah menghilang, ghosting, atau pasif-agresif? Hati-hati, ini bisa jadi red flag juga. Kalau masalah enggak diselesaikan, hubungan bisa makin enggak jelas dan akhirnya berakhir dengan cara yang tidak sehat.

Baca Juga: Pasangan ‘Green Flag’ di ‘1 Kakak 7 Ponakan’ Terlalu Sempurna untuk Jadi Nyata

Dari Red Flag ke Green Flag: Memang Bisa?

Menemukan red flag dalam diri sendiri emang enggak gampang. Kadang bikin malu, kadang juga bikin stres. Tapi tenang, red flag itu bukan kutukan selamanya, kok. Enggak ada yang bilang kamu harus stuck jadi “versi buruk” dari diri sendiri.

Justru saat kamu sadar ada pola yang kurang sehat dalam dirimu, itu artinya kamu sudah setengah jalan menuju perubahan. Dan kabar baiknya: red flag bisa banget diubah jadi green flag. Dikutip dari Your Tango, 10 ‘Green Flags’ To Look For That Indicate You’re Becoming Your Best Self, berikut beberapa tipsnya.

  1. Berani Mengakui Tanpa Alasan Pembelaan

Langkah pertama yang paling penting? Sadar dan jujur ke diri sendiri. Misalnya kamu sadar sering overthinking, gampang marah, atau suka playing victim—stop cari-cari alasan buat membenarkan. Jangan ngeles. Semakin cepat kamu mengakuinya, semakin cepat juga kamu bisa mulai berubah. Kita enggak bisa membenarkan sesuatu yang kita terus tolak, kan?

  1. Cari Akar Masalahnya, Bukan Cuma Permukaannya

Red flag biasanya punya cerita panjang. Bisa dari pola asuh, trauma masa kecil, atau hubungan masa lalu yang bikin kamu kebawa sampai sekarang. Nah, coba deh tanya ke diri sendiri:

  • Kenapa aku gampang cemburu?
  • Kenapa aku susah percaya orang?
  • Apa dulu aku sering ditinggal atau diabaikan?

Dengan tahu akar emosinya, kamu jadi lebih mengerti kenapa kamu bersikap begitu. Dari situ, kamu bisa mulai menyusun ulang cara kamu merespons dunia.

  1. Latihan Mengatur Emosi, Bukan Memendam

Kalau kamu termasuk orang yang emosinya gampang meledak atau baperan, berarti waktunya belajar mengatur perasaan. Enggak harus langsung jago, tapi pelan-pelan kamu bisa mulai pakai cara seperti:

  • Menulis di jurnal
  • Meditasi
  • Pause sejenak waktu emosi mulai naik
  • Membiarkan diri tenang dahulu sebelum berbicara

Mengatur emosi itu bukan soal menekan perasaan, tapi mengarahkan energinya ke arah yang lebih sehat dan enggak menyakiti orang lain (termasuk diri sendiri).

  1. Bangun Gaya Komunikasi yang Enggak Bikin Orang Lari

Salah satu red flag yang sering bikin hubungan renggang adalah komunikasi yang toxic: ngambek, silent treatment, sarkasme, atau berbicara pakai nada yang kasar. Gantinya, kamu bisa mulai coba:

  • Mengungkapkan perasaan dengan jujur dan tenang
  • Pakai kalimat “aku merasa…” daripada “kamu tuh selalu…”
  • Mendengarkan dahulu, baru merespons
  • Jangan terburu-buru berasumsi—lebih baik tanya langsung

Komunikasi yang baik itu dilatih, bukan datang tiba-tiba.

  1. Tidak Perlu Malu Meminta Bantuan Profesional

Kalau kamu sudah merasa stuck dan susah buat berubah sendirian, enggak apa-apa kok cari bantuan. Terapi atau konseling itu bukan tanda lemah, justru itu langkah berani untuk sayang sama diri sendiri. Terapis bisa bantu kamu gali lebih dalam dan cari cara yang paling cocok buat mengatasi red flag yang selama ini mengganggu.



#waveforequality
About Author

Kevin Seftian

Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.