‘Tsundere’: Unyu Di Fiksi, Toksik di Dunia Nyata
Tsundere merupakan istilah dari Bahasa Jepang yang diberikan kepada karakter yang terlihat keras, emosional, dan terkadang acuh.

Jadi, Sebetulnya Apa itu Tsundere?
Tsundere adalah istilah dari Bahasa Jepang yang diberikan kepada karakter yang terlihat keras, emosional, dan terkadang acuh. Namun ternyata sifat keras tersebut sebenarnya ditunjukkan karena ia peduli dengan karakter lain. Ada juga karakter tsundere yang digambarkan sebagai karakter yang supel dan ceria, dan bakal berubah drastis menjadi karakter yang agak kasar untuk menutupi perasaan sukanya pada karakter yang ia cintai. Dikutip dari laman TV Tropes, karakter tsundere sendiri memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya tsundere klasik yang biasanya adalah karakter perempuan tomboy. Biasanya, karakter-karakter tsundere ini lebih populer dalam genre romantic-comedy, yang biasanya salah satu karakter, atau mungkin bisa kedua karakter yang saling menyukai, agak sulit mengungkapkan perasaan mereka, hingga akhirnya bersikap agak kasar terhadap satu sama lain.Apakah Jadi Tsundere di Dunia Nyata itu Unyu?
Saya akui beberapa karakter favorit saya ini memiliki sifat tsundere totok, emosional, menyebalkan, dan terkadang minta ditampol tapi tetap lovable. Di dunia fiksi, kita masih bisa memakluminya, tapi di dunia nyata, jika punya gebetan atau teman macam ini, sebaiknya justru kita hindari karena cenderung toksik. Baca juga: Celana Rangkap di Balik Seragam Tanda Mengakarnya Pelecehan Seksual Coba bayangkan jika kita bertemu dengan karakter Tsukasa Doumyouji dalam manga shoujo Hana Yori Dango yang awalnya sering merundung protagonis utamanya Tsukushi Makino, tapi akhirnya dia jadian dengan Tsukushi. Jatuh cinta dengan pelaku perundungan bukanlah sesuatu yang “romantis” di dunia nyata. Sikap-sikap kasar yang diperlihatkan oleh si tsundere bisa sangat berdampak pada orang-orang disekitarnya secara fisik maupun mental. Berikut beberapa alasan kenapa sikap tsundere itu nggak banget kita lakukan.1. Tsundere terlihat kekanak-kanakan
Walaupun saya menyukai karakter tsundere, saya tidak memungkiri juga kalau sikap mereka terlalu kekanak-kanakan. Salah satu yang sering saya lihat dalam cerita-cerita di manga, karakter ini sulit sekali mengungkapkan perasaannya seperti mengucapkan terima kasih, dan memilih untuk bersikap kasar ketika ia mendapat afeksi dari orang lain. Alih-alih membicarakan perasaannya dengan terbuka, si individu memutuskan untuk menutupinya dengan kata atau sikap kasar. Ini, sih bukannya unyu tapi kekanak-kanakan.2. Cari Perhatian Enggak Perlu dengan Melecehkan
Mungkin kamu sering melihat adegan karakter anak laki-laki yang yang cari perhatian pada karakter anak perempuan. Misalnya, dengan menyibak rok si anak perempuan sampai kelihatan celana dalamnya. Lalu, teman-teman si perempuan berkata, hal itu dilakukan si anak laki-laki karena ia suka dengan si perempuan tersebut. Logika ini sungguh keliru, sebab menyukai orang tak sama dengan melakukan pelecehan seksual. Faktanya, di dunia nyata, anak perempuan yang mengalami hal ini pasti merasa sangat malu dan mungkin merasa dirinya tidak berharga lagi setelah mendapatkan perlakuan seperti ini. Jika sikap-sikap melecehkan seperti ini dimaklumi dengan dalih “si cowok caper karena suka”, saya yakin semakin banyak orang-orang yang akan menormalisasi kekerasan seksual. Selain itu, mereka akan menganggap perempuan mestinya bersyukur mendapatkan perlakuan seperti itu karena ada laki-laki yang menyukainya.3. Emosional dan Gampang Main Tangan
Dalam beberapa adegan di anime atau manga, ada beberapa karakter tsundere yang ketika dia malu saat diberikan afeksi oleh love interest-nya, malah membalasnya dengan menonjok atau menampar si love interest dengan muka yang merona. Kalau misalnya, ini kamu lakukan di dunia nyata, tentunya kamu bakal dicap sebagai orang super kasar dan menyebalkan. Orang yang gampang main tangan serta emosi yang meledak-ledak menjadi salah satu red flag dari orang-orang toksik. Baca juga: Pasangan dalam Film yang Tak Seharusnya Jadi #CoupleGoals Jika kamu memang tidak bisa mengutarakan apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu rasakan, entah apapun alasannya, itu berarti kamu butuh bantuan konsultasi ke psikolog agar kamu bisa mengatasi anger issue yang kamu gunakan untuk menutupi perasaanmu.