5 Artikel Pilihan: My Day Berserikat, Grup Fantasi Sedarah hingga ‘Pembantaian Dukun Santet’

1. Belajar dari My Day: Sudah Saatnya Konsumen Konser Berserikat
Ainun, 30, terbangun di pagi hari dengan hati yang sesak. Cuma kurang tujuh hari ia bakal menonton konser band Korea Selatan favoritnya Day6 di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta. Namun, nomor kursi tiket tak kunjung didapat. Saban hari, ia melihat kotak masuk email dan media sosial: Hasilnya nihil.
Ainun adalah My Day (sebutan penggemar Day6) Makassar. Untuk bisa menonton Sungjin dkk di Jakarta, ia harus merogoh kocek sebesar Rp7 juta. Jumlah itu termasuk tiket, hotel, serta pesawat ke Jakarta.
Baca selengkapnya di sini.
2. Barisan Orang Pintar dan Sehat Bergaji di Bawah 15 Juta yang Sakit Hati dengan Menkes
Namun, tiba-tiba Budi berkesimpulan, persoalan gaji tergantung pada kondisi orang masing-masing. “Ini kan masalah gaji, masalah orang. Kalau menurut saya sih cuma dua, apa sih bedanya yang gaji 15 juta sama 5 juta cuma dua: Satu yang 15 juta pasti lebih sehat dan lebih pintar,” katanya, (17/5)
“Kalau dia enggak sehat dan enggak pintar, enggak mungkin gajinya Rp15 juta, pasti gajinya Rp5 juta. Kalau dia pintar enggak sehat, sama juga, kalau dia sehat aja tapi enggak pintar, sama juga,” lanjutnya.
Simak artikelnya di sini.
3. Menyelami Fakta Inses, Topik Obrolan Grup Facebook ‘Fetish Sedarah’
Belakangan, kita dikejutkan dengan penemuan grup komunitas Facebook, “Fetish Sedarah”. Dari hasil tangkapan layar warganet ditemukan, ada percakapan dan foto-foto soal hubungan seksual sedarah atau inses di sana. Beberapa unggahan bahkan menyertakan foto anak atau saudara kandung. Grup Facebook itu sendiri memiliki anggota lebih dari 30 ribu orang.
Setelah viral, grup Facebook itu sempat mengubah nama menjadi “Suka Duka”. Namun, tak lama berselang, melansir Detik.com, grup ditutup permanen lantaran mendapat perhatian dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi). Temuan Kemkomdigi, setidaknya terdapat 30 tautan lain yang terafiliasi dengan grup itu.
Simak artikelnya di sini.
4. Cerita ‘Driver’ Perempuan di Aksi Ojol 20 Mei: Hapus Program yang Mencekik Pengemudi
Ratusan pengemudi ojek online (ojol) meramaikan Aksi 205 di Kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, (20/5). Mereka datang dari berbagai daerah, termasuk di luar Jadetabek—seperti Bogor, Palembang, Subang, dan Jawa Timur—dengan tuntutan agar aplikator menghapuskan program yang mencekik pengemudi.
“Paling bersihnya dapat Rp150 ribu per hari, soalnya kalau ada diskon juga kami (driver) yang nanggung. Belum lagi dipotong uang bensin sama bayar parkir,” ujar Indira.
Baca artikelnya di sini.
5. ‘Pembantaian Dukun Santet’: Histeria Horor yang Diangkat dari Kisah Nyata
Film Pembantaian Dukun Santet (2025) karya Azhar Kinoi Lubis menempatkan horor bukan semata pada sosok hantu atau teror supranatural, melainkan pada peristiwa nyata yang pernah mencabik masyarakat Banyuwangi dan sekitarnya pada akhir 1990-an.
Lewat tokoh Satrio (Kevin Ardilova), seorang santri yang menyaksikan satu per satu teman sesama santri beserta kyai diteror oleh kekuatan gaib, dan menemukan bahwa di luar dinding pesantren, ternyata ayahnya juga diburu oleh kelompok bertopeng hitam. Film ini membawa kita menyusuri lorong gelap sejarah nasional yang kerap dilupakan.
Baca artikelnya di sini.
